Seminggu berlalu, Aiden dan Megan berniat datang kerumah Piter. Mereka sudah lama tidak bertemu dengan keluarga Madison, tak lupa Megan membawa makanan menjadi bingkisan.
Tidak lama mereka tiba dirumah mewah penuh kenangan, sekelibat bayangan mereka muncul saat dua pasangan pria dan wanita tengah berlarian ditaman ini. Piter mengejar Megan, sedangkan Molly mengejar Aiden.
Tanpa sadar mereka tersenyum mengingatnya.
"Wah aku kangen waktu kita kecil." Ujar Aiden sambil melihat sekitar rumahnya. Pohon semakin rindang tumbuh, rumput jepang menghijaukan tanah ditamannya, air mancur juga nampak baru, dan ia melihat beberapa ART tengah membersihkan taman.
"Iya ya, daddy sama sekali gak ngerubah. Aku kira daddy ngerombak biar tamannya lebih bagus."
"Daddy gak akan ngerombak Mahal, kamu kayak gak tau daddy aja."
Megan menyetujui ucapan Aiden, mereka-pun tiba di depan tangga menuju pintu utama yang sudah disambut para pekerja.
"Selamat sore Tuan dan Nyonya." Sapa sang kepala, Susan yang sekarang terlihat tua.
"Susan." Pekik Megan memeluk Susan, ia sangat merindukan orang yang telah mengasuhnya dulu. Ia benar-benar mengabdikan hidupnya dikeluarga ini.
Susan menerima pelukannya, wanita yang dulu posturnya lebih rendah darinya kini sudah melampaui dan parasnya semakin cantik.
"Wahh Nyonya hmmm maksudku Megan ku semakin cantik." Puji Susan melepaskan pelukannya dan wajahnya nampak berseri saat bertemu dengan Megan.
"Terimakasih Susan, kamu juga semakin cantik dan sehat."
Setelah melepas rindu, Megan dan Aiden langsung masuk. Keduanya disambut oleh sang pemilik rumah.
"Apa kabar kalian?" Tanya Piter memeluk keduanya secara bergantian.
"Sangat baik Dad, Daddy makin subur aja. Gak gym lagi?" Aiden balik bertanya, namun pertanyaannya membuat Piter drop.
"Mommy mu larang Daddy gym, katanya Daddy udah tua ngapain olahraga berat kayak gitu." Kata Piter melirik Molly.
"Bener dong aku? Coba tanya dokter disini," Molly melihat kearah Megan, "benar tidak Sayang, kalau orang sudah TUA lebih baik tidak olahraga berat?"
Megan terkikik mendengar saat Molly menekan kata tua dan membuat Piter melengoskan wajahnya, ia tidak suka dipanggil tua. Walaupun kenyataan seperti itu.
"Bener sih Mommy, tapi olahraga Daddy diganti sama yang lebih ringan aja. Sayang otot Daddy yang keren jadi usang."
Aiden terbahak dan Piter merasa terpojokan sekarang. Megan segera mendekati Piter kemudian memeluk tangannya, sedangkan Molly merasa menang dan ia meledek Piter.
Kemudian Erzo dan Sydney muncul secara bersamaan, Sydney yang melihat Megan dirumah langsung girang. Sedangkan Erzo memeluk Aiden layaknya teman, hanya menyentuh lengan, namun tangannya merangkul.
"Kan enak liat kalian barengan, jangan berantem terus." Puji Aiden bangga melihat perkembangan adik-adiknya. Biasanya mereka selalu ribut dan membuat orang rumah stres karena suara mereka sama-sama tinggi.
"Kak, kita berdua itu gak kayak Kakak sama Kak Mega yang sweet-sweetan terus, betul Baby Zo?"
Erzo sebal mendengar panggilan itu, ia terlalu muda mendengar panggilan kecilnya. Ia malu kalau Sydney tidak sengaja memanggil Erzo seperti itu didepan temannya.
"Sumpah Kak, jangan panggil aku itu. Aku udah gede." Protesnya.
"Zo kamu masih sekolah dan belum punya KTP, jadi kamu masih kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...