Megan baru saja menyelesaikan tugasnya, ia keluar dari ruang operasi setelah berkutat hingga empat jam disana. Belakangan ia lebih mudah merasa pengap karena kehamilannya yang mendekati 16 minggu dan fisiknya tidak sekuat sebelum mengandung.
Saat menuju ruangannya untuk mengambil tas, ia memilih istirahat sejenak, lalu langsung pulang.
Sebelum keluar dari rumah sakit ia wajib melakukan absen, tak lupa menghubungi Max untuk menjemputnya.
Ting!
Sebuah pesan masuk.
From: Mila
Apa yang aku katakan kemarin lusa bener, kamu tanya Anton buat mastiin dan ini foto surat lab obat yang kamu minta.Seketika degup jantung Megan menjadi lebih cepat, ia tidak ada niat untuk membalasnya. Pikirannya teralih untuk membaca surat yang menerangkan obat apa yang ia temui di laci.
"Aku gak tau jenis apa obat ini, buat mastiin kamu bawa ke lab selain rumah sakit aku." Megan memberikan tempat obat berbentuk kotak kecil tanpa lebel.
Mila membuka dan melihat isinya, disana hanya ada butiran obat yang sudah dilepas dari kemasannya.
"Oke."
Langkah Megan yang tadi tegas, seketika berubah melambat. Niatnya untuk pulang berubah, bertemu Anton mungkin membuat perasaan menjadi tenang.
"Meg!" Panggil seseorang, saat ia memutar balik, Anton lah yang memanggilnya.
Pria itu menghampirinya yang sudah melepas jas putih.
"Mau pulang?" Tanyanya.
"Iya, ak—-"
"Bisa ke ruangan aku dulu? Ada yang mau aku sampai in, penting, banget." Potong Anton tiba-tiba.
Kebetulan sekali!
"Aku juga mau ngomong sama kamu."
Mereka jalan beriringan, Megan mempersiapkan kata-kata untuk mengeluarkan pertanyaan yang akan ia sampaikan.
"Apa yang mau kamu omongin?" Tanya Anton setelah ia meminta Megan untuk duduk.
Megan menyerahkan ponselnya pada Anton dan meminta penjelasan darinya. Ini obat yang diberikan oleh dokter Lucky. Niat Anton minta Megan ke ruangannya untuk berkata jujur tentang kondisi Aiden, Aiden tidak bisa menyembunyikannya dari Megan lebih lama lagi.
"Ini punya Aiden." Kata Anton terdengar berat.
Respon Megan yang mengangguk sempat membuat Anton terkejut.
"Aku liat dia masukin obatnya ke laci. Tapi kenapa Aiden mengonsumsi obat yang dosisnya tinggi?"
"Kamu harusnya tau setelah liat hasil lab."
"Kesalahan lab bisa terjadi, aku belum yakin."
Keduanya menjadi canggung, suasana tidak senyaman sebelumnya. Terlebih tatapan Megan berubah dingin, Anton menjelaskan bahwa hasil lab akurat.
"Aiden pergi lama waktu itu bukan karena pekerjaan, melainkan pengobatan di Luxembourg."
"Pengobatan?"
Megan masih mempertahankan tanggapan positif, ia enggan mengambil kesimpulan sendiri .
"Kanker otak."
Megan membisu, seketika pikirannya kosong dan lidahnya terasa kelu. Perasaan sedih menyelinap masuk, dadanya dibuat sesak layak terhimpit, matanya terasa panas, tanpa sadar ia memejamkan kedua matanya dan air mata tak bisa ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...