Part 17

1.1K 52 18
                                    

Seno berputar sehingga sekarang berdiri menghadap Linda yang sedang terduduk sambil memeluk Frans yang masih tergeletak tak berdaya.

“hentikan itu” teriak Seno saat melihat Istrinya yang masih menangisi pria lain, pukulannya memang menyakitkan tetapi tidak akan melumpuhkan pria sebesar Frans, ia memukul dengan perkiraan yang tepat. Dan seno tidak akan sekejam itu walaupun pria yang berada didepannya sekarang adalah orang yang paling dibencinya didunia ini.

“menjauh darinya” bentak Seno lagi.

Linda sedikit terkesiap mendengar nada bicara suaminya yang keras, karna setelah empat tahun pernikahan mereka, baru kali ini Linda mendengar seno berkata keras seperti itu,  Seno mendekati Frans yang masih lemah tak berdaya dan menjauhkan istrinya dari sisi pria itu, ia tidak rela bila wanita yang ia cintai memeluk pria lain, tidak untuk di depan matanya walaw ia tau apa yang istrinya perbuat dibelakangnya selama ini dengan pria asing ini. seno menunduk dan membantu Frans untuk dibaringkan di kamar terdekat, bagaimanapun ia adalah seorang dokter, hati nurani dan sumpah profesinya tidak sedikitpun luntur.

Tenang saja, ia tidak apa-apa, aku memukulnya di bagian perutnya tapi tidak membuat lambung dan organ penting didalamnya terluka, bila ia terluka ia kan muntah darah sesaat aku memukulnya”

“oh Tuhan, Syukurlah” ucap Linda lega.

Seno memandang linda dengan sendu, benarkah ini adalah sosok wanita yang pernah hidup dengannya selama 4 tahun ini?. ...

“istriku’ ucap seno lirih.

Linda terhenyak mendengar kata itu. Seolah-olah disadarkan dari dosa yang telah ia lakukan selama ini.

’’mas seno, aku..”

“cukup!!!!”

“jawab pertanyaanku sekarang”

“apakah kau begitu mencintai pria ini dbandingkan aku, suamimu sendiri?”

Linda tak bergeming sedikitpun dengan pertanyaan seno

Reaksi wanita itu membuat seno terkejut. Adasesuatu yang aneh pada diri wanita yang ia pikir sangat dikenalnya.  Seno seperti melihat sosok orang asing dan ia mulai berpikir apakah benar wanita yang berada dihadapannya sekarang adalah istrinya.

“L-linda, kau istriku bukan?” ucap seno terbata.

Wanita itu mengangguk tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dari pria yang sedang terbaring tak berdaya disamping seno.

Hati seno terasa tersayat, bahkan kini istrinya tidak mau memandang wajahnya lagi. Ia serasa bicara dengan orang asing.

“aku ingin bercerai!!!”

Tiba- tiba kata itu terucap dari bibir mungil Linda.

Seno mengernyit dan tidak begitu kaget dengan permintaan istrinya itu. ia sudah lama memprediksi bahwa kata itu pasti akan terucap dari  bibir istrinya.Kernyitan itu bukan suatu tanda kejengkelan atau kemarahan tapi lebih pada suatu pertanyaan.

“seberapa besar kau menginginkan perceraian ini?” tanya Seno.

“apakah perlu aku perjelas alasannya mas?” jawab Linda .

“apakah karena anak?” cecar Seno lagi. Ia tidak akan semudah itu menerima permohonan cerai dari istrinya”

‘tidak, bukan iitu” kali  ini Linda mulai kehilangan kepercayaan dirinya, tidak seperti tadi. kini ia terlihat gugup dan takut. Secara refleks ia membelai perutnya yang masih terlihat rata.

Hal itu tidak luput dari perhatian seno, Ia sangat mengerti bahasa tubuh istrinya, kali ini Linda sedang berbohong dan melihat gerakan refleks Linda yang masih saja membelai perutnya seakan-akan sedang melindungi sesuatu yang rapuh, seno bergidik.

“kau!!”

Seno tidak sanggup untuk menerusakan kalimatnya, ia mempunyai insting kuat dan dugaannya selalu tepat, seakurat saat ia mendiagnosa penyakit para pasiennya.

“jangan katakan bila kau sedang hamil?”

Linda terhenyak, ia baru menyadari bahwa sejak tadi ia masih mengusap-usap perutnya dan ia tidak menduga suaminya akan menebak sejitu itu, Linda melangkah mundur sejauh mungkin dari Seno dan berhenti di kaki sofa ketika tubuhnya tidak bisa bergerak lagi, ia pun jatuh terduduk, merasa tidak mempunyai tenaga sedikitpun untuk berdiri.

“yah istrimu sedang mengandung ”

Tiba –tiba ada suara yang memecah ketegangan pasangan suami istri itu.

Frans sudah mulai bangkit dan sudah terduduk di belakang punggung Seno. Dengan sedikit meringis karna menahan perih yang masih terasa di perutnya ia mengulangi lagi kalimat yang baru saja ia katakan.

“ia hamil, dan benih dijaninnya adalah milikku” ucap frans tersenyum licik karna merasa memiliki kemenangan yang akan datang di depan  mata.

Linda sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan frans, tapi ia tidak menyanggahnya. Ia merasa inilah yang terbaik untuk mendapatkan jalan perceraian.

Runtuh sudah ketekatan dan sedikit harapan yang seno miliki, kini ia tidak bisa melangkah lagi. Selama seperkian detik ia memandang wajah Linda yang tertunduk dan tak berani memandang wajahnya. Apakah linda begitu membencinya sehingga ia tidak sudi lagi melihat wajahnya.

Isakan lemah terdengar dari bibir linda, dengan segenap kekuatan nya yang masih tersisa linda memberanikan diri untuk memandang wajah Seno.

“maafkan aku mas, aku mohon lepaskan aku”

Seno terkejut dengan kata mohon yang terucap dari bibir istrinya, Linda tidak pernah memohon, ia tidak pernah meminta. Ia biasanya selalu memberi dan mengalah.

“nyonya Seno”, panggil Seno dengan lembut.

Seno mendekati Linda yang terduduk didepannya. Seno menarik Linda lembut untuk berdiri dan memeluk erat istrinya itu. Linda hanya bisa terkejut dan merasakan kehangatan dan aroma yang sudah hampir ia lupakan.

Seno membelai rambut linda dengan lembut, sedikit memberi jarak diantara mereka dan merapikan pakaian Linda yang masih berantakan akibat dari percintaannya dengan Frans.

“kau adalah satu-satunya wanita yang pernah membuat duniaku jungkir balik, dulu dan sekarang tidak akan pernah berubah” ucap Seno sambil membelai pipi lembut Linda yang mulai basah karna tangisannya.

“tapi bila ini sudah keputusanmu dan ini mungkin adalah jalan yang terbaik bagi kita, aku akan menuruti permintaanmu” ujar seno sambil menyeka air mata dari pipi Linda.

Ada kebisuan yang menggelisahkan selama satu atau dua detik.

“maafkan aku yang tidak bisa menjadi suami sempurna untukmu” ujar Seno lembut sambil membelai perut Linda singkat.

“seorang wanita seharusnya menjadi teladan bagi anak-anaknya, jika kau tidak belajar mengendalikan emosimu, anakmu akan tumbuh menjadi cengeng seperti ibu  mereka” . seno memberikan senyum terakhirnya diikuti kecupan ringan di dahi Linda.

Seno melepaskan Linda perlahan dan tidak melepaskan pandangannya dari wajah istri yang sangat ia cintai itu, kemudian seno berbalik pada frans yang berada dibelakangnya.

“jagalah istriku bung!!!!”,

satu hal lagi, lanjut Seno pada Frans.

“bila kau tidak bisa membahagiakannya, aku akan membuat perhitungan padamu” ucap Seno dengan nada mengancam.

Anggukan lemah Frans sudah cukup membuat seno puas dan tanpa kata-kata seno keluar dari pintu apartemen itu dengan membawa sejuta lara.

Indah Pada Waktunya (New cover)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang