Penghianat

1.5K 70 2
                                    

Aku sedang berpacu dalam layar komputerku. Hari ini begitu sibuk. Bahkan bisa dikatakan semenjak  kepergian Kak Nico aku rasanya seperti pegawai tetap disini. Memang bisa saja papa merekrut orang menggantikan posisi Kak Nico, namun memerlukan waktu. Juga papa harus mencari orang yang tepat agar dapat menjaga rahasia perusahaan. Karena seperti yang pernah kukatakan, ini perusahaan keluarga.

“Yud, kamu inget ga rumus-rumus excel, aku lupa” tanyaku pada Yudha, yang kini juga turut membantuku.

“Rumus yang mana?” jawabnya.

“Hlookup sama Vlookup”

“Kalau Hlookup itu horizontal, kalau Vlookup itu vertical”

“Bocah TK juga paham kali yud kalo itu” Jawabku kesal. Yudha terkekeh. Yudha berjalan ke arahku, kemudian membantuku mengerjakannya.

“Kamu mau nyari apa sih?”

“Mau nyari data penjualan apartement bulan kemarin”

“Oh itu, pake Vlookup” jawab Yudha kemudian dia mengajariku. Entah mengapa aku mulai menaruh rasa pada Yudha. Dia temanku dari SMA aku tau seluk beluk dia. Namun, aku tidak terlalu tau mengenai keluarganya. Yudha jarang menceritakan kepadaku. Bahkan hampir tidak pernah.

Yang kutahu Yudha sekarang tinggal bersama om dan tantenya yang sudah dianggap orangtuanya. Kadang aku pengen banget menanyakan. Bukan karena kepo, hanya saja aku merasa Yudha memiliki kesedihan batin tersendiri. Hal itu membuatku larut dalam kebingungan.

“Eh, yud..” tanyaku ragu.

“Kenapa?” jawab Yudha sembari mengutak-atik laptopku.
“Eh, enggak jadi”

“Kenapa sih… Jangan bikin penasaran dong” Yudha berdecak sebal.

“Eh anu enggak…gak..kok” Jawabku gugup. Yudha mulai curiga.

“Ayo cepet tadi mau bilang apa” Selidik Yudha. Aku membuang napasku kasar.

“Hmm… Apa ada kabar dari orang tua kandung kamu” Tanyaku ragu-ragu. Yudha diam sebentar, membuatku semakin merasa bersalah.

“Belum sejak saat itu” Jawab Yudha dengan tatapan kosong. Tatapan sama dengan yang dulu saat pertama kali kita bertemu. Saat itu dia baru pindah ke SMA ku.

“Eh maaf ya Yud” aku merasa bersalah.

“Kenapa minta maaf? Kamu tidak salah. Aku justru senang kamu peduli padaku” Jawab Yudha dengan senyum mereka membuatku tidak lagi merasa bersalah.

***

Aku merasa ada sesuatu yang aneh didiriku. Entah mengapa aku merasa ada yang hilang. Aku merindukan Kak Nico. Harusnya aku sudah terlatih patah hati. Karena ini bukan pertama kalinya aku sakit hati ditinggalkan. Tapi mengapa aku masih saja merasakan sakit. Padahal harusnya tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan. Aku menyesap lekat-lekat segelas kopi susu.  Aku teringat, Kak Nico yang mengajariku minum ini. Awalnya aku hanya minum susu putih, namun tiba-tiba Kak Nico menuangkan sedikit kopinya ke gelasku. Jelas saja aku dulu sangat marah. Namun, Kak Nico berkata aku boleh memarahinya tapi setelah merasakan kopi susu itu aku justru berterimakasih padanya.

Sayup-sayup aku mendengar suara mama sedang berbincang dengan lawan bicaranya diponsel. Mengapa mama sembunyi-sembunyi. Seperti sedang selingkuh saja. Aku merasa curiga, apalagi terdengar samar-samar itu suara lelaki.

“Ma, sedang apa?” Tanyaku membuat mama gelagapan. Mama buru-buru mematikan panggilannya.

“Eh, ga ada apa-apa” Jawab mama sepertinya gugup.

“Mama selingkuh ya?” Selidikku penuh tanya.

“Sembarangan kalau ngomong” Jawab Mama sembari menjitak kepalaku. Aku mengaduh.

“Aw.. Sakit ma, aku kan lagi capek kenapa sih papa gak nyari orang lain aja”
Keluh kesahku.

“Papamu itu trauma” aku mengernyitkan dahi

“Trauma gimana ma?” Mama mengambil nafas panjang, sepertinya cerita ini akan selesai subuh.

Mama menjelaskan padaku sangat rinci. Dulu ada Manajer Investasi dipegang oleh orang luar. Namun papa begitu percaya kepadanya. Dia teman papa saat kuliah katanya. Namanya Pak Bayu, orang yang sangat pintar. Awalnya Pak Bayu melakukan  diversifikasi portofolio secara tepat. Hasil analisa dari Pak Bayu 90% benar. Portofolio selalu naik, bahkan mencapai return 3000% membuat perusahaan papa bisa melakukan ekspansi usaha. Beberapa saham sudah dijual untuk mendapatkan capital gain.

Namun ketika terjadi krisis global, ekonomi menurun. Maka portofolio pun mulai gonjang-ganjing. Pak Bayu mulai berani terjun pada saham yang kurang liquid. Dia menaruh uang perusahaan untuk trading pada saham yang kurang baik. Dengan harapan analisanya tembus, dan mendapat untung berkali-kali lipat. Memang terkesan gambling karena prosentase loss dan gain sama-sama 50%. Dan kabar buruk tiba, saham tersebut didelisting dari BEI. Akhirnya perusahaan papa menderita kerugian. Ia tidak menyangka Pak Bayu melakukan kegiatan tersebut. Karena merugikan perusahaan akhirnya para investor sepakat menuntut Pak Bayu ganti rugi. Namun, semua asset sudah disita tetap tidak cukup untuk mengembalikan uang investor. Pak Bayu akhirnya melakukan wanprestasi dan akhirnya dipenjara atas dasar wanprestasi.

Aku jadi kepikiran, bagaimana keluarga Pak Bayu sekarang. Apakah masih hidup? Aku sangat takut apabila keluarga Pak Bayu melakukan balas dendam. Namun, kurasa tidak. Itukan salah Pak Bayu. Dan ternyata Pak Bayu sudah meninggal. Tapi istri dan kedua anaknya tidak ditemukan lagi kabarnya.

Papa mengalami masa dikecewakan oleh orang terdekat. Pasti wajar jika papa sekarang tidak gampang percaya kepada orang lain. Membangun kepercayaan itu susah, apalagi sudah pernah kecewa. Yang ada hanya trauma. Dan bayangan pedihnya dikhianati.

“Ma, Kak Nico masih nggak ada kabar ya?” Tanyaku pada mama.

“Belum kenapa?” Jawab mama sambil menunduk. Aku mencium bau-bau tidak enak. Seperti ada yang disembunyikan tapi bukan kacang.

“Bohong ya mama?” Selidikku.

“Ya enggaklah, lah ngapain juga mama bohong. Kenapa emangnya kamu kangen?” Tanya mama. Aku merasa mendapatkan serangan balik.

“Dah lah ma, males banget mau mandi, makan, terus sleeping beauty. Bye” Ucapku kepada mama.

Aku membasuh wajahku dengan percikan air di shower. Ah rasanya sangat segar. Seakan-akan rasa lelahku ikut hanyut pada air tersebut. Aku mengosok-gosok badanku. Aku lupa kapan terakhir kali bisa serileks ini. Dapat menikmati saat mandi. Biasanya terlalu terburu-buru. Aku berulang kali bersenandung ria. Lagu-lagu patah hati ambyar yang sedang ngehitz sekarang. Tiba-tiba aku mendengar ponselku berdering beberapa kali. Sepertinya itu nada dering telepon.

Aku segera keluar, dan mengambil ponsel. Ternyata papa yang memanggilku berulang kali. Aku heran apakah se mendesak ini, tumben sekali papa. Akhirnya aku menelpon balik papa.

“Pa, maaf Ao tadi mandi. Ada apa?”
“Ada yang membocorkan data penjualan interim perusahaan” Deg rasanya seperti tersambar petir. Ada penghianat di perusahaan ini.

Maaf lagi-lagi telatt yaah. Laptopku rusak lagi.
Terimakasih buat yang masih mau baca. Love kalian 🥰🥰🥰

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang