Chapter 21

452 44 17
                                    

"Udah gk ada yang ketinggalan, Can?" tanya Kevin.

"Koper. Koper aku belum aku ambil." jawab Cantika. Tidak lama kemudian, muncul lah Cantika menyeret koper kecilnya.

"Can-Can, mau pergi sehari aja kayak mau ngungsi setahun." Kevin mengangkat koper Cantika dan memasukkannya kedalam bagasi.

"Papa nggak tau sebagian isi koper itu apa?"

"Apa emang?"

"Kenangan mantan." Cantika nyengir kuda.

Hari ini Cantika, Kevin, dan Asri akan berkunhung ke rumah Diyan, aka orang tua Kevin. Rasanya sudah lama mereka tidak kesana.

Biasanya Leonardo sering ke rumah mengajak Cantika main. Kini sudah 4 minggu Leonardo tidak datang ke rumah sama sekali.

Selama perjalan ditempuh Cantika memainkan ponselnya. Ia membuka tutup aplikasi whatsapp nya.

Semenjak kejadian itu, Leonardo sama sekali tidak pernah menyapa Cantika. Tidak pernah mengirimkan chat basa-basi untuk Cantika. Tidak pernah mengajak Cantika vidio call malam-malam. Tidak pernah menelpon Cantika hingga berjam-jam. Tidak pernah curhat. Kebiasaan lama Leonardo seakan menguap begitu saja. Kedeketan Om dan keponakan itu juga mulai mengendur.

Hingga tak terasa kini Kevin sudah memasuki gerbang rumah Diyan.

Cantika melihat motor Leonardo terparkir tepat di depan pintu masuk. Itu artinya Leonardo sedang berada di rumah.

'Apa gue ajak ngobrol si Leon? Atau gue diem aja? Nanti kalau gue diem-dieman sama om Leon, papa malah curiga.' Cantika bermonolog.

"Can, betah banget disini. Turun sana." Kevin menyadarkan lamunan Cantika.

"Iy-iya." Cantika menjawab. Pandangannya tetap tertuju pada motor Leon, walaupun ia berangsut keluar dari tempat duduknya.

Sekarang, Cantika berdiri tepat disamping mobilnya. Masih terjadi perang batin antara otak dan hatinya. Ia bingung harus berbuat apa jika nanti bertemu Leonardo.

"Masuk Can." Cantika mengangguk ragu sebagai jawaban. Agar mengulur waktu, Cantika berjalan sepelan mungkin.

"Kamu teh kenapa, Can? Kayak gak biasanya kamu gini. Koper kamu gak mau dibawa masuk? Tanya Asri mulai curiga dengan gelagat anaknya.

"Eng-gak usah, Ma. Biarin aja. Nanti biar anak Cantik ambil sendiri." rasanya sia-sia, Cantika membawa koper kalau akhirnya ditinggalkan di dalam mobil.

"Yaudah masuk." Asri berjalan mendahului Cantika.

"Ma," tahan Cantika. "Gandeng dong."

"Apasih Can. Kayak mau nyebrang aja segala gandeng-gandeng."

"Gakpapa ma. Cantika tiba-tiba ngeri. Kayaknya Cantika mencium aroma negatif deh ma." Cantika mengalihkan dengan gurauan kecilnya.

"Kamu itu kebanyakan nonton Karma! Udah besok mama mau suruh papa jual TV aja." Cantika memberikan senyum palsunya.

"Nek, Cantika come back nih." Cantika memeluk Diyan dari belakang. Di umur yang hampir menginjak kepala 7, neneknya itu terlihat masih sangat muda.

"Cucu Nenek. Kok gak bilang-bilang mau kesini." Diyan menyambut Cantika dengan pelukan hangatnya.

"Iya dong. Biar surprise." Cantika tersenyum lebar.

"Eleuh-eleuh, kangen *pisan (sekali) sama cucu Nenek yang satu ini." Diyan menciumi pipi cucunya sayang. For your information, Selain anak satu-satunya, Cantika adalah cucu satu-satunya juga. Jadi wajar bila Diyan selalu memperlakukan Cantika seperti bocah 5 tahun yang masih butuh pengawasan penuh.

My Dilemma [Re-Publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang