Ingatan yang Tak Lagi Hilang ✅

1.1K 94 3
                                    

"SAN!"

Lucas menghambur masuk ke dalam kamar. Dia meraih tubuh gadis itu kedalam pelukan. Tubuhnya terasa sangat dingin, dan entah kenapa warna kulitnya juga jauh lebih pucat dari warna awal mereka bertemu. Entah ini hanya perasaan Lucas atau memang begitu. Sedangkan Alex, dia masih mematung di depan pintu kamar. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Gadis itu benar-benar ada disini.

"Alex bantu saya memindahkannya." seru Lucas membuyarkan lamunan. Lelaki itu meneguk salivanya lantas ikut menghambur dan meraih tubuh San, mereka memindahkannya bersamaan. Setelah itu Alex mengernyit, kenapa Lucas meminta bantuannya padahalkan dia bisa mengangkatnya sendiri, ah sudahlah tidak seharusnya ia memikirkan ini.

"Tunggu disini biar aku panggilkan tabib dan Ratu Elfansya." Alex berujar pada Lucas yang disetujui dengan anggukan.

Laki-laki itu menghilang dibalik pintu kamar yang masih terbuka. Kini di dalam kamar menyisakan Lucas dan San seorang.

Lucas menatap wajahnya yang tertidur dengan perasaan bercampur aduk. Jika yang dilihatnya bukan karena apa-apa, atau saat posisi San hanya terbaring karena tidur yang normal maka Lucas akan dengan perasaan bahagia memandangi wajahnya yang begitu damai. Tapi apa, kenyataan bahwa dia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja memicu hatinya teriris oleh kenyataan yang begitu pedih.

Hidup gadis itu berada di jalur bahaya yang kapan saja bisa menginginkan jiwanya. Ya, bagaimana bisa dunia tidak adil. Dari dia kecil hingga sekarang, San harus menjalani hidup yang sangat-sangat keras, bertaruh untuk bisa tetap hidup diambang kematian yang setiap saat mengintai dirinya.

Suara hentakan kaki lebih dari satu kali terdengar dari luar area kamar, bersamaan dengan itu beberapa orang muncul memberikan ekspresi mereka yang beragam.

Elfansya menangis lagi, Alexa si gadis dingin yang mampu membekukan tubuh laki-laki menyorotkan sinar kekhawatirannya dari sorot matanya yang tidak begitu jauh sama seperti saudara laki-lakinya, ada lagi yang memberi reaksi mirip dengan semua yang telah disebutkan. Pey dan Tabib juga ikut membuat ekspresi itu.

"Putriku apa lagi ini? Bangun sayang." Elfan mengelus surai gadis itu. Dia tak henti menitikkan air mata. Sedangkan Tabib sudah gencar memeriksa keadaannya.

"Dimana kamu menemukan San?" Alexa bertanya pada Alex yang sedari tadi diam menyaksikan. Lelaki itu menoleh pada saudarinya lantas menjawab parau, tak bertenaga.

"Dia ada disini."

"Tidak mungkin! Kita sudah mengeceknya sebanyak dua kali dan dia tidak ada disini. Kita tidak buta Alex." gadis itu mengelak, tapi apa yang dia katakan memang benar.

"Faktanya memang San ada disini."

Tabib menyela menghentikan obrolan mereka, "Keadaan putri tidak dalam kondisi baik. Jantungnya berdetak lemah."

Semua pasang mata di tempat itu membelalakkan mata. Tidak! Ini tidak benar!

"Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar Tabib!" Elfan mengelaknya.

"Maaf Ratu, tapi putri memang--"

"Diam!" Wanita itu bersikeras untuk tidak mempercayai perkataan tabib. Seakan ini hanyalah candaan ditengah obrolan yang tidak penting. Elfan mendekap tubuh putrinya. Dia menangis disana, "Sayang bunda mohon bangunlah. Jangan menakuti dengan cara ini. Aku tidak suka, aku mohon sayangku putri kecilku." tangisnya pecah.

Pey menyentuh pundaknya, mencoba menenangkan. Disaat seperti ini Elfansya harus menanggung rasa khawatir dan takutnya sendirian ketika Hugward masih belum pulang dari desa tempatnya mengurus urusan kerajaan. Elfan membutuhkan sandaran yang bisa menenangkan dirinya, tapi bukan berarti Hugward salah tidak ada disisinya. Semua orang tidak bisa menyalahkannya karena memang ini adalah tugas yang tidak bisa dikesampingkan. Pey hanya bisa berdoa agar segala urusan Hugward cepat selesai dan bisa segera kembali ke istana.

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang