Perlahan Terkuak ✅

1K 93 4
                                    

"Kau sedang apa?"

Seorang gadis menoleh mendengar suara tak asing. Dilihatnya saudara yang teramat ia sayangi ternyata berjalan ke arahnya dengan membawa semangkuk makanan istana yang akhir-akhir ini sedang dia sukai.

"Seperti yang kamu lihat, aku duduk saja seharian disini."

"Membosankan." ledeknya.

"Sama halnya seperti kamu, membosankan."

Alex membulatkan matanya, "Siapa bilang aku membosankan!"

"Lalu apa, tidak keren sama sekali?." balas Alexa datar tanpa merasa berdosa.

Sama saja! Batin lelaki itu.

"Ya ya terserah. Berdebat denganmu memang tidak akan pernah berhasil."

"Sudah tau kenapa masih mencobanya." Alex diam, memang gadis itu tidak pernah kalah soal hal berdebat. Sifatnya yang keras kepala sangat dominan ketika perdebatan dimulai, "Berapa kali aku melihatmu memakan daging itu. Rasanya sekarang kamu akan berubah menjadi manusia seutuhnya."

Alex berhenti memasukkan makanannya ke dalam mulut. Ia meletakkannya lagi ke dalam wadah.

"Entah. Aku sedang banyak pikiran jadi jangan paska aku untuk mengomelimu." hasratnya untuk makan sudah hilang. Alex meletakkan kembali makanannya sembarangan yang dipandang oleh Alexa heran, padalah jujur gadis itu hanya bercanda.

"Berbagilah denganku jika itu terlalu sulit."

"Sejak kapan kau peduli begini, wah."

"Jangan bercanda atau aku berubah pikiran."

Lelaki itu mencebik, "Iya iya."

"Apa yang sedang menggangu pikiranmu?"

Alex menghela napas panjang sebelum berbicara, "Ini tentang San."

Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dari hamparan taman ke arah saudara laki-lakinya, "Kenapa dengan dia?"

"Apa kau pernah sekali berpikir jika kejadian yang dialaminya terdapat banyak hal-hal janggal yang tersembunyi."

"Kenapa kamu sampai berpikir jika kejadian ini ada campur tangan diluar kuasanya?"

"Entah, aku hanya mengaitkan segalanya lalu menarik garis lurus sesuai apa yang aku tau. Dari awal mula perkataan Rob Lord tentang kekhawatirannya, api magis yang membakar dinding istana dan nyaris tubuhnya sendiri sampai dia lupa dengan segala kejadian yang telah dialaminya. Tapi ada satu hal yang membuatku frustasi."

Alexa masih menyimak sampai Alex menghentikan kalimatnya, "Apa itu? apa yang membuatmu frustasi?"

"Kau masih ingat tentang legenda ras beruang?"

"Ya aku masih ingat, ada apa dengan ras mereka?"

Helaan napas kasar keluar lagi dari dalam saluran pernapasnya. Alex lebih serius, "Waktu api magis mencelakai dirinya, hampir tiga hari San tidak sadarkan diri dan itu membuatku takut setengah mati. Dalam situasi itu, aku sempat pergi ke menara Alltar untuk menenangkan diri, disana aku bertemu dengan dua ekor kunang-kunang. Mereka bercerita kepadaku jika San telah bertemu dengannya."

Sontak Alexa mengerutkan kening tidak percaya, "Maksudmu San dan ras beruang telah bertemu? Kapan? da-dan dimana?"

"Aku tidak tau. Apa menurutmu kunang-kunang sedang mempermainkan aku?"

"Tidak, mereka bukan tipe hewan seperti itu. Mereka salah satu hewan terhormat, tidak mungkin jika mempermainkan makhluk lain apalagi jenis ras kita." gadis itu berkata mantap.

"Jadi kau percaya mereka berkata jujur?"

"Aku tidak yakin jika belum memastikannya sendiri."

Tiba-tiba ketika hari menjelang gelap dan lampu-lampu istana dinyalakan, San datang dari arah dalam aula menuju taman depan dimana mereka berdua berbincang. Di luar teras yang menghubungkan sisi istana dan taman sedikit gelap karena cahaya lampu tidak sampai menjangkau area tersebut. Namun ketika dia baru saja tiba, keduanya langsung dibuat tercengang.

"Kalian disini." itu adalah perkataannya saat melihat Alex dan Alexa.

Mereka menoleh serempak, seperti diberi aba-aba, kilatan biru bening kristal milik gadis itu menyambut mereka dengan indahnya yang tapi bagi mereka adalah suatu pertanda lain.

"Warna matamu."

"Biru? ini sama persis dengan terakhir kali kau menyerang Greg di hutan Darkford."

San tampak bingung, "Apa maksudmu?"

"Matamu berubah warna menjadi biru."

Deg!

Kurang lebih begitulah perubahan detak jantungnya. Ini jelas terasa berbeda, San merasakan dan menyadarinya. Ini bukan kejutan atas perubahan warna matanya tapi karena hal lain. Perubahan tersebut ternyata juga ikut dirasakan oleh kedua sahabatnya, namun Alex yang terlebih dulu merasakan. Dia merasa jika udara diantara mereka bertiga berubah aneh. Seperti dikerumuni oleh karbondioksida hingga rasanya sedikit sesak.

"Dadaku sakit, sesak." Alexa mengutarakan apa yang ia rasakan.

"Kau merasakannya juga?"

San memandang kedua sahabatnya tengah mengalami gangguan yang tidak ia mengerti. Alih-alih merasakan hal yang sama, kini ia berbeda. Gadis itu tidak merasakan sesak yang menusuk jantungnya. Ia hanya merasakan jika ada sesuatu yang tidak beres, "Apa kamu merasakan ada hal yang aneh disekitaran istana ini?"

Alex dibuatnya bingung, ternyata dia juga merasakan apa yang ia rasakan, "Kau merasakannya?"

"Iya. Sepertinya keanehan ini mengikuti kemana arahku pergi."

"Apa yang kau katakan?"

"Sebelum aku kesini, aku merasakan perasaan semacam ini di dalam kamarku. Setelah aku kesini, hal sama juga terjadi disini."

Tepat sekali, suasana memang berubah ketika San tiba disana. Ini bukan sebuah kebetulankan?

Alex dan Alexa saling berpandangan. Mereka melempar pertanyaan dalam isyarat tatapan mata, seakan salah satu jawaban yang mereka cari baru saja terbukti.

Suasana semakin mencekam dalam balutan magis yang masih menjadi misteri. Dalam hal normal, San sudah tak akan sadarkan diri jika sesuatu di dalam dirinya tidak aktif. Namun sesuatu itu telah membantunya bertahan, walau tak seutuhnya, bertahan dari cengkraman yang bisa saja menyeretnya jatuh ke alam bawah sadar kesekian kalinya.

Deg!

Lagi. Dan semakin kuat. Alexa tiba-tiba terjatuh dengan posisi berlutut sambil memegang dadanya.

"Alexa!"

"Dadaku sakit." gadis itu meringis menahan nyeri.

Hendak mengatakan kata-kata khawatir tentang keadaan sahabatnya dan membantunya berdiri, secepat kilat petir menyambar dahan pohon, San memekik kencang hingga suaranya terdengar sampai di telinga Elfansya yang berada jauh di sekat ruangan istana. Gadis itu merasakan jika sesuatu menarik paksa dirinya hingga ia melihat Alex berlari ke arahnya dalam bayangan kabur.

Nan jauh di luar istana bertepatan dengan kejadian tadi, lampion-lampion yang digantung indah di bazar musim semi serempak mati. Semuanya, yang kemudian satu orang diantara banyak kerumunan tersadar jika gadis yang dia sayangi tengah mengalami hal buruk lagi.

_________________________________________

Maaf jika cerita ini garing dan terima kasih yang telah menyempatkan membaca, menunggu serta memberi tap bintang hingga sampai detik ini, tsfdm 🖤

Next part soon
See ya

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang