Sensi

2K 80 4
                                    

"Selamat pagi dunia" Teriakku kencang sembari membuka jendela. Aku lebih mirip pasien RSJ yang melarikan diri. Senyum selalu tercetak di sudut bibirku. Rasanya bahagia sekali, mungkin efek dari kejadian semalam. Aku semangat sekali pergi ke kamar mandi. Sesekali aku berkonser ria. Lagu kebangsaan sobat ambyar ku kumandangkan.

Memoleskan bedak ke wajahku, lip tint di bibirku, tak lupa memakai alis biar tampak manis. Entah aku bersemangat sekali dandan hari ini. Oh ya tak lupa memakaikan mascara ke bulu mataku agar cetar membahana.

Berulangkali mengambil baju dari lemari dan kulempar. Aku merasa tidak memiliki baju. Padahal lemariku saja hampir full. Ah kenapa lupa, aku memakai baju yang dibelikan Yudha waktu itu. Ah perfect aku terlihat lebih dewasa. Barangkali dengan ini kak Nico bisa mengganggapku sebagai wanita.

Tin...tin....

Suara klakson vespa kuning terdengar dari kamarku. Aku buru-buru memakai helm bogo kesayanganku. Yah helm satu-satunya pemberian dari Yudha. Yudha nampak kaget melihatku.

"Ya ampun, Ao maaf aku lupa. Harusnya aku bawa mobil" Ucap Yudha merasa bersalah.

"Hey, No problem. Yang penting sampailah"

"Kamu jadi magang?"

"Kalo gajadi ngapain pake baju kayak gini. Kek kurang baju aja" Jawabku

"Sewot amat sih. Pantesan cepet tua" Ejek Yudha. Aku mencubit pipi Yudha.

Yudha menancapkan gasnya. Sontak aku mengaitkan tanganku ke pinggangnya. Udara pagi ini tidak terlalu buruk. Mungkin karena belum sampai jalan raya. Sesampainya jalan raya, benar sekali polusi dimana-mana. Dan jalanan macet. Untung Yudha paham daerah ini, dia memutuskan lewat jalan pintas.

"Sampai deh" Ucap Yudha membuatku terkejut. Aku tersadar sampai kampus secepat ini.

"Mau lepas ga ini tangannya?" Tanya Yudha membuatku sontak melepaskan tangan dan tersenyum malu. Entah mengapa aku menikmati perjalanan dengan Yudha. Aku merasa nyaman.

"Eh Yudha kamu ikut kelas lain nggak?"

"Maksudnya"

"Kamu ada jadwal kelas lain nggak? Apa cuman kelas ini aja"

"Lah kita kan KRS an bareng berempat. Ya sama lah" Aku hanya ber'oh' ria dan menepuk jidatku. Aku rada pikun sekarang.

"Kenapa Ao?" Tanya Yudha.

"Anterin ke kantor papa hehe" Pintaku nyengir.

"Itu doang? Ya bisa lah" Jawab Yudha enteng. Aku tersenyum kemudian berjalan mendekati kelas. Tapi langkahku terhenti, ketika mendengar Yudha berteriak.

"Ao, tapi ada syaratnya" Teriak Yudha.
Aku mengerutkan kening. Tumben Yudha minta imbalan.

"Apa? Gantiin bensin? Iya aku ganti Yudha hmmmm" Jawabku

"Bukan"

"Terus apa?"

"Copot dulu helmnya Ao. Di kelas ga ada tilangan kok" Yudha tertawa keras. Aku menggaruk kepalaku. Namun menemukan helm yang masih nyangkut diatas kepalaku. Ternyata aku memang-memang bodoh. Aku malu setengah mati. Mana orang-orang diparkiran ngeliatin.

"Aku cuman mau selfi kok. Tuh" Aku mengeluarkan handphone kemudian mengambil foto. Ya daripada malu, seenggaknya menjadi absurd dikit nggak masalah.

Yudha masih cekikikan dengann kejadian tadi. Membuatku merasa kesal. Memangnya kenapa sih berlebihan sekali. Aku nya kan jadi malu.

"Yud, udah deh" Ia masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Kenapa sih?" Gilang menimpali obrolan kami.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang