Peka ✅

640 64 3
                                    

"APA YANG SEBENARNYA TERJADI!" suara amarah dari Hugward ketika mereka telah berkumpul di ruang tengah tempat kedatangannya tadi malam.

Seisi manusia di ruangan itu terdiam tanpa berani berkata-kata. Melihat ini Elfansya selaku orang yang mampu meredakan amarahnya tidak bisa berbuat apa-apa juga, dia hanya bisa sesekali mengelus puncak pundak suaminya agar tidak terlalu berlebihan saat memarahi putri semata wayangnya itu. Hugward marah besar sejak saat perubahan pada diri San diketahui olehnya lantas ia menanyakan berbagai macam jenis pertanyaan yang oleh San dijawab dengan jawaban tidak jelas juga berbelit-belit seakan apa yang dikatakan hanyalah kebohongan besar karena sejujurnya San tidak tau harus menjawab apa, karena dia sendiri tidak tau jawaban yang benar. Akan tetapi, kemarahan ayahnya memang beralasan karena laki-laki begitu khawatir jika sesuatu terjadi pada putrinya lagi. Rasa takut itu yang membuatnya lepas kontrol akan dirinya dan emosinya sendiri, ketakutan yang berlebihan.

Melihat kemarahan ayahnya, San mulai menitikkan air mata. Dia takut, gemetar, tidak pernah melihat ayahnya semarah ini. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya Hugward memarahinya sampai seperti ini. Mengetahui putrinya menangis, emosi pada dirinya perlahan luruh dengan sendirinya, wajar karena tidak ada seorang orang tua akan tega melihat anaknya menangis di depan matanya sendiri.

Tergerak hati Hugward, dia lebih menguasai diri. Menenangkan dirinya lantas maju meraih tubuh putrinya untuk dibawa ke dalam pelukan, "Maaf sayang, ayah tidak bermaksud membuatmu takut."

San tidak berkata apa-apa selain sesegukan.

"Sudah jangan menangis. Maafkan ayah, ayah tidak akan begini lagi." ujarnya terus mengelusi punggung putrinya, menenangkan.

Hampir setengah jam mereka seperti itu. Ternyata San cukup takut sampai dia tidak bisa berhenti menangis. Orang lain yang ada disana juga hanya menundukkan kepala menunggu mereka selesai dan tidak berani pergi dari ruangan sekalipun ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Hingga akhirnya pun San sudah bisa mengucapkan sebuah kalimat.

"Aku haus." begitu katanya saat melepas pelukan dari ayahnya dengan mata sembab, kemudian ia cegukan. Suaranya cukup keras sampai bisa didengarkan oleh orang lain.

Dengan suasana yang seperti ini seharusnya tidak ada yang tertawa tapi setelah melihat reaksi dan tingkah San barusan, Lucas tidak bisa menahan tawa kecilnya. Dia secara diam-diam tertawa tanpa suara sehingga tidak diketahui oleh mereka. Dari sejak pagi sebenarnya mood lelaki itu sangat bagus mengetahui San telah kembali. Tapi ketika dirinya tau jika ada yang berbeda dari gadis itu, Lucas sendiri juga agaknya dibuat bingung dan khawatir jika ada sesuatu yang terjadi diluar sepengetahuannya.

Semua sudah kembali tenang.

"Sekarang coba beritahu ayah mengapa kamu merubah penampilan."

Alex dan Alexa saling berpandangan meski orang yang ditanyai bukanlah dirinya. Mereka ikut cemas jika kebenaran perubahan itu adalah salah satu dari ciri kejanggalan dalam gadis itu. Mereka belum sempat menemukan jawabannya.

San diam seribu bahasa. Siapa saja, ia berharap ada yang membantunya lepas dari pertanyaan-pertanyaan ini.

"Sebenarnya kami yang meminta San untuk merubah warna rambutnya." semua pasang mata tertuju pada sosok yang berbicara sampai gadis yang kini disidangkan ikut membulatkan mata terkejut dengan rencana kebohongan yang dia ciptakan. Namun tanpa disangka-sangka, ada satu orang masih menaruh curiga mendalam. Dia tidak semudah itu dikelabuhi oleh tak-tik kebohongan.

"Maksudmu Alex?"

"Kami banyak menikmati kesenangan saat berada di Altair. Disana sedang ada festival dan untuk merayakannya kami meminta San untuk mewarnai rambut agar senada dengan warna salju-salju."

"Begitu?" San yang ditanyai mengangguk saja, "Apa warnanya bisa menghilang dengan sendirinya nanti?"

"T-tentu." ada nada keraguan yang terselip.

"Bagaimana dengan warna matamu, apa kamu bisa menjelaskannya?"

Dengg.. untuk ini apakah ada suatu penjelasan yang bisa digunakan? mereka bertiga terbungkam.

"Sudahlah sayang, mungkin itu karena efek dari dunia Altair yang belum hilang. Jangan cemaskan hal-hal lain, ini sudah waktunya sarapan. Kasian anak-anak." sela Elfan. Demi dewi fortuna, bundanya telah menyelamatkan hidup mereka bertiga. Untung saja.

"Tapi sayang--"

"Kita bisa bicarakan ini lagi nanti."

Hugward menghela napas, pasrah. Setidaknya satu pertanyaan sudah terjawab dan membuat rasa khawatirnya sedikit sirna meski sebenarnya jawaban itu adalah kebohongan yang tidak dia ketahui.

Orang-orang di tempat itu membubarkan diri. Beberapa dari mereka telah melangkahkan kakinya untuk menuju meja makan. Seperti Hugward dan Elfan yang saling mengaitkan tangannya satu sama lain untuk sekedar pergi ke ruangan dimana makanan tersaji, mereka terlalu romantis sampai lupa jika disana masih ada anak-anak yang perlu diperhatikan perasaannya. Bikin iri saja. Lalu tinggallah Alex, Alexa dan San. Bertiga mereka membicarakan tak-tik selanjutnya sebelum kemudian ikut menyusul.

Sarapan usai. Semua rutinitas pagi terlewat dengan cepat. Niatnya, setelah sarapan, Hugward ingin menanyai putrinya lagi tetapi mendadak dia mendapatkan tugas penting sehingga harus meninggalkan istana. Lagi-lagi ada saja yang menyelamatkan San dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan bisa ia jawab.

Suasana istana lenggang.

Di rumah sebesar itu ketika semua telah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, San menjadi sangat bosan. Ingin rasanya ia mengajak Pey untuk bercerita banyak hal tapi gadis itu sedang sibuk membantu bibi Auty, ibunya. Di istana ini satu-satunya teman terdekat dan hampir dia anggap sebagai kakak perempuannya sendiri adalah Pey. Jadi ya jika dia tidak ada maka ia hanya diam menunggu sampai pekerjaan gadis itu selesai. Oleh sebab itu sekedar berjalan-jalan di taman belakang mungkin bisa mengusir rasa bosannya.

"San." panggilnya. Demi apapun yang ada di dunia, sudah dua hari lamanya San tidak mendengar suara ini. Ada rasa senang, gugup dan malu-malu. Ada juga rasa canggung yang menyelinap diantaranya karena dua hari mereka tidak saling temu. Tapi ingin sekali San bercerita banyak hal tentang apa saja yang dia lakukan ketika ada di Altair dan bertemu dengan Andrés.

Andrés, apa kabar dia disana?

Gadis yang dipanggil menoleh gugup, "Sedang apa?" katanya lantas duduk di bangku taman tempat dimana San juga duduk disana, bersampingan.

Hanya dengan sebuah kalimat tanya sederhana San sudah dibuat mati kutu. Kenapa harus selalu begitu sih? aneh.

"S-sedang menikmati w-waktu luang." tiba-tiba menjadi gagap. Kebiasaan yang sulit dihilangkan memang.

Lucas tertawa kecil, garis tipis di wajahnya ketika tertawa tidak bisa disembunyikan, terlalu kentara, "Kamu masih lucu seperti biasa." entah ini pujian atau ejekan. Tetapi mengetahui ini, San baru menyadari satu hal. Lucas satu-satunya lelaki yang mengatakan jika salah tingkahnya adalah sesuatu yang lucu, mungkin jika itu orang lain pasti sudah menganggapnya aneh. Beruntungnya seseorang yang menyukainya adalah Lucas, bukan orang lain.

"Kenapa dengan rambutmu?" tanyanya sebelum San menanggapi candaannya tadi.

"Rambutku?"

"Iya rambutmu. Ada apa?" padahal belum usai rona wajahnya menghilang, kenapa pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya harus terulang lagi oleh laki-laki ini.

Karena pertanyaannya berpotensi sama sulitnya untuk dijawab dengan kebenaran, San membuang pandangan matanya ke arah lain. Dia tidak berani langsung menatap mata Lucas, "Bukankah di aula sudah dijelaskan?"

"San," Lucas memutar arah tubuhnya untuk menghadap dirinya, "Lihatlah kemari," mau tidak mau, dengan sedikit keberanian San perlahan menatap matanya karena keterpaksaan akibat dari perlakuan Lucas, dia tidak bisa lari dari situasi ini, "Katakan yang sebenarnya."

Dengg, dari semua manusia di dunia ini kenapa harus Lucas?!

_____________________________________________

yeayy
next chapter tunggu ya 😁😋😘
see ya soon bb
💖💖💖

oiya selamat hari raya idul adha bagi teman-teman yang merayakan 🐮🐏🕌🌙

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang