Disebuah lingkungan ramai dan agak kumuh, terlihat seorang pria berjalan gontai menuju tempat tinggalnya baru-baru ini. Beban kehidupan yang kini ia pikul terlalu berat, pikirannya terpecah. Pekerjaan, hutang, dan dendam. Semua terasa begitu menyekik, sudah seminggu statusnya menjadi buronan. Aksinya tidak berjalan mulus dan keberadaannya sudah terlacak. Inilah alasan ia harus meninggalkan rumah sederhana sebelumnya, menjadi kontrakan di daerah tak sehat seperti ini.
"Sementara, ini cuma sementara." Ujarnya menyemangati diri sendiri.
Saat tiba dikontarakan, selang beberapa menit. Ia dikejutkan dengan kehadiran segerombol polisi datang menodongkan pistol kearahnya.
Shit.
Ia sudah bersembunyi sejauh ini, keberadaannya tetap ditemukan. Haruskah ia menyusul sang ayah? Beban dikehidupannya terlalu besar untuk ia hadapi sendiri.
"Angkat tangan!" Perintah seorang polisi, ia tak bisa menghidar lagi. Polisi langsung memborgolnya.
"Saudara ditangkap karena telah melakukan peretasan data rahasia perusahaan Madison dan saudara berhak mendapatkan pembelaan dari pengacara." Kata polisi yang menunjukkan surat penangkapan padanya.
Dex hanya bisa pasrah, mau dia lari keujung dunia. Pasti tertangkap.
Dibawalah ia ke kantor untuk dilakukannya interogasi dengan pihak penyidik, sertibanya ia disana. Dibawalah ia kesebuah ruangan khusus yang hanya terdiri atas meja dan kursi serta cctv dan penyadap suara yang tidak diketahui keberadaannya.
Dex diminta untuk duduk hingga datangnya seorang petugas untuk mendengarkan pengakuannya.
Tak lama pintu kembali terbuka, Dex melihat siapa yang datang. Matanya terpaku ketika melihat seorang wanita berpakaian formal dengan name tag ia kalungkan.
Elina.
Elina diberi waktu 10menit untuk berbicara dengan Dex, akhirnya ia bertemu orang itu. Walaupun dengan keadaan seperti ini. Elina duduk dengan tegap, auranya sangat memancarkan bahwa ia seorang advokat yang berwibawa dan tegas.
"Kenapa?" Tanyanya dengan ambigu, "kenapa ngelakuin ini?" Lanjutnya terdengar sangat kecewa sekaligus marah.
Mereka beradu tatapan, "lo tau tindakan lo yang super konyol ini menambahkan beban kehidupan mereka?"
"Buat apa gue tau? Gue gak ada waktu buat mikirin orang lain!" Sahut Dex.
"Orang lain? Oke. Harus ya pake cara kayak gini?"
"El, lo gak tau apa yang gue alamin selama ini."
"Gimana gue tau, kalau lo sendiri yang ngilang?"
"Buat apa ada benalu di antara tanaman subur, kalau bukan pengganggu?" Terdengar penuh penekanan.
"Stigma lo terlalu berlebihan."
Dex tesenyum kecut, alam sadarnya sudah membangun perspektif salah. Mengakibatkan ia tidak bisa mempercayai siapapun lagi dan tidak bisa berdamai dengan diri sendiri.
"Selama ini diantara kita, Aiden yang paling gentar buat cari lo Dex. Dia kehilangan semua kontak lo, lo gak tau khawatirnya dia pas tau perusahaan bokap lo bangkrut. Dia ngerasa bersalah dan mau bantu, cuma gimana lo ngilang gitu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...