Menghilang

1.6K 72 0
                                    

Aku menangis dalam keramaian. Tak mempedulikan pandangan orang di sekitarku. Mereka mulai berbisik-bisik. Mengira seakan aku ingin menjatuhkan diriku kebawah sana. Untung saja Yudha datang di waktu yang tepat. Dia selalu ada untukku. Dia memelukku erat. Aku menumpahkan segala beban pada pundak Yudha. Mengapa aku tidak bisa sepenuhnya mencintai Yudha sih. Aku hanya menaruh sedikit perasaan kepadanya.

"Kenapa?" Tanya Yudha menatap kedua mataku yang sembab.

"Aku benci kakakku" Yudha kembali memelukku. Dia tahu jelas bagaimana rasaku terhadap kak Nico. Yudha selalu menghiburku dalam kesedihanku. Seakan tuhan mengirimkan Yudha untuk menemani rasa gundahku.

"Pulang?" Tanyanya. Aku melihat kondisi sekitar. Hari sudah mulai gelap.

"Tapi apa gak curiga nanti papa mamaku melihat kondisiku sekarang?" aku yakin wajahku sudah mirip gelandangan sekarang.

"Terus bagaimana, ini udah malam. Kalau mau keluar lagi, kamu nyaman dengan baju itu?" aku melirik bajuku. Ah, sial kenapa aku tidak membawa baju ganti sih.

"Beli aja lagi sekalian jalan" ajakku

"Memangnya kemana? Mau ke mall lagi?" aku mempertimbangkan, hmm.. kayanya lebih enak tempat yang sepi deh.

"Sing songs yuk"

"Karaoke maksudnya?"

"Iyalah apalagi"

"Oke, aku ajak Diana dan Gilang dulu"
Yudha menggunakan ponselku dan menghubungi kedua sahabatku itu. Namun, karena memang terlalu mendadak maka mereka tidak bisa. Aku tidak bisa sepenuhnya marah. Ini kan memang tidak terencana. Jadi aku sangat mengerti mereka.

Kami akhirnya memutuskan hanya pergi berdua, ini tidak masalah bagiku. Sekaligus, aku bisa lebih dekat dengan Yudha. Aku ingin memastikan perasaaanku. Aku tidak ingin membiarkan cinta Yudha bertepuk sebelah tangan. Karena aku tahu pasti bagaimana sakitnya dengan hal itu.
Kadang memang wanita itu aneh. Suka dengan ketidakpastian. Ada lelaki yang jelas-jelas menyukainya tapi menolak. Malah mengejar hal yang belum pasti. Lalu ketika disakiti, akan berteriak mengatai semua lelaki sama saja. Memangnya siapa suruh merasakan semua lelaki.

Aku memeluk Yudha yang memboncengku. Semakin kueratkan pelukan itu. Nyaman rasanya aku merasa tidak khawatir. Sepertinya ada yang salah dengan diriku. Apa benar aku mencintai Kak Nico lebih dari seorang kakak? Apa jangan-jangan rasa cemburuku pada Karina hanya karena Kak Nico kurang memperhatikanku semenjak berpacaran dengan dia.
Yudha lelaki ini dulunya sangat playboy. Sebulan bisa gonta-ganti partner PDKT nya. Tapi semenjak kejadian itu, Yudha tidak lagi terlihat tebar pesona ke semua wanita. Ya semenjak kejadian Yudha menyatakan suka kepadaku.

Motor Yudha terparkir di depan salah satu tempat karaoke milik salah satu artis terkenal. Biasanya kami datang kesini bersama Gilang dan Diana. Jadi ini bisa dikatakan tempat langganan kami. Yudha mendekati resepsionis dan memesan 1 jam. Sepertinya kami tidak sanggup bernyanyi berdua dengan durasi 2 jam.

Aku mulai memilih-milih playlist lagu kesukaanku mulai dari sobat ambyar hingga internasional. Meskipun terkadang tidak mengetahui maknanya. Tapi hanya menikmati alunan musiknya saja udah senang. Kami bernyanyi dengan riang. Awal-awal begini memang enak sekali dengan musik yang berenergi.

Beberapa menit berlalu kami mulai kehabisan energy. Akhirnya memilih menyanyikan lagu yang lebih kalem. Akhirnya kami sepakat lagu Virzha-Aku Lelakimu menjadi duet bersama.

Datanglah bila engkau menangis
Ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku, aku lelakimu

Entah mengapa aku merasa ini perasaan Yudha. Lagu ini ditujukkan untukku. Aku melihat Yudha menyanyikan dengan sepenuh hati.

Mungkin pelukku tak sehangat senja
Ucapku tak menghapus air mata
Tapi'ku disini sebagai lelakimu

Aku tersadar, Yudha begitu tulus denganku. Dia selalu menerima tangisku. Dia selalu menghapus tangisku padahal laki-laki lain yang membuatku bersedih. Aku merebut mic di tangan Yudha. Yudha Nampak terkejut, aku menaruhnya perlahan. Aku mencium Yudha membuat Yudha terkejut. Yudha memegang bibirnya. Aku memeluk Yudha.

"maaf aku terlambat menyadari" ucapku pada Yudha.

"Aku mencintaimu" ucap Yudha setelah sekian lama diam mematung.

"aku juga" balasku. Dan kemudian, suara ketukan di pintu menyadarkan kami. Ada mas-mas yang mengantarkan bill, pertanda sudah kurang 15 menit lagi. Malu rasanya seperti tertangkap basah berzina. Pasti masnya mengira kami sudah melakukan lebih.

Aku menyesap jus jambu itu, dan menghabiskan kentang goreng yang tadi masih tersisa. Kami memutuskan untuk pulang saja. Capek, aku besok harus kuliah dan kembali magang. Jangan lupa bertemu orang yang menyebalkan.
Kami mengendarai motor dengan perasaan yang agak canggung. Sebab ciuman tadi. Tadi, tidak jadi ciuman canggung. Sekarang sudah ciuman lebih canggung. Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap menghadapi Yudha mulai sekarang. Aku malu apakah aku terlalu agresif?

"Mau turun atau ikut aku pulang?" ucap Yudha membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku sudah berada di halaman rumahku.

"cepet banget dah" jawabku.

"Udah sana mandi, makan terus tidur yah" perintah Yudha

"kamu juga ya..." jawabku

"oh tidak bisa"

"kenapa?" tanyaku heran

"Mau ngambil HP dulu kan masih kutinggal. Keburu tutup nanti tempat servisnya. Soalnya takutnya nanti malam ada seseorang yang gak bisa tidur terus ngajak telfonan" Yudha terkekeh.

"Alus banget menyindirnya" aku mencubit perut Yudha. Si empunya mengaduh namun aku tidak peduli.
Malam ini aku tertidur lelap, entah apakah ini efek ciuman tadi atau efek aku sudah kehilangan banyak energy hari ini. Aku tidak tahu pasti yang penting saat ini aku ingin merebahkan badanku. Mengembalikan sendi tulang-tulangku yang rasanya seperti tertimpa cicak sekecamatan.

Cahaya matahari yang menusuk mataku membuatku terbangun. Tadinya aku sudah terbangun, dan melirik jam, ah masih jam 05.30 tidur lagi 5 menit. Dan ketika aku terbangun kembali melihat cahaya itu semakin kuat. Dan aku melirik jam, mampus 07.05 aku teringat hari ini kuliah pagi. Aku segera mandi dan berdandan ala kadarnya. Yudha pasti sudah perjalanan menjemputku. Untung saja tepat ketika Yudha datang aku sedang memakai lipstick.

Kuliah hari ini tidak ada yang istimewa, hanya mengalir seperti biasa. Buruknya 2 minggu lagi ujian tengah semester. Aku belum siap sepertinya.

"kemarin kalian jadi karaoke?" Tanya Diana.

"Jadi kok" jawabku

"Berdua aja?" Gilang menimpali.

"Iyalah mau gimana lagi" Jawabku berpura-pura kesal.

"Tapi kok aneh" Tanya Diana kembali.

"Aneh kenapa?" Jawab Yudha, kemudian ia meminum air putih botolan.

"Nggak tau, kenapa kalian malu-malu, pasti ada yang terjadi" Selidik Diana membuat Yudha tersedak air.

"Tuhkan, apa yang kalian lakukan, jawab" Selidik Diana membuatku bingung dan memilih bungkam.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, syukurlah aku bisa terhindar dari pertanyaan laknat itu. Aku melihat, papa menelpon. Tumben sekali baginda raja itu menelponku saat jam kerja.

"hallo pa"
"kamu bisa kesini segera?"
"kenapa mendadak pa, kok sepertinya penting"
"kakakmu pergi. Disini sedang kelimpungan"
"pergi kemana?"
"tidak tau, dia cuman bilang ingin pergi dalam waktu yang lama. Sekarang sudah tidak bisa nomornya"

Hatiku sakit, aku ditinggal lagi? Pasti dia pergi bersama Karina. Sudah kuduga dia lebih mementingkan pacarnya.

Maaf ya agak lama, aku harus menyelesaikan naskah di platform sebelah, soalnya sudah ditagih. Dan taken kontrak. Aku usahain tetap menyelesaikan ini. Jadi partnya gak terlalu banyak memang dari awal aku hanya berencana kurang lebih 16 part aja sih.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang