Seminggu berlalu....
Sekarang hati Megan dirundung kesedihan, kepergian Aiden kali ini menyiksa dirinya. Aiden hanya menghubunginya tiga kali dalam minggu ini, bahkan ulang tahunnya terlewatkan begitu saja tiga hari lalu. Dengan kejutan kecil di rumah yang didekor secantik mungkin dan beberapa kado ia terima, namun dihari ulang tahunnya Aiden hanya mengucapkannya melalui telepon dan itu hanya bertahan paling lama 10 menit.
"Kak!" Pekik seseorang yang membuat lamunannya buyar.
Megan berdecak melihat Sydney, moodnya benar-benar tidak baik.
"Jangan bengong dong, Ney ajak Kakak ke sini biar Kakak happy dan calon keponakan Ney seneng juga." Ujar Sydney mengelus perut Molly yang terasa keras.
Ya, seluruh keluarganya sudah mengetahui bahwa dirinya sedang berbadan dua. Hanya Aiden yang belum mengetahuinya, Megan ingin memberikan kabar ini secara langsung tanpa melalui perantara apapun.
"Ney Kakak lagi gak mood." Molly memilih duduk dibangku taman yang menghadapkan ke danau buatan dengan air mancur besar ditengahnya.
Sydney sedari berusaha membuat Megan bahagia, sudah empat tempat yang mereka kunjungi namun semuanya percuma.
Sydney paham dengan kesedihan yang dialami oleh Megan, sebenarnya ia merutuki kakaknya yang tega melakukan ini. Ia bertekad, setelah Aiden pulang, ia pastikan kakaknya memiliki warna biru dipahanya.
Tiba-tiba Sydney berdiri lalu berlari mendekati danau. Setelah berdiri ditepi danau, ia mengepalkan kedua tangan sekencang mungkin.
"KAKAK PULANGGGG!!!! BETAH AMAT SIH DILUAR NEGRI, GAK TAU APA ISTRINYA LAGI HAMIL!!" Teriaknya sekeras mungkin, ia tidak peduli pengunjung taman ini memperhatikan seperti orang gila. Tapi kesabarannya sudah habis.
"ARGGHH!!" Umpatnya dengan nafas tersengal. Bahkan ia melihat sepasang kekasih mengejeknya, namun ia memberikan ancaman dengan tendangan dan tinjuan agar mereka pergi.
"Aishh dihubungin susah banget, punya hp mahal tapi gak guna!" Geramnya yang tadi mencoba menelpon Aiden namun tidak aktif.
Sydney kembali ke tempat Megan duduk, namun ia syok melihat Megan terbahak. Ia memperhatikan sekelilingnya, tidak ada yang melucu. Lantas apa yang membuat Megan tertawa seperti itu?
"Kak, sehat?" Tanyanya setelah Megan berhenti tertawa dan menyeka air mata.
Megan mengangguk.
"Kamu gila ya?" Pertanyaan Megan membuat Sydney membulatkan matanya.
****
Piter memperhatikan Molly sedang menata meja riasnya agar lebih rapih. Semenjak kembali dari Luxembourg, ia belum mengatakan apapun pada mereka tentang Aiden. Waktu yang tepat belum ia temukan, apalagi sebelumnya Megan ulang tahun dan mereka sibuk mempersiapkan kejutan untuk Megan.
"Dad." Panggil Molly.
"Ya?"
"Aiden apa kabar ya? Mommy kangen sama dia, ditelpon gak pernah ngangkat. Dia baik-baik aja kan?"
"Tidak, Aiden sedang kesakitan melawan kankernya." Ingin sekali ia mengucapkan kata itu, namun yang terucap adalah, "baik, Aiden pasti juga kangen sama kamu."
Seketika hati Piter terasa mencelos mengingat ucapan Aiden sebelum ia kembali ke Indonesia.
"Daddy." Panggil Aiden dengan suaranya yang sumbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever, I'm Yours (TAMAT)
RomanceKehidupan maliga rumah tangga sudah dicapai oleh Megan dan Aiden, kebahagiaan selalu menyelimuti hari keduanya. Hal sederhana apapun dari Aiden untuk Megan, akan menimbulkan kebahagiaan yang tiada tara. Begitupun sebaliknya. Seperti pasangan yang l...