Chap 13

11.6K 1.3K 91
                                    

Megan mengajak Mila ke sebuah restoran, hatinya bergetar melihat Mila begitu kurus. Inisiatif ia mengajaknya makan, di depannya kini Mila tengah lahap memakan makanan yang ia pesan. Tanpa sadar air matanya meleleh melihat Mila makan secara rakus, bahkan ia sudah menghabiskan tiga menu makanan berat.

Mila melirik ke arah Megan, ia melihat makanan Megan masih utuh dan matanya memerah.

"Kenapa nangis?" Tanyanya mengambil tisu lalu menghapus air mata Megan.

"Kamu selama ini makan gimana? Kok bisa sekurus ini." Megan menyeka air matanya sendiri.

Mila tersenyum pilu, setelah keluar penjara ia hidup sekenannya saja. Makan pun terkadang dapat dari pemberian orang, ia hidup terasingkan karena malu atas tindakannya dulu. Bahkan waktu Tiara menjenguknya di sel, ia tidak berani menampakan dirinya.

Selama bertahun-tahun ia menyendiri.

"Makan? Paling seminggu bisa dihitung." Mila melanjutkan makannya, begitu juga dengan Megan.

Selesai makan, Megan mengajaknya ke toko baju untuk membelikan Mila pakaian yang layak. Sedangkan Max tengah bimbang, haruskah ia memberi kabar pada tuannya atau tidak. Sebab Megan tadi sudah memohon padanya agar tidak memberitahu siapapun. Tugasnya saat ini yang lebih utama mengawasi Mila, agar tidak melukai Megan secara fisik ataupun batin.

Max membantu Megan dan Mila membawakan belanjaannya, kemudian Megan meminta Max untuk mengantarnya ke suatu tempat yang aman untuk Mila saat ini.

Mata Mila terpengah melihat sebuah bangunan yang tidak terlalu mewah namun terlihat nyaman.

"Sementara kamu tinggal dirumah dinas ku dulu." Kata Megan setelah mereka dihalaman parkiran rumah dinas Megan yang secara mendadak ia ambil.

"Meg jangan lakuin ini, gue bisa tinggal dikontrakan."

"Uang kontrakan kamu simpan buat kebutuhan kamu sendiri, nanti selama kamu tinggal disini, coba cari pekerjaan yang halal."

Mila mengangguk, merekapun keluar dari mobil. Penjaga rumah ini menyerahkan kuncinya pada Megan, lalu ia membukanya.

Kebaikan Megan turut dicontoh, seperti yang ia ucapkan dulu. "Jika kita meninggal yang dikenang adalah kebaikannya, buka keburukannya." Itu perlu dicatat.

Megan tau ini sebuah kesalahan, ia merahasiakannya dari Aiden. Dalam hati kecil ada sebuah ketakutan disana, ia takut Aiden akan marah besar padanya kalau ia masih peduli dengan Mila. Mengingat Aiden masih memendam kebencian dalam pada Mila, tapi disisi lain Mila tetaplah adiknya yang harus ia jaga.

"Nyonya sudah malam, waktunya pulang." Kata Max membisiki Megan.

Megan mengangguk. Ia pamit pada Mila dan memintanya untuk melakukan apa yang pinta. Mila tidak bisa lama bersembunyi disini, cepat atau lambat Aiden pasti tau.

Setibanya Megan dirumah, ia disambut oleh Elina dan Gama. Jantungnya serasa berhenti melihat keduanya berdiri layak bodyguard bertubuh kekar.

"Abis dari mana jam segini baru balik?" Tanya Gama dengan curiga.

"Ma..macet, tau sendiri Jakarta gimana." Jawab Megan sedikit gugup, tanpa pikir panjang ia masuk ke rumah untuk menghindari tatapan mereka yang menusuk.

"Supermarket ke rumah gak ada setengah jam, lo lewat tiga jam baru sampe. Liat tuh udah jam 10 malem!" Omel Gama masih berlanjut.

Elina yang mendengar ocehan Gama memintanya untuk menyingkir dari Megan, ia tau rasanya dimarahi ketika pulang berpergian.

"Kamu berisik banget sih, lagipula Kak Megan selamat sampe rumah." Elina membukakan jaket Megan dan sepatunya.

"Bukan gitu, ini anak kalo di biarinin sendiri bahaya."

Forever, I'm Yours (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang