Chapter 8

572 39 2
                                    

"Cantik, tolong bawain baju ganti gue ke bawah ya. Gue mau beli pembalut dulu sebentar."

"Oke kak. Mau di temenin gak?"

"Gak usah, nanti gue langsung nyusul ke lapangan aja." Sergah Ratu. Cantika memberikan acungan jempolnya. Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga, dan berpencar setelahnya. Cantika ke arah lapangan, dan Ratu kearah koperasi.

Sedangkan di lapangan, Cantika langsung mengambil barisan paling tengah setelah mengusir dua temannya. Katakanlah Cantika kurang ajar, memang iya. Tapi, Cantika tidak suka berada di barisan paling pinggir.

"Baik anak-anak, silahkan melingkar. Jane pimpin pemanasan ya!" Perintahnya.

Cantika menggumam. Ia paling malas pelajaran olahraga, apalagi harus sampai berurusan dengan gurunya.

"Kenapa, Jane? Sakit?" Guru olahraga Cantika terlalu sokap, Cantika jadi males. Segala manggil Jane, padahal jelas-jelas namanya Cantika. Yang boleh manggil Jane cuma Raja udah titik.

"Enggak pak." jawab Cantika pelan. Ia segera berdiri di tengah-tengah lingkaran diantara teman-temannya.

"Kepala sok, hiji, dua, tilu" Cantika mulai menghitung dilanjutkan oleh teman-temannya.

"Kanan, mulai"

"Kiri, mulai"

"Atas, mulai" dan tepat saat itu, ketika Cantika mendongak, ia melihat seorang Austin yang sedang berdiri dengan tampang sok cool nya melihat kearah lapangan.

Entah, walaupun Austin tidak membuat mengusiknya, tapi mulut Cantika tidak kuat untuk tidak nyiyir.

"Weh, Aseton. Ngapain lo berdiri diatas sana? Sini gabung!"

Austin menggidikan bahunya, "niat awal sih mau lihat pemandangan. Eh, ternyata yang dilihat tepos-tepos. Nyesel lihat."

"Zina mata Austin, dosa!" Peringatnya. Cantika tau Austin hanya becanda, that's why Cantika membalasnya dengan candaan ringan.

"Udah terlalu sering nonton yang lebih hot dari ini, jadi yang ini gak dosa. Lagian apa yang bikin dosa? Orang tepos begitu."

"Maaf, gue telat." Tiba-tiba Ratu datang dengan senyum manisnya, ia langsung menyelundup di salah satu barisan yang membelakangi Austin. Sepertinya Ratu tidak melihat Austin.

"BIAN!" Teriak Austin. Ratu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara.

"BIAN!" Okay, sepertinya Austin punya hobby baru.

Ratu yang tidak tau kalau itu Austin, ia hanya menggidikan bahunya dan mencoba untuk tidak memerdulikan teriakan tersebut.

"BIAN, SEAH! Tapi sepertinya ini disengaja. Ratu mendongak mencari asal suara yang memanggil nama orang tuanya.

"BI-------Hehehehe, hai Bian." Austin nyengir saat Ratu menatap kearahnya dengan tatapan kesal. Sudah terlambat bagi Austin untuk sembunyi, karna Ratu terlebih dahulu mengetahui keberadaan Austin.

"ZAYN, TITA!" Balas Ratu tidak mau kalah.

"APA YAN?"

"DIEM, TITA!"

"Apa sih Ra, aku manggil Sayang bukan Bian. Kamu salah denger." Pipi Ratu memerah, se isi lapangan pun men-cie-cie Rastin, alias Ratu-Austin.

"Kiss dari jauh, Yan." Austin memberi kissbye nya. Sedangkan Ratu memberi ekspresi pura-pura muntahnya. Dengan sekali hentakan ia berbalik, membelakangi Austin yang pasti masih melihat Ratu.

Aduh gusti, pulang sekolah Ratu mau sedekah ah biar Austin gini terus.

🌼🌼

My Dilemma [Re-Publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang