Kerinduan ✅

1.2K 107 28
                                    

"APA YANG KAU LAKUKAN KEPADANYA?!" lengkingan suara yang mengejutkan sampai membuat kedua orang di teras depan terlunjak, baik yang sedang menangis dan menenangkan. Alex si pemilik suara berlari, sesampainya dia langsung memisahkan jarak antara San dan Andrés. Secara agak berlebihan, mungkin.

"Apa-apaan ini, jelaskan! kenapa kau membuatnya menangis." Alex bersungut-sungut.

"Jangan salah paham."

"Kau sebut ini salah paham?"

"Aku tidak membuatnya menangis."

"Alex su--"

"Lalu kau sebut ini apa, tertawa bahagia?"

"Alex tidak bu--"

"Dia menangis sendiri. Aku tidak melakukan apa-apa."

"Jangan berbohong kepadaku!"

"Aku tidak berbohong."

"Haha kau pikir aku percaya."

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk percaya." Andrés terus mendebat tak kalah sengit seperti halnya dengan Alex.

"SUDAH CUKUP!" keduanya serempak diam mengatupkan bibirnya masing-masing seperti anak kecil yang melihat kemarahan ibunya karena mereka tidak bisa berhenti saling berebut mainan meski sudah diingatkan. "Ini bukan salahnya, aku hanya teringat sesuatu. Aku menangis karena ingatan masa lalu." jelas gadis itu ketika mereka sudah lebih menguasai ego satu sama lain.

Perdebatan memang telah berakhir tetapi bukan berarti kesalahpahaman dari keduanya telah berhenti sampai sana. Alex masih terus menatap sinis pada Andrés, begitu pula Andrés sendiri juga melakukan hal sama, menatap seakan ingin mencolok mata laki-laki itu karena ia merasa dirinya tidak bersalah. Sampai akhirnya Alexa dan Amira datang secara bersamaan. Wanita tua itu baru muncul setelah sekian lama hilang dengan segala kesibukannya.

"Aku mendengar ribut-ribut dari dalam, apa ada sesuatu yang terjadi disini?" tanya Amira dengan suara bergetar karena usia.

"Tidak terjadi apa-apa Oma. Hanya sedikit kesalahpahaman antara lelaki." jelas cucunya.

Kali ini berganti Alexa yang bertanya untuk memastikan, "Alex kamu membuat ulah lagi?"

"Sudah sewajarnya aku marah saat melihat dia membuat San menangis."

"San?"

Gadis itu menyeka air mata yang masih tertinggal sedikit di ujung pelupuk mata sebelum kemudian menanggapi pertanyaannya, "Semua terjadi karena kesalahpahaman seperti apa yang dikatakan oleh Andrés."

"A-apa!" seakan seperti terjadi sebuah penghianatan cinta, Alex memasang wajah terluka karena San lebih memilih untuk berpihak kepada Andrés daripada dirinya. Ini tidak adil!

Alexa menghela napas jengah, sudah terlalu bosan melihat berbagai ulah saudara laki-lakinya yang super duper emosional dan bertingkah terlalu berlebihan. Hari ini saatnya mereka untuk pergi dari Moacave. Pergi dari dunia Altair untuk kembali ke istana Alltar atau bisa disebut sebagai rumah kedua mereka setelah kehangatan rumahnya di Sehill. Hari ini juga batas terakhir San harus ada di dunia magis sebelum dirinya benar-benar lupa darimana asal-usul hidupnya semula. Takutnya memang apabila melampaui batas yang telah ditentukan maka akan terjadi sesuatu diluar keinginan. Jadi jangan sampai itu terjadi, lebih baik mencegah bukan?

"Maaf harus berbicara disini tapi karena bertepatan semua sudah berkumpul, kami bertiga ingin berpamitan sekaligus meminta izin untuk datang kembali saat purnama nanti. Maaf jika telah merepotkan dan mungkin membuat tidak nyaman selama ada disini." Alexa berbicara pada Amira yang ada di hadapannya. Wanita itu menyetujui dan memaklumi segalanya. Memang beradaptasi dengan orang baru tidaklah mudah akan tetapi melihat kesungguhan dan kebaikan salah satu diantaranya membuat hatinya tergerak. Jika kalian tidak tau kenapa Amira menjadi begini karena diam-diam saat dirinya menghilang beralaskan kesibukan, sebenarnya dia tengah memperhatikan San. Memperhatikan segalanya sampai saat gadis itu berusaha membantu warganya yang tengah diterjang oleh sakit meski tidak ada yang tau tentang hal itu karena apa yang dilakukannya secara rahasia, diam-diam.

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang