Waktu 8: Lega

435 57 0
                                    

Jakarta, November 2016.

"Nyokap sama bokap lo nggak pergi, Syad?" tanya Hanin sambil menaiki mobil Irsyad.

"Nggak," balas Irsyad. "Nanti ngejemput Rizki sama istrinya dulu."

"Siap," balas Hanin. "Eh ... nggak apa-apa gue di belakang?"

"Selow aja, daripada lo di depan. Lo lebih cerewet daripada nyokap gue," balas Irsyad.

Hanin tersenyum sambil memandang kaca jendela. "Syad ..." ucap Hanin tanpa melihat ke kaca yang memantulkan bayangan Irsyad. "Lo udah tau semuanya, kenapa nggak bilang?"

"Bukannya ..."

"Makasih, Syad," balas Hanin. "Harusnya, gue sadar akan hal itu lebih cepat."

"Nin ..."

"Lo tau apa yang gue rasakan saat ini?" tanya Hanin.

Irsyad terdiam. Ia memandang wajah Hanin yang tersenyum di bangku belakang dari kaca dalam mobil.

"Gue bersyukur, Syad," balas Hanin. Ada helaan napas lega disana. "Gue bersyukur akan hal apa yang telah gue alami. Sakit hati, sedih, putus asa, ternyata ada arti dari kesemua itu."

"Lo mau nggak datang?" tanya Irsyad. Khawatir.

"Datanglah, bukannya ini hari bahagianya Dika? Kenapa harus nggak datang?" tanya Hanin. Kini pandangan mereka bertemu. Hanin tersenyum memandang sahabat yang tak pernah dekat dengannya. "Cepetan, Syad. Jangan buat Rizki nunggu, istrinya lagi hamil."

Irsyad terdiam. Mobilnya berjalan pelan. Tatapannya sesekali menatap kaca kecil yang memantulkan bayangan Hanin yang sedang memandang jalanan dari kaca jendela. Ada senyuman disana. Senyuman di wajah Hanin. Senyuman yang sama seperti beberapa tahun lalu. Senyuman yang ditampilkan setelah badai menerjang dalam kehidupannya.

"Ada satu hal yang pasti, Syad. Selalu ada pelangi setelah badai. Selalu ada hal baik setelah apa yang telah menimpa kita."

Ucapan Hanin beberapa tahun lalu terdengar jelas ditelinganya. Wajah Hanin yang tersenyum mampir di ingatannya. Senyuman yang sama dengan sekarang.

"Nin ..."

"Hm?"

"Lo juga harus nemuin pasangan lo secepatnya," balas Irsyad.

Hanin hanya tersenyum.

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula," balas Hanin. "Mungkin gue belum cukup baik kali ya buat berpasangan sama Dika."

Irsyad menghela napasnya. Belum cukup baik untuk berpasangan dengan Dika? Andai elo tau yang sebenarnya, Nin, ucap Irsyad dalam hati.

¤¤¤

Irsyad menatap perempuan yang telah kembali tersenyum manis yang melekat di bibirnya. Baru kemarin Irsyad melihat perempuan itu menangis tersedu di depan peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Baru kemarin perempuan terdiam, terkungkung dalam emosi yang tak pernah Irsyad lihat. Namun kini, senyuman telah menghiasi wajahnya.

"Udah baikan?" tanya Irsyad basa-basi ketika menunggu pesenan makanan.

"Emang gue sakit apaan?" tanya perempuan itu dengan senyuman canggung.

Irsyad hanya tersenyum memandang perempuan itu. Ia rasa, hati perempuan yang ada dihadapannya tengah membaik.

"Gue, inshaa Allah, baik-baik aja kok, Syad. Thanks."

Lamunan masa lalu kembali menyeruak di kepala Irsyad. Memorinya mengarahkan ke chanel dimana perempuan itu bangkit dari jatuhnya. Dengan sebuah senyuman di bibirnya. Rasa dejavu menyelimuti hatinya saat memandang perempuan yang sama tersenyum bahagia di samping calon pengantin.

Irsyad menghela napasnya sekali lagi. Ada sebuah rasa yang kembali muncul dalam dirinya. Sebuah rasa yang sama seperti dulu. Rasa ingin melindungi.

"Lo melamun aja dari tadi, Syad," ucap perempuan itu yang kini berada disebelah Irsyad. "Lo berantem sama Dika?"

"Nggak ada alasan buat gue sama Dika berantem," balas Irsyad. "Lo mau langsung balik apa ikut anak-anak main?"

"Gue ikut aja, gimana Rizki sama istrinya. Kasihan kalo diajak jalan-jalan."

Irsyad hanya menghela napasnya. Lagi. Ia menatap Dika dan calon istrinya yang sedang tersenyum bahagia. "Nin ..."

"Hm?"

"Gue rasa bukan Dika yang nggak pantas sama elo."

"Maksud lo?"

"Ada saatnya elo akan mengerti kenapa dan bagaimana. Tapi percayalah, akan ada lelaki yang lebih baik dari Dika buat lo."

Hanin hanya tersenyum mendengar perkataan Irsyad. "Whatever, Syad. Gue rasa, gue udah nggak ada rasa lagi sama Dika," balas Hanin tersenyum. "Allah maha membolak-balikkan hati Bani Adam. Mungkin, rasa suka yang gue pendam selama ini adalah godaan syetan kali ya."

"Semoga ..."

¤¤¤

Di dunia ini, segala sesuatu terjadi dengan sebuah alasan dam akan meninggalkan sebuah pesan. Jangan terlalu fokuskan perhatianmu pada yang pergi atau menghilang. Tapi, lihatlah yang selalu kamu miliki hingga sekarang. Dan ada orang yang kamu temui hanya untuk menyapamu sesaat diperjalanan, lalu kalian sama-sama berlalu pergi. Ada juga orang yang kamu doakan, tapi tetap tak bisa kamu paksakan, karena hati bukan dalam kuasa seorang insan. Namun, kelak akan ada cinta yang membuatmu paham, "Mengapa tiap orang yang kamu temui itu pergi dan mengapa kamu tak bisa memaksakan hati." Karena ternyata cintamu bukan untuk mereka, tapi untuk dia. Maka semoga Allah menguatkan kesabaranmu dalam menanti. Sekali lagi. - Dedy Chandra H (Jodoh yang Sebenarnya)

¤¤¤

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang