Mereka ✅

1.2K 116 9
                                    

Selama ini tidak ada yang jauh lebih mendebarkan daripada berada diatas kuda bersama seorang laki-laki tampan. Jantung yang awalnya tinggal diam mulai bertingkah seperti drum yang ditabuh berulangkali di festival musik tahunan. Debaran tadi mengalahkan segalanya. Tragedi tenggelam di laut yang menewaskan seluruh isinya dan bahkan diburu oleh penyihir seperti Greg bukanlah apa-apa, debaran itu tidak pernah membuatnya sampai segila ini.

San berulangkali mengontrol diri, menarik napas perlahan lalu dibuang di udara secara teratur namun masih saja tidak membuahkan hasil. Dia sudah berkuda sekitar duapuluh menit bersama dengan Lucas diatas punggung Rubby saat cahaya matahari sudah sepenuhnya menghilang di ufuk barat. Setiap langkah yang diambil Rubby membuat jantungnya kian berpacu, secepat kuda itu berlari meninggalkan Weedland untuk menuju ke istana. San merasakan bagaimana setiap kali Lucas menghentakkan tangannya di udara agar kuda berlari semakin kencang, sentuhan dada bidang Lucas di punggungnya yang berulang terus-menerus dan suara berat yang memerintahkan Rubby agar melesat lebih cepat berhasil meronakan pipinya tanpa bisa dicegah.

Baik San dan Lucas yang menunggangi kuda di bawah langit malam begitu kontras layaknya seorang ksatria berkuda putih sedang menyelamatkan putri dari amukan naga ganas di puncak gunung tertingi. Itulah sebab kehadiran mereka memicu reaksi beragam dari masyarakat desa yang tanpa sengaja melihatnya melintas di pekarangan rumah dengan sorot lampu jalan yang temaram. Sungguh bak di negeri dongeng meski sebenarnya mereka memang cocok digambarkan semacam itu.

Laju Rubby memelan ketika tiba di depan gerbang kokoh istana Alltar. Kedua prajurit penjaga langsung membuka gerbang tersebut saat melihat siapa yang datang tanpa harus menunggu perintah. Lucas menggelak kudanya lagi masuk ke dalam area istana diikuti oleh kuda San yang tidak ditunggangi karena dia berada pada satu kuda yang sama dengan lelaki itu. Mereka langsung menuju kandang sebelum ke area dalam.

Lucas menurunkan San perlahan. Menurunkannya dengan sehati-hati mungkin agar gadis itu tidak merasakan sakit. Sedang San sendiri hanya diam menerima apa yang Lucas lakukan kepadanya karena sejujurnya dia tidak tau harus berbuat apa.

"Apa masih sakit?" tanya lelaki itu usai menaruh Rubby pada tempatnya semula.

San menggeleng saja.

"Coba aku lihat," belum sempat mengelak, Lucas sudah menarik pergelangan tangan San untuk dicek, menariknya pelan, "Masih memar." imbuhnya.

Lantas gadis itu langsung menariknya kembali, "Ini hanya terkilir. Kamu tidak perlu cemas."

Kamu bercanda! batin Lucas gemas, tidak tau apa kalau dia sangat khawatir, "Yasudah lebih baik kita segera masuk. Udara semakin dingin dan itu tidak baik untuk kamu."

Sekali lagi San hanya mengangguk. Akhirnya mereka berjalan beriringan dalam diam meninggalkan kandang kuda. Setiap langkah yang diambil menyibukkan pikiran masing-masing, tidak ada yang tau apa di dalam pikiran mereka kecuali diri mereka sendiri. Entah hari ini ada banyak hal yang membuat San maupun Lucas harus memikirkan banyak hal.

Suasana kerajaan sepi ketika kedua manusia itu memasuki aula besar kerajaan. Lampu kuning yang menyorot ruangan lenggang tanpa keberadaan seseorang. San menatap sekeliling diikuti oleh Lucas. Mereka mengedarkan pandangan matanya masing-masing ke setiap sudut ruangan, berharap bisa menemukan apa saja. Namun belum sempat menemukan apa yang mereka inginkan, samar ada obrolan ringan serta gelak tawa tak asing yang terdengar lamat-lamat dari ruang perapian. Suara tadi cukup jelas menyapa telinga ketika suasana sedang hening begini.

San mengerutkan kening, seperti mengenal pemilik suara namun dia tidak yakin jika memang suara itu adalah milik seseorang yang teramat ia rindukan. Gadis itu terdiam cukup lama untuk meyakinkan kupingnya sendiri.

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang