-NICO-

1.8K 71 9
                                    

Part ini akan berceritakan berdasarkan sudut pandang NICO.

Aku menyesap rokok dengan penuh perasaan gundah. Bagaimana tidak orang yang kucari-cari selama ini ternyata tidak jauh denganku. Berdasarkan info yang kudapat dari papa, bukti menunjukkan 80% orang itu.
Mungkin aku akan pulang dulu untuk menerima kenyataan ini. Habis satu batang rokok, aku melihat dia adikku yang sangat kucintai itu turun dari mobil. Entah rasanya aneh, aku mencintai adikku terlalu berlebihan. Bahkan aku cemburu dia diantarkan lelaki lain. Aku begitu menyayangi adikku dari dulu.

"Darimana?" Tanyaku padanya yang masih tersenyum tidsk jelas.

"Kuliah, terus main" Jawab gadis itu dengan cuek. Ah aku rindu dia yang hangat.

"Kuliah? Yakin kamu kuliah hari ini? Aku mencarimu ke kampus. Dan tidak ada tuh kamu" Jawabku ngasal, tidak mungkin aku mencarinya di kampus yang besar itu. Sulit menemukannya.

"Kuliah sebentar, terus main" Jawabnya terlihat gugup. Oke dia terlihat sedang berbohong.

"Tadi yang ngisi kuliah siapa?" Tanyaku menyelidiki. Jangan heran sorot matanya sudah terlihat sedang berbohong. Aku hanya perlu memancingnya sedikit.

"Prof. Surya" Jawabnya dengan gestur sedang mencari jawaban berbohong. Aku tersenyum picik. Dosen itu jarang sekali mengajar. Kemungkinan dia digantikan oleh asdosnya. Ya, aku dulunya asdos Prof. Surya.

"Masa? Tadi asdosnya tuh yang ngajar" Jawabku asal, dan dia membelalakkan mata. Kena kamu gadis cantik.

"Ngapain kakak ke kampusku?" Tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraanku.

"Iseng" Jawabku santai.

"Jadi kenapa kamu bolos? Gini katanya mau ikut bantu usaha papa!" Aku marah sekali, karena dia mulai berani bolos. Apa karena Yudha lelaki itu? Jika iya akan kuhajar lelaki itu habis-habisan.

"Memang apa urusan kakak menanyakan itu?" Jawabnya lama, dan sedikit terbata.

"Ya jelas urusanku. Aku berubah pikiran ingin membantu papa lagi. Dan kembali kesini. Memangnya ada yang salah?" Jawabku cuek, aku masih marah kenapa dia membolos.

Kami mengobrol biasa dan lagi-lagi membahas yang tidak ingin kubicarakan sekarang. Iya Karina, aku tidak ingin membahas dia. Yah, gadis itu masuk ke kamarnya. Aku segera mencari mama.

"Mama.." Panggilku melihat wanita paruh baya itu sedang beradu dengan spatula ditangannya.

"Eh kamu udah lama?" Jawabnya halus.

"Udah ma"

"Loh kok nggak cari mama?" Tanya mama sembari mematikan kompornya.

"Tadi masih rokokan didepan. Terus nunggu Ao pulang"

"Tumben kamu kesini?" Tanya mama. Ya entah sejak kapan aku tidak kesini. Aku merasa tidak pantas berada disini. Tapi kupikir kurang ajar juga jika aku tidak membalas budi. Apalagi mama dan papa begitu menyayangiku bahkan setelah Ao hadir. Mereka tidak mengurangi sedikitpun kasih sayangnya. Malah justru begitu menyayangiku karena aku sigap menjaga Ao. Aku menimang-nimang apakah harus bercerita dengan mama? Sepertinya mama yang paling mengerti aku. Aku berjalan mendekat memeluk mama. Mama kaget jelas saja. Entah kapan terakhir kali aku memeluknya.

"Kamu ada masalah?" Tanya mama tepat sasaran. Aku hanya mengangguk. Rasanya aku ingin sekali menangis dipelukan mama.

"Kamu putus dengan Karina?" Tanya mama. Aku melepaskan pelukannku.

"Ma, Karina adalah orang yang selama ini kucari" Mama kaget, ya aku pun juga.

"Serius?" Tanya mama.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang