Sebuah Janji ✅

1.7K 144 37
                                    

San berlari meninggalkan gudang penyimpanan dengan wajah masih memerah. Biarkan saja para pelayan memandangnya aneh ia tidak peduli pasalnya ini semua gara-gara Pey. Gadis itu, iya dia, dengan menyebalkannya bilang kepada Lucas jika dirinya selama ini menunggunya tiba di Alltar.

"Kamu tau tidak kalau Owy selama ini bilang kepadaku jika dirinya selalu berharap kapan kamu akan datang kembali mengunjunginya." Pey terkikik.

"Oh ya?"

"Iya, dia selalu bilang begitu setiap kali memikirkanmu."

"Benarkah?"

"Jangan dengarkan dia!" timpalnya mengelak dengan wajah sudah memerah seperti tomat terlampau matang.

Itulah obrolan mereka bertiga yang membuatnya kabur sebelum lelaki itu beranjak pergi bersama kayu manis. Ah Pey benar-benar menyebalkan, awas saja nanti kalau Alex kembali. San sudah berencana membalaskan perbuatannya dengan cara membeberkan segala curahan hati gadis itu kepada lelaki yang dia sukai diam-diam, haha.

Aula istana sepi. Kedua kakinya membawa San pergi kesana. Kenapa sepi? tumben sekali, apa jangan-jangan ini karena ayahnya pergi ke desa sebrang sehingga segala aktivitas di dalam sana jadi berkurang lalu menjadikannya sepi, mungkin saja sih. Oke, jika memang begitu San memilih untuk berjalan-jalan saja. Pergi mengelilingi istana untuk menghilangkan rasa bosan atau malah mencegahnya bertemu dengan Lucas. Ide bagus. San menjentikkan jarinya hingga menimbulkan bunyi cetik.

Gadis itu berjalan menuruni tangga, menyapa beberapa pelayan yang hilir mudik sambil bersenandung pelan. Saat melintasi sebuah tembok keramik yang menjulang tinggi, disana San melihat pantulannya sendiri. Berdiri menggunakan baju santai berwarna krem dengan rambut yang dikepang panjang kebelakang. Cantik, itulah deskripsi San hari ini. Itu juga yang mendeskripsikannya adalah Lucas. Ia kembali berjalan riang mengabaikan segala sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Roknya tersibak kesana-kemari karena jalannya terlalu bersemangat.

"Apa kabar Timoni?" sapanya ramah ketika anak gadis dari pelayan melintas membawa seember susu murni yang baru saja diperah.

"Baik putri. Bagaimana kabar putri San hari ini?" balas gadis itu. Dia berhenti berjalan membuat susu di dalam ember berhenti bergoyang.

"Baik juga."

"Putri San mau kemana?"

San menggeleng, "Tidak tau. Aku cuma mau jalan-jalan."

Timoni manggut-manggut, dia kembali mengangkat embernya lantas berpamitan karena ibunya sudah menunggu di dapur untuk mengolah susu yang dia bawa.

Sekarang San bingung mau kemana. Apa ke kandang kuda? boleh juga sih daripada terlontang-lantung tanpa tujuan yang pasti. Timoni membuatnya mendapatkan ide untuk pergi ke kandang kuda setelah ia melihat seember susu sapi. Sepertinya San harus berterima kasih kepada gadis itu kapan-kapan karena telah menyumbangkan ide bagus ini.

Kandang kuda ya, sudah lama sekali San tidak bercengkrama dengan kuda. Hampir dua tahun segala sesuatu yang berkaitan dengan kuda tak lagi menyapa hidupnya, padahal dulu saat masih di Downton, San sendiri yang turun tangan mengurusi Boni- kudanya yang mati tenggelam. Mulai dari memberikan jerami, memandikan di sungai Ristal, sampai merawatnya saat sakit. Semua itu, kenangan itu membuatnya meringis pilu. San benar-benar merindukan Dwei sekarang, merindukan suasana Downton dan merindukan.... Alex serta Alexa.

"Kamu sedang apa?" suara yang teramat ia kenali. San terjingkat kaget mendengar suaranya.

Ditolehnya seorang lelaki yang tadi ia temui di gudang penyimpanan rempah dan herbal sedang menatap kearahnya. Nahkan, apa yang dia bilang, Lucas memang ada dimana-mana! lelaki itu menatapnya sambil mengukir senyuman manis. Demi Tuhan San bisa gila jika terus berada di dekatnya.

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang