Sepi

17.1K 277 13
                                    

Aozora Pov

Aku menatap album yang berisi fotoku saat masih bayi. Disini kak Nico sangat lucu sekali. Aku membaliknya lagi. Foto saat kami masih SD, dan kak Nico sudah terlihat sangat tampan. Aku menyukainya. Aku menyukai kakakku. Aku begitu menyayanginya. Lalu aku menatap foto terakhir kami bersama. Foto saat kelulusan SMA kak Nico, dan aku saat itu mau masuk SMP sepertinya. Kak Nico terlihat tampan sekali. Sudah terlihat auranya saat remaja, bahkan banyak yang terang-terangan mengerjarnya.

Aku menitikkan air mata. Aku rindu kak Nico. Rindu bermain dengannya. Rindu dia menjagaku dari godaan usil anak-anak komplek. Terakhir kali kak Nico datang kerumah, saat ulang tahun ku yang ke 17. Sekitar setahun yang lalu. Dan kami tak sempat berbincang lama. Karena aku terlalu sakit hati, mengetahui kakakku itu sudah memiliki kekasih.

"Ao.. " panggil mama. Aku menyeka air mataku.

" iya ma"

"Yudha didepan, nungguin kamu. Katanya mau berangkat bareng" oh iya hari ini harus kuliah. Hari pertama kuliah setelah uts, dan aku sudah melakukan ospek yang menurutku err tidak berguna. Memangnya apa faedah dari memakai pita di seluruh lengan dan menggunakan bola untuk jadi topi.

"suruh tunggu 5 menit ma. Aku mau bedakan dulu" aku kembali memakai bedak. Karena wajahku sudah sembab, setidaknya aku harus menutupinya.

"Yud, yuk. Ntar telat" ajakku kepada Yuda, yang kini telah asyik bermain instagram. Dia ini salah satu followers akun nyinyir, jadi update banget orangnya. Yudha teman baikku saat SMP dan kita selalu bersama. Bisa dibilang, dia pengganti kak Nico. Karena semenjak kak Nico tidak ada, Yudha yang selalu ada di sisiku.

"Kamu grogi gak? " tanya Yudha

" kenapa? Palingan juga masih perkenalan" jawabku

"grogi karena harus berangkat sama cowok tampan haha " ia tertawa renyah. Inilah ciri Yudha. Dia sangat percaya diri sekali. Dia juga type playboy. Hati-hati, dia sangat suka tebar pesona.

" kaya baru sekali aja berangkat bareng. Kan kamu kalau jomblo pasti jemput aku. Kaya sekarang" ejekku.

"aku tuh ga pernah serius pacaran. Karena aku mau habisin nakalku. Dan udah habis jaman SMA. Sekarang mau serius kedepan "

" halah taik, palingan juga gonta-ganti lagi. Untung ya aku tau kamu. Coba kalau nggak udah baper pasti " Yudha tersenyum, lalu mengemudikan mobilnya. Hari ini kita berangkat agak siang, jadi lalu lintas tidak terlalu macet.

" mampir ke Gilang dulu ya, dia barengan" aku hanya membalas dengan anggukan. Memang sebenarnya kita sering berangkat bersama kalau Yudha naik mobil. Sudah dari SMA kita bareng, entah keajaiban darimana kita bisa kuliah di tempat yang sama. Ya tidak heran sih, kita kuliah di swasta yang lumayan ternama disini. Jadi daftar bareng juga.

Mobil yang dikemudikan Yudha kini membelah jalan raya. Bukan rahasia lagi, Yudha akan menancapkan gasnya dengan semangat. Alias dia suka kebut-kebutan. Andai saja kami naik motor, pasti sudah acak-acakan sekarang.

"sialan, aku tidak mau mati muda " umpatku.

" hei, percayalah aku joki handal" Yudha mengedipkan matanya membuatku sedikit jijik.

"awas saja kalau kita kena polisi lagi, aku ga bakal sudi bantuin" Gilang bersungut-sungut. Sudah sering kali Yudha berurusan dengan polisi karena masalah yang sama.

"udah sampai tuh. Makanya jangan cerewet " Yudha terkekeh.

Kami bertiga turun, lalu berjalan bersama. Aku di tengah seperti biasa. Dan tak lupa, Diana sudah menunggu di parkiran. Hanya dia yang tidak ikut, karena rumahnya sangat berlawanan.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang