Surat ✅

1.6K 140 16
                                    

Landvis.

Tidak ada yang tidak tau dengan desa Landvis. Apalagi orang-orang asli dari kerajaan Alltar. Mereka dan bahkan orang luar kerajaan tau bagaimana indahnya suasana serta bentangan alam di desa tersebut. Landvis menyimpan banyak spot luar biasa menakjubkan. Banyak orang dibuat kagum sampai jatuh cinta lalu tidak mau pulang ke kampung halamannya sendiri, begitupun dengan Lucas. Dia adalah salah satu dari orang tersebut.

Jalan setapak melintasi pasar, rumah-rumah warga desa lalu berjalan terus hingga pepohonan yang rindang dibalut salju tipis kemudian beralih dengan hamparan padang rumput yang sedikit mulai terlihat diantara lelehan salju. Beberapa tunas berhasil menerobos butiran putih itu untuk mendapatkan sinar mentari. Dari apa yang terlihat sejauh mata memandang, warna putih yang sebelumnya mendominasi kian menyusut bahkan hampir habis.

San memandang takjub padang Weedland-- nama padang rumput itu, dengan mata berbinar. Selama ini dia belum pernah kesini sebelumnya. Mendengar namanya saja tidak pernah apalagi kesana. Lihatlah! Pegunungan menjulang tinggi disisi yang jauh, memutari Weedland seperti pagar. Diatas pegunungan ada langit biru yang perlahan cerah, secerah hatinya kali ini. Katanya jika musim semi tiba nanti, Weedland akan dipenuhi rumput hijau yang segar. Katanya juga ada beberapa bunga langka yang tumbuh dan mekar disana.

Salah satunya adalah bunga Edelweiss, bunga abadi. Bunga yang dijadikan lambang rasa tulus mencintai sampai mati. Setia sehidup semati.

Lucas menatapnya dari samping, menatap San dari atas kudunya yang sejak tadi belum berhenti mengwahkan tempat itu. Lucas mengukir senyuman tipis melihat San yang tampak senang dengan ajakannya kemari.

"Indah sekali, seperti bukit Sasky." gumam San menarik perhatian lelaki di sampingnya.

"Sasky?"

"Iya, kapan-kapan aku akan mengajakmu kesana jika ayahku mengijinkan pergi." katanya antusias.

Lucas berpikir sejenak, seperti kenal dengan nama yang disebutkan. Dia mengingat-ingat, mencoba menemukan sesuatu yang terlupakan karena jujur tempat itu terlalu familiar di telinganya.

"Ada apa?" tanya San melihat dirinya terdiam dengan raut muka serius.

Lelaki yang ditanyai tersentak, "Ah... tidak. Aku hanya--"

"Memikirkan apa?" potongnya.

Dia terdiam lalu menjawab polos "Sasky" memang dirasa Lucas lebih baik bertanya daripada diam bergelut dengan pikiran, apalagi menerka yang belum pasti ia temukan jawabannya seorang sendiri.

"Bukit Sasky?," Lucas mengangguk, "Tenang saja pasti kamu bakal lupa berkedip jika sudah ada disana, aku jamin." gadis itu terkekeh saat menjelaskan.

"Memang bukit Sasky ada dimana?"

"Di tempat tinggalku waktu masih kecil, Downton." San menatapnya sambil berkedip dua kali.

Downton? berarti Winston?

Lucas mengerjap-ngerjap tidak percaya mendengar jika bukit Sasky ada di daerah kekuasaan Winston, kerajaan yang dipimpin oleh ayahnya. Pantas nama itu tidak begitu asing di telinganya sendiri.

San kemudian menggelak kudanya untuk berjalan pelan menyusuri hamparan luas padang rumput. Kuda itu sudah tidak terlalu kesusahan berjalan karena jalanan yang dilewatinya bersih dari salju, jikapun ada saljunya juga tipis sekali. Lucas mengekorinya dari belakang. Mereka berjalan menikmati pemandangan luas disana.

"San," panggil lelaki itu mensejajari kudanya, gadis yang dipanggil menoleh siap untuk mendengarkan apa yang akan ia katakan, "Jika ada kesempatan apakah kamu ingin sekali pergi ke Downton?"

San Hugward ✔ [Tersedia di Google Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang