Sesekali aku menyesali kenapa aku harus bertanya seperti itu kepada kak Nico? Kupikir setelah mengetahui fakta bahwa kita tidak ada hubungan darah, setidaknya kita bersama. Tapi apa yang kudapat hanya kesedihan karena harapan yang terlalu tinggi. Ah sudahlah apa yang kupikirkan. Aku harus bersyukur punya Yudha. Dia ganteng, kaya, baik.
Tangan kekar itu merengkuhku kedalam pelukannya. Terasa hangat dan nyaman. Namun ntah mengapa hatiku belum bergetar.
"Menangislah, aku tidak akan melarangmu. Menangislah seakan-akan ini kesedihanmu yang terakhir. Karena setelah ini aku tidak akan membiarkanmu menangis" Yudha mengusap rambutku halus.
Tangisku pecah dan terisak namun tidak terlalu lama. Sudah kutumpahkan semua kesedihanku. Bahu yang menopang kepalaku itu seolah-olah membantu meringankan bebanku.
"Yud, apa kutolak aja ya tawaran papa untuk magang di kantornya takutnya aku ketemu kak Nico lagi"
"Hei.. Jangan, ini kesempatan bagus kamu mulai belajar dari awal sekaligus kuliah. Kamu bisa bantuin papamu juga. Apa kamu tidak kasian melihat papamu?"
"Tapi Yud, aku nggak mau ketemu Kak Nico"
" Ya sudah, kamu bicarakan dengan papamu dulu. Yang penting kita harus kuliah dulu"
"Serius nih kita mau kuliah? Yud, please look at me! Apa mata bengkak gini cocok untuk ke kampus?" Aku mendengus.
" Oke, Bolos??" Tanya Yudha. Lalu kuanggukan dengan semangat.
"Chat Gilang atau Diana gih titip absen" Kataku sembari membersihkan make upku dan kuganti dengan make up yang baru. Menutupi mataku yang tidak layak dikonsumsi publik.
Yudha : pun10 lur tipsen yak gw sm Ao mau hangout. Tuan putri butuh refreshing.
Diana : mau kmn kalian? Ga ngajak2 dih individu skarang?
Gilang : gw juga lagi males ini, gak berangkat nih. Kalian kemana ikut dong.
Diana : gw juga ikut lahh
Aozora : lah ini gimana ceritanya, kalo ngikut semua siapa yang tipsen
Gilang : dahlah bolos aja jatah bolos masih banyak kan.
Ntah bagaimana ceritanya kita berempat malah bolos bareng. Janjian di Mall yang lumayan jauh dari kampus. Gilang datang duluan, kemudian disusul dengan Diana yang uring-uringan kena tilang. Dia lupa mobilnya plat ganjil.
"Kenapa cemberut terus lu kayak emak-emak gak dapat arisan" Tanya Yudha cekikikan.
"Tau ah.. Plat nomor aja di batasi yang boleh lewat apa aja. Gak ngurangin macet yang ada malah orang bikin beli mobil baru" Ujar diana sambil bersungut
"Ya biarinlah duitnya banyak kalo beli baru" Jawab Gilang cuek.
"Emang lo tuh gak bisa berpikir kritis ya?" Diana sudah naik pitam.
"Sudah-sudah jangan berteman, eh berantem. Kita disini buat seneng-seneng. Yaudah ntar kita anterin Diana pulangnya lewat jalan pintas gapapa jauhan" Aku menengahi pertikaian itu kemudian mengajak mereka ke zona permainan terdekat.
"Ayo Yud, itu yang boneka itu" Aku menunjuk boneka itu
Yudha sudah menggesekkan kartunya 5x disini namun tak kunjung mendapatkan boneka yang ku harapkan.
"Itu dikit lagi, posisinya udah deket lobangnya. Sekali lagi bisa itu" Aku menunjuk teddy bear yang kakiknya sudah didekat lubang. Dan menepuk punggung Yudha menyemangati.
"Kalo yang ini dapat, kamu harus mau dinner sama aku yah besok?" Tanya Yudha sebelum menggesekkan kembali kartunya.
"Dih, dinnar dinner makan juga paling di angkringan." Jawab Diana yang tiba-tiba datang dan menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
RomanceNico kini mulai beranjak dewasa. Ia baru mengetahui bahwa ia hanyalah anak angkat keluarganya. Ini merupakan pukulan keras untuk Nico. Dia merasa marah dan benci. Namun ia merindukan Ao, adik kecilnya yang kini beranjak remaja. Apakah Nico mau mene...