Chapter 38

390 41 25
                                    

Cantika Jane : Jadi menurut lo gue harus gimana?

Austin Malik : Lepasin semuanya. Fokus sama apa yang akan lo capai.

Cantika Jane : Ashiiiapp bosquee

[read]

Cantika menarik nafas panjang. Ia sudah membulatkan tekatnya. Ia akan memulai hidup baru dengan cerita baru.

Anggap saja ponselnya yang rusak kemarin adalah pesan dari Tuhan, agar Cantika memulai semuanya dari awal. Membuat memori-memori baru dengan orang-orang terdekatnya.

Dan sebisa mungkin Cantika berusaha untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang lalu.

Cantika harus belajar mengikhlaskan.

Daniel, Alden, Brian, Aldo, dan semuanya. Cantika tidak akan meminta maaf untuk itu. Biarkanlah mereka menjadi bagian dari cerita masa remajanya.

Cantika menyandarkan punggungnya dan menerawang jauh. Semua memori yang dulu kembali terngiang dalam pikirannya.

Sejenak Cantika tersenyum merasakan indahnya masa kecilnya dulu dengan sahabat-sahabat yang sudah dianggapnya seperti keluarganya sendiri.

Dari mulai Raja yang selalu menjaga dirinya, Ratu yang selalu membantu dirinya dan Austin yang selalu kopet.

Ia masih benar-benar ingat. Apalagi Leonardo.

Ya Tuhan, apa kabar Om Leonardo?

"Andai hidup kayak squishy yang kalau udah di remas bisa balik lagi." Cantika tertawa sumbang. Ia berbicara kepada dirinya sendiri.

Alden : Selamat, sekarang lo udah tau kan siapa itu Andreas? Bagus lah, jadi gue gk usah cape-cape turun tangan buat ngebales apa yang udah lo lakuin ke gue:) karma menjalankan tugasnya secepat ini, bukan?:) enjoy your pain, Can:)

Cantika terdiam lama setelah membaca pesan dari Alden.

Apa latar belakang Alden mengirim pesan seperti ini kepada Cantika? Apakah Alden masih menyimpan dendam untuk Cantika?

Cantika Jane : Ya Alden. Thankyou. Memang gue deserve semua ini. From the deep inside, i just wanna say sorry for letting you down:)

Akhirnya Cantika mengetik balasan seperti itu. Entahlah, memori yang kembali disusun di dalam pikirannya buyar begitu saja setelah mendapat pesan dari Alden.

Akhirnya Cantika turun ke bawah.

Niat hati ingin gabung nonton bola, Asri malah ngomel-ngomel.

"Udah tau mama ngerjain pekerjaan rumah sendiri. Masih aja bikin kotoran di rumah. Kamu tau gak, mama itu cape. Dari mulai kamu berangkat sekolah sampai siang mama ngerjain semua nya sendiri. Mana nyuci, mana ngepel." omel Asri.

"Cantika udah gede! Harusnya Cantika bisa bantu mama. Nggak malah nambahin cucian kotor terus! Kalau mama udah beneran cape, Cantika mama suruh nyuci sendiri!"

'Gawat,' batin Cantika.

"Tiap hari kerjaannya keluar, gonta-ganti cowok. Aturan mah kalau udah tau pacaran, bisa nyuci sendiri. Makan masih disuapin aja gaya-gaya mau gonta-ganti cowok."

Apa semua ibu-ibu kalau marah semua hal dikait-kaitkan?

"Mama," tegur Kevin. "Udah ya, papa lagi nonton bola, suaranya TV nya kalah sama suara mama."

"Ini lagi!" semprot Asri. Padahal Kevin berbicara dengan nada lembut. Serius.

"Udah ya Can, mama gak mau tau, mulai besok kalau kamu masih suka nambah-nambahin cucian kotor, mama gak mau nyuciin baju kamu lagi."

My Dilemma [Re-Publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang