Waktu 15: Berjalan

482 55 0
                                    

Jakarta Mei 2017.

Ramadhan telah tiba dipenghujung bulan ini. Ramai-ramai orang menyambut dengan suka cita. Sibuk dengan apa yang akan mereka makan selama bulan suci berlangsung. Sibuk menjadwal buka bersama, padahal puasa masih berada di awal. Sibuk dengan berbagai macam mode baju, padahal lebaran masih di ujung lorong. Dan belum tentu nanti mereka yang menyambut Ramadhan akan bertemu dengan Bulan Syawal.

Wallahualam bi showab.

Dan di awal bulan Ramadhan ini, entah mengapa Hanin merasakan hal yang sangat berbeda. Ia memang sudah terbiasa menyambut Ramadhan sendirian semenjak kematian kedua orang tuanya. Dan di tahun ini pun ia masih sendirian menyambut Ramadhan, namun ia tidak benar-benar sendirian. Ada yang menemani Hanin untuk melewati Ramadhan kali ini.

Bukan lelaki, bukan. Apalagi masa lalu yang telah menempuh hidup baru. Tapi Allah memberikan sebuah jalan terbaik untuk Hanin. Seorang pengingat, seorang pengajak, seorang yang berteman bukan hanya karena alasan satu almamater, satu kerjaan, satu lingkungan ataupun satu tongkrongan. Melainkan Allah mengirimkan seorang teman yang membantu Hanin kembali ke jalanNya.

Sebut saja Essy.

Hanin mengenal perempuan yang lebih tua beberapa tahun darinya dari sebuah cerita yang sebenarnya, awalnya, tidak begitu menarik baginya.

Tapi siapa yang dapat menebak hati seseorang?

"Sesungguhnya hati-hati bani Adam seluruhnya ada dalam kuasa Allah seperti satu hati. Allah palingkan sesuka-Nya." "Ya Allah. Dzat yang Memalingkan Hati-Hati, palingkan-Lah hati-hati kami untuk mentaati Engkau." (H.R. Muslim)

Begitu juga dengan Hanin yang hanya manusia biasa. Dengan kuasa Allah, hatinya tergerak untuk membaca. Banyak ilmu yang ia dapat. Banyak renungan yang ia rasakan setelah membaca. Dan betapa malunya Hanin ketika ia tau jika ia adalah salah seorang makhluk yang sangat cinta dunia.

"Padahal dunia itu cuma sampah."

Hanin hanya bisa menghela napasnya. Apa yang ia kejar? Sampah? Sampah yang sia-sia.

Harta? Tahta? Pengakuan? Wanita mandiri?

Hanin hanya bisa tersenyum kecut ketika ia mendengarkan itu. Tapi ... itulah dirinya. It was her. Itu dia yang dulu. Kini?

"Assalamualaikum warohamtullah," sapa seseorang kepada Hanin.

"Wa'alaikumussalam warohmatullah ..." balas Hanin. Tersenyum senang ketika ia melihat wajah senyum yang menyapanya. "Udah dari tadi, Kak?"

"Alhamdulillah baru datang kok," balas perempuan itu. "Kamu sendiri?"

"Baru datang juga," balas Hanin.

"Oh iya ... kenalin, ini Ais, ini Echa, nanti inshaa Allah bakalan ada yang datang lagi."

"Hanin ..." balas Hanin memperkenalkan diri. Hanya nama saja. Singkat, padat dan jelas.

"Ais ..."

"Echa ..."

Hanin hanya tersenyum menatap wajah-wajah teduh itu.

"Masuk yuk, sebelum penuh," ajak teh Essy.

Hanin dan teman-teman barunya mengiyakan dengan tindakan, langkah mereka ringan memasuki pelataran masjid. Begitu juga dengan Hanin. Dulu ... langkah Hanin terasa berat ke masjid, walaupun hanya sekedar mampir sholat.

Sempat Hanin berpikir, did Allah give up on her? Apakah Allah sudah menyerah kepada Hanin? Mengapa langkah hidupnya seakan menuju sebuah kesemuan belaka? Dan saat Hanin mengharapkan lebih kepada makhlukNya, Allah memberikan jawaban yang sangat jelas. Allah menyayanginya. Allah menginginkan jalan yang terbaik bagi Hanin. Bukankah Allah adalah pembuat skenario terbaik bagi hambaNya.

¤¤¤

Life is about change, so it's your mission, it's your responsibility to change and never want or never wait for anyone to change you. It should be your own thing. And if you were to look at the life of a muslim, consider the life of the companions of the Prophet Shallallahu 'Alaihi wasallam, the lives of the great people in the hisntory of Al-Islam, the great scholars, the great leaders, what were they doing? They were doing two main things. Changing themselves and changing others. That's what life is all about. You spend your life cultivating yourself. Growing your spirit and your heart, your knowledge. Progressing and helping other progress and grow. That's the story of life. - The Worst can Become The Best (Moutaseem Al Hamedi).

¤¤¤

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang