Kosong

9.2K 247 20
                                    

Aku masih memikirkan kata-kata Yudha dan belum mampu mencerna nya. Ah lagian kenapa aku pikir, si Yudha itu pasti asal jeplak doang.

"Heh ngomong apaan sih kamu? Gininih kalau tutup mizone dikasih nyawa. Ngomong gak asal jeplak aja" Hardikku agar Yudha itu tidak menggodaku. Ia menarik salah satu sudut bibirnya dan tersenyum paksa.

"nyesel dah aku ngomong sama bekicot kampung. Lemot banget,yaudah lupakan saja" Yudha kembali melajukan motor ke arah rumah, dan tak butuh waktu lama kami sudah sampai.

"terimakasih Yud, mampir dulu" ajakku.

"nggak usah deh, aku mau kerumah gilang aja" jawabnya.

"hati-hati ya" aku melambaikan tangan. Dan iya hanya mengangguk saja.

Aku melangkahkan kaki menuju kedalam rumah, namun langkahku terhenti ketika melihat orang itu. Orang yang sangat aku rindui, namun sakit bila mengingatnya.

"darimana? " tanyanya singkat padat jelas.

" bukan urusan kakak" aku tidak tau, kenapa bisa bersikap begini. Sama sekali bukan diriku. Sesungguhnya semenjak aku membuka pintu dan mengetahui kak Nico duduk disana, rasanya ingin melompat dan memeluknya.

Andai saja ini beberapa tahun yang lalu, dia pasti akan memeluk dan mengacak rambutku manja. Ya tuhan, aku merindukan masa itu. Kenapa ilmuwan tidak bisa menemukan alat kembali ke masa lalu, agar aku bisa kembali ke masa itu. Masa kami masih bersama, masa kami menjadi kakak-adik yang sangat akrab. Meski aku sebenarnya berharap bahwa ia bukan kakakku, agar aku bisa memilikinya lebih. Bisa dibilang aku terlalu mencintai saudaraku melebihi batas wajar. Mungkin ini membuat kak Nico tak nyaman. Maka dari itu, aku harus bertingkah ala kadarnya.

Tiba-tiba cengkeraman tangan itu menyadarkanku dari lamunan. Kuat sekali hingga aku tidak bisa bergerak sama sekali.

"kalau ditanya itu yang sopan" selidiknya. Ia menatapku dengan tajam. Tatapan itu yang membuatku menunduk dulu. Membuatku menangis. Matanya seolah mengintimidasi, dan dia benar-benar marah.

"pergi sama Yudha. Kan tadi juga ketemu disana" jawabku masih dengan menunduk.

"setelah itu? " kemana ya? Aku memikirkan dan ah ingat sekarang. Tadi Yudha sempat berhenti karena mengucapkan kata-kata yang membuat bingung.

" pacaran" jawabku asal.

"selera pria mu payah" jawabnya membuatku naik pitam. Dasar tolol, seleraku ya kamu. Ingin sekali aku jawab begitu, namun tahan tidak boleh ngatain.

"yang penting dia tidak menilai dari fisik dan tidak akan pernah meninggalkanku" sahutku asal

"cih, percaya diri" ia menarik sudut bibirnya seperti mengejek.

"jalani saja hidup kakak, tidak usah mengurusi hidupku" aku berjalan meninggalkannya. Dan brakk.. Pintu itu terlalu keras kututup. Sampai mama pun berteriak supaya aku lebih hati-hati. Persetan dengan itu semua.

Aku menangis. Kembali air mata sialan itu membasahi pipiku. Aku menjadi cengeng semenjak kehilangan kak Nico. Aku menjadi lemah semenjak ia tak ada disisiku.
Aku merenung selama beberapa menit, hingga tak sadar mama sudah di depan mengetuk pintu.

"Ao.. " panggil mama dibalik pintu itu.
Aku tak menjawab, aku tidak mau mama keadaanku sekarang.

" Ao, ini aku Diana" diana? Kenapa dia tidak menghubungiku dulu. Kuusap layar ponselku, ah sial ternyata dia sudah menelponku 15kali. Namun aku tidak sadar.

"masuk Di, gak dikunci" aku mengusap air mataku. Walaupun masih sembab, setidaknya tidak kelihatan masih menangis.

"nangis? " tanyanya. Aku hanya menganggukkan kepala kemudian memeluknya erat. Dia sudah mengerti apa yang membuatku menangis. Karena ini bukan pertama kalinya.

" gara-gara kak Nico lagi kan? " tanyanya yang tak perlu kujawab. Diana menarik nafas panjang. Dan menghembuskan kasar.

" Ao, dengerin. Yudha tadi ngomong apa? " aku mengenyitkan dahi. Tadi Yudha ngomong apa ya? Seingatku helm?

" helm? Dia beliin helm buatku. Ity kan? " jawabku

" bukan yang itu. Dasar pohon pisang punya jantung tapi ga punya hati"

"beneran aku gak tau Di. Lupa"

"dia ga ngomong suka ke kamu? "

" ngomong lah, tapi kan ya hm. Udah biasa ngomong gitu. Di depan anak-anak juga "

" hikari aozora, dia itu serius. Yudha suka, sayang, cinta kamu lebih dari sahabat. Dia mutusin Sherly karena apa?"

"ya karena dia Playboy lah"

"haduh ya karena dia mau kamu. Dia serius sama kamu. Semenjak dia putus dari Sherly kan tidak punya pacar lagi"

Yudha? Mencintaiku? Tapi rasanya aneh sekali. Aku tidak bisa berpikir. Kupikir dia hanya bohong.

"kamu tahu Ao? Dia sekarang murung banget. Dia bingung, kamu pasti tidak akan menanggapi serius. Dia itu mencintai kamu Ao. "

" tapi Di, aku tidak suka dia lebih dari sahabat"

"jangan berkata tidak, tapi belum. Gak tau kan kalau subuh besok kamu suka dia"

"ya kali Di kaya goreng pisang aja cepet banget"

"kamu belum suka sama dia karena masih nyaman di topeng persahabatan. Coba kamu berani keluar dari zona itu "

Aku masih belum bisa berfikir. Apa sebaiknya aku lakukan saja? Hitung - hitung belajar move on.

" Yudha sekarang dimana? "

" di mobil sama Gilang. Dia ga sadar kalau disini. Pikirannya kosong"

Aku berlari keluar dengan tergesa-gesa, melewati mama, papa, dan Kak Nico tanpa menganggap mereka ada. Sedangkan Diana mengintil dari belakang.

"yudha.. " teriakku di halaman. Lalu Yudha menurunkan kaca mobil, kemudian membuka pintu mobil itu.
Ia kini berdiri dihadapanku. Tanpa ragu aku memeluknya erat.

" ajari aku mencintaimu " bisikku pelan. Membuat ia membalas pelukanku.

" ehmm.. " tunggu itu bukan suara Diana maupun Gilang, itu suara Kak Nico. Segera aku melepaskannya, dan mengetahui papa, mama, kak Nico sudah menatap adegan sok romantisku tadi.

" jadi tadi uring-uringan itu marahan sama Yudha? Hmm? " tanya mama menggodaku. Oke, sebenarnya itu bukan sebab yang asli. Tapi demi nama baik, aku menganggukan kepalaku.

" udah ya adegan drama korea nya, nanti papa kawinin kalian kalau masih nempel mulu" papa menggodaku. Aku hanya tersenyum paksa. Sebenarnya kalau di kawinin sama kak Nico ya mau banget malah. Namun kak Nico yang gak mau. Ya beginilah kisah cintaku bertepuk sebelah tangan. Dan kisah cinta segitiga.

Kami memutuskan berbicara di mobil bersama. Gilang dan Diana jadi saksi. Lebih baik jika ada mereka, kalau tidak aku akan kikuk sama sekali.

"ajari aku dulu mencintaimu. Aku akan membuka hatiku. Aku akan menganggapmu lebih dari sahabat oke? " pintaku.

" with my pleasure" jawab Yudha, dan meraih telapak tanganku kemudian menciummnya. Aku menatap Gilang dan Diana sungkan sekali. Malu-malu, mereka melakukan adegan seperti muntah. Aku hanya terkikik.
Semoga langkah yang kuambil ini benar.

Namun hati inu bimbang, sudah terlanjur memohon kepada papa untuk magang di perusahaannya. Itu berarti harus ketemu kak Nico lagi. Apakah harus membatalkannya tanpa sebab? Ah tidak apa-apa. akanku coba seminggu saja. Semoga hati ini kuat.

"Yudha besok anterin aku ke kantor ya? " pintaku kepada Yudha. Ingin menambah intensitas kebersamaan, agar lebih dekat lagi.

"siap bos. Tapi gak gratis"

"hah?" tanyaku bingung.

"cium" ia memegang pipinya. Kemudian aku mengangguk, lalu mendekatkan bibirku ke pipinya. Bukannya mencium, ku gigit pipi itu sampai si empunya mengerang kesakitan.

"galak banget belum jadi istri aja kaya gini. Jadi istri udah di potong tytyd lu yud" kekeh Gilang. Yudha hanya meringis dan mengusap pipinya yang sakit.

#Tbc
Maaf lama author lagi sakit, dan sibuk di dunia nyata. InsyaAllah cepet part depan, tentang kantor, dan full Nico & Ao

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang