Chapter 22

346 45 35
                                    

Tiga bulan berlalu, hubungan Cantika sepertinya tidak berjalan mulus. Terbukti dengan Brian yang sekarang mulai berubah. Yang sebelumnya selalu memberi kabar, kini hanya memberi kabar jika ada waktu luang saja.

Brian juga jarang terlihat dirumah. Bahkan Brian sekarang tidak seperti Brian dua bulan yang lalu, yang hampir setiap hari ke rumah Cantika. Tentu saja hal itu membuat Cantika khawatir.

Saat ini pukul 9 malam, dan ponsel Cantika tetap tidak menunjukkan tanda-tanda Brian menelpon, atau mengirim chat whatsapp untuknya.

Cantika membuka pintu balkon kamarnya. Dibawah sana, tepat di halaman rumah Austin, teman-temannya sedang berkumpul. Ada Leonardo, Ratu, Raja dan Austin sedang duduk melingkar.

Dengan Leonardo yang memetik senar gitarnya hingga menciptakan nada indah beraturan dan Ratu yang mengeluarkan suara indahnya, mereka terlihat menikmati sunyi nya malam.

I feel your touch when i'm alone
at night
But it's just me who's holding tight
And this life don't feel like you
There's nothing left, but these i love you's

Mereka menyanyikannya secara serempak.

And I just wanna scream out
Till my voice break
Even if these tears fall, and my heart hates me

Semuanya terdiam meninggalkan Raja yang masih menyelesaikan liriknya.

Cantika diam-diam meresapi setiap bait yang dinyanyikan Raja. Sepertinya lagu itu memamg ditujukan untuk menggambarkan suasana hati Raja.

I just wanna know how I can
save me?
Even if these three words choke
and take me
Baby, I love you

Entah kebetulan, atau Raja memang menyadari Cantika yang melihat kearahnya sedari tadi. Ia mengakhiri bait lagunya dengan menatap kearah Cantika.

Mata Cantika berkaca-kaca. Apa dirinya sejahat itu? Ya Tuhan, Cantika ingin menangis saat ini. Dadany sesak. Lewat lagu yang dibawakan Raja, Cantika seakan menemukan siratan rasa sakit yang dipendam Raja.

Ia benar-benar ingin menangis sekarang. Tapi jika ia menangis, ia takut bukan air mata yang ia keluarkan, melainkan mutiara. Iya, Cantika kan anak duyung.

Tidak, becanda.

"Can," Akhirnya seseorang notice keberadaan Cantika saat ini.

"Hai, Kak Rara." sebisa mungkin Cantika memerkan deretan gigi putihnya kearah Ratu yang kini melakukan hal yang sama, seperti yang ia lakukan.

"Ngapain diatas? Sini turun."

"Lain kali aja deh, Kak. Nanti Cantik ganggu."

"Kayak apaan aja deh. Sini turun."

Rasanya tidak enak jika menolak ajakan Ratu. Apalagi disana ada Leonardo. Tapi Cantika tidak ingin merusak momen teman-temannya dengan kehadirannya.

Ngomong-ngomong soal Leonardo, tidak usah ditanyakan lagi, ia memang akrab dengan Ratuja dan Austin. Bagaimana tidak, dulu ketika Leonardo masih kecil Chelseah sering mengasuhnya.

Ketika Diyan, Mama Leonardo sedang ada acara, Leonardo sering dititipkan kepada Seah. Kalau tidak, Seah sendiri yang mengambil Leonardo di rumah Diyan ketika pagi, ketika menjelang sore, Seah mengembalikannya.

Seah yang waktu itu masih menjadi pengantin baru sering memandikan Leo kecil. Menyuapi Leo kecil, hingga sampai Leonardo menjadi remaja yang sangat tampan, Leonardo masih akrab dengan Chelseah dan sekarang dengan anak-anaknya.

Cantika menguncir rambutnya menjadi kuncir kuda dan beranjak keluar kamarnya. Ia kemudian turun kebawah menghampiri teman-temannya. Ia mengambil posisi duduk di samping Austin yang kebetulan paling pojok.

My Dilemma [Re-Publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang