"Wey anak Cantik. Galau ya?" Kevin mendudukan dirinya di samping Cantika yang tadinya sibuk mengotak-atik tombol remote tvnya.
"Iya nih, Pa. Baru putus sehari."
"Hmm, alay." Jawab Kevin menggumam.
"Lagi ngapain sih, Pa?" Tanya Cantika
"Bikin laporan. Suntuk banget Papa di ruang kerja. Kayak butuh view baru."
Cantika manggut-manggut. Ia melirik layar laptop Kevin, dan Kevin secara bergantian.
"Pa," serunya.
"Apa? Gimana rasa Sempol bikinan Papa kemarin? Enak gak? Cocok kan Papa jadi pengusaha sempol?" Cantika berdecak. Ia tidak menjawab pertanyaan Kevin.
"Cariin Cantika jodoh dong."
Seakan kaget dengan pernyataan Cantika, Kevin langsung menegakkan badannya dan menatap Cantika dengan raut muka yang tidak bisa dibaca. Beberapa detik Kevin menatap anaknya itu, namun di detik berikutnya, senyum lebar Kevin tidak dapat lagi terbendung. Ia tertawa menampakkan lesung pipinya yang tidak bisa luntur seiring dengan berjalannya umur Kevin yang semakin menua.
"Ada Can. Satpam di kantor Papa cogan. Umurnya masih sekitar 31an. Yaaaa, cocok lah, 31 sama 17. Not bad."
Cantika memberenggut kesal. Ditaboknya lengan Kevin sedikit kencang.
"Emang Papa mau punya mantu satpam?!"
"Ya papa mah apa kata kamu aja. Tapi kalau kamu gak mau satpam, kang parkir juga ada kok. Kalau gak percaya, tanya aja Papa Bian." jawab Kevin santai.
"Papa Bian ganteng ya, Pa." celetuk Cantika menerawang, seperti membayangkan wajah Bian ketika tersenyum.
"Hehe, gantengan Papa." Kevin nyengir sebentar lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Papa kenapa sih kerja terus? Emang Papa gak cape? Harusnya kalau hari minggu, papa diem di rumah. Gak usah ngerjain tugas kantor." Cantika menasehati Kevin. Seharusnya hari ini Kevin mengajaknya hangout, membelikan makanan yang enak-enak. Membelikan parfum, membelikan makeup.
"Terus siapa atuh yang mau ngerjain kerjaan papa teh? Pak satpam? Atau kang parkir?"
"Ih Papa mah." Kevin tidak peka. Cantika kesal. Ia menyedekapkan tangannya lalu menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Anak Cantik, mas-mas Alfamart di perempatan sana cakep loh." adu Kevin kepada Cantika.
Mendengar hal itu, Cantika yang seakan haus kasih sayang, kembali bersemangat.
"Serius gak nih?"
"Asli dah. Papa tadi abis dari alfamart. Pas di kasir, Papa tercengang." Guraunya.
Cantika senyam-senyum sendiri. Ia harus cepat mengatur strategi. Bagaimana caranya ia bisa caper-caper sama mas kasir. Ia penasaran seganteng apa mas kasir yang dimaksud Kevin.
"Papa ada sesuatu yang harus di beli gak? Mau Cantika beliin?"
"MAMA MAU MARTABAK MANIS ALFA YA CAN. 2 BUNGKUS AJA. UANGNYA MINTA PAPA!" Asri yang sedang mencuci piring tiba-tiba menyeletuk. Oh, sepertinya Asri menguping rapat dadakan Cantika dengan Kevin.
"Yes." Cantika berseru. Ia pun langsung berdiri setelah mendapatkan satu lembar uang merah dari Kevin. Lumayan lah, kembaliannya masuk kantong.
Setidaknya kalau Mas kasir tersebut tidak se cakep yang Kevin katakan, paling tidak Cantika masih dapat upah dari kembalian Martabak Manis.
Kalau dipikir-pikir dengan upah yang Cantika terima selama ini, Cantika yakin, satu bulan kedepan, Cantika pasti bisa bikin stand martabak manis sendiri. Bukankah itu bagus?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dilemma [Re-Publish]
Teen FictionPernah gak sih kalian bingung sama perasaan kalian? Kalian itu suka sama si A, B, C, D, atau E. Kok kalau kalau kalian ngobrol sama si 'A' kalian happy dan nyaman. Terus si 'B' itu lucu dan selalu ada. Tapi ngelihat si 'C' punya cewek baru kok nyes...