Molly membasuh beberapa bagian tubuh Aiden dengan handuk basah, ia nampak teliti merawat Aiden yang sekarang sering menggunakan beanie agar rambutnya yang rontok tidak tersebar. Sebelumnya perasaan Molly sungguh hancur mengetahui kondisi Aiden, namun Aiden terus meyakinkan Molly, bahwa dirinya mampu melewati masa ini.
Bahkan wajahnya yang cantik itu masih terlihat sembab, beberapa kali Aiden mendapati Molly meneteskan air matanya.
Saat beanie dibuka, dengan jelas Molly melihat rambut Aiden rontok disana. Aiden yang melihat Molly segera menangis, tanpa ragu merampas beanie-nya kemudian disembunyikan dibalik paha.
"Nanti tumbuh lagi Mom." Ucap Aiden menggenggam tangan Molly seraya tersenyum.
Molly mengangguk pelan, lalu menghapus air matanya.
"Dad." Panggil Molly memasangkan pakaian baru Aiden.
"Ya?" Sahut Piter.
"Kamu harus cari hair tonic yang bagus untuk Aiden. Mommy gak mau rambut anak nakal ini tipis, nanti gantengnya hilang."
Aiden tertawa kecil mendengar ucapan Molly.
"Siap Jendral." Balas Piter memberikan hormat pada istrinya.
Tak lama Aiden telah bersih, ia nampak lebih segar. Beanie nya sudah kembali terpasang.
"Kapan Aiden pulang?" Tanya Molly pada Anton.
"Kemungkinan lusa, kondisinya sudah lebih baik." Jawab Anton mengatur infus Aiden yang darahnya sempat naik.
"Kamu harus pulang cepat Aiden, kasihan Megan sendiri dirumah. Kamu sudah tau Megan mengandung?"
"Ya, Daddy sudah memberitahu."
Anton yang mendengarnya turut bahagia, Megan sedang hamil. Sebenarnya dari awal bertemu dengan Megan ia sudah menyukai perempuan cantik itu dan ia tidak tau bahwa Megan sudah bersuami. Ia biarkan rasa suka itu mengalir, sampai akhirnya ia bertemu dengan Aiden dan Megan memperkenal bahwa Aiden adalah suaminya.
Luka dihatinya perlu waktu lama untuk sembuh, kini ia mengabaikan hatinya yang mendambakan Megan. Ia sadar bahwa itu adalah sebuah kesalahan besar, ada baiknya ia segera menemukan pasangan.
"Lantas kapan Megan akan tau kondisimu?" Tanya Molly.
Aiden terdiam sejenak, ia tidak ada rencana untuk memberitahu Megan tentang kondisinya.
"Aiden tidak mau memberitahu kondisinya ke Megan, alasan paling utamanya sekarang adalah anaknya." Jawab Piter melihat kearah Aiden.
"Megan harus tau, dia istri kamu."
"Mom, Aiden takut Megan sedih."
Molly menggenggam tangan Aiden kemudian mengusapnya pelan.
"Rasa sedih itu hanya diawal, Megan pasti lebih sedih lagi kalau kamu gak bilang. Percaya sama Mommy, Megan baik-baik saja."
"Bener Den kata mereka, lo harus kasih tau Megan. Setelah pengobatan ini pasti ada gejala fisiknya dan Megan pasti tau gejala itu." Timpal Anton.
Aiden hanya bisa diam, ia masih bimbang. Tidak lama Piter mengajak Molly ke hotel, nanti mereka akan kembali setelah istirahat.
Sekarang tinggalah Aiden dan Anton.
"Ton, ponsel gue sama lo?"
"Oh iya, untuk sekarang lo bisa pegang benda ini. Tapi gak boleh lama-lama." Anton mengeluarkan ponsel Aiden dan memberikannya.
Aiden menyalakan ponselnya, setelah itu ponselnya tidak berhenti bergetar karena banyak pesan masuk. Pertama yang ia buka adalah chatnya Megan, ia membaca semuanya. Sudut bibirnya terangkat melihat banyak emot nangis yang Megan kirim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...