Ao merasa senang hingga hatinya rasanya akan meledak. Akhirnya penantiannya selama bertahun-tahun tidak sia-sia. Entah mimpi apa dia kemarin, bisa mendapatkan rezeki nomplok.
"Aku mau, tapi aku masih kuliah" Jawab Ao. Ia juga mempertimbangkan kehidupan pendidikannya. Dia tak ingin pendidikannya terganggu, bila sudah berumah tangga tentunya terjadi perubahan prioritas.
"Ya nikahnya sabtu atau minggu aja, kan libur" Sahut Nico cuek, yang dihadiahi cubitan keras di lengannya.
"Ga gitu ya konsepnya" Ao menyilangkan kedua tangannya dan berdecak sebal.
"Ya sudah benar juga apa yang dibilang Ao. Karena pendidikan juga penting, lebih baik menunggu dia lulus" Ujar Gio.
"Mama nurut aja, yang penting kalian bahagia" Ucap Naily tersenyum.
Nico memutuskan pindah dari rumah, bukan karena bertengkar. Tapi kini status mereka bukan lagi kakak adik, melainkan sepasang kekasih. Untuk menghindari kejadian yang tidak-tidak, mereka harus saling menjaga jarak.
Semenjak kepergian Nico, dunia Ao kembali sepi. Ketika dia keluar berkencan, ia merasakan kesenangan yang luar biasa. Namun ketika ia sudah kembali berkencan, rasanya dunianya sepi. Ia ingin menemui Nico setiap hari 24 jam. Terdengar sangat egois, tapi namanya juga pasangan yang sedang kasmaran. Baginya kangen terhadap Nico itu obat.
"Hati-hati ya pulangnya" Ao melambaikan tangan dan turun dari mobil.
"Sudah sana masuk" Suruh Nico kepada Ao yang masih mematung di depan mobil. Nico turun dari mobil dan menghampiri Ao.
"Hmm" Ao hanya bergumam. Nico memeluk Ao.
"Sudah, kan besok ketemu lagi. Sekarang masuk, tidur dulu. Atau mau ditemenin" Goda Nico yang mendapat pukulan kecil dari Nico. Sebenarnya Ao ingin mengiyakan hal tersebut. Malam ini dia ingin sekali ditemani Nico hingga terlelap.
"Kamu dulu aja. Kalau kamu pergi aku masuk" Ucap Ao.
"Enggak ah, kamu dulu yang masuk. Kalau udah masuk baru aku pulang" Tolak Nico.
"Engga kamu dulu" Kekeuh Ao.
"Kamu.." Tolak Nico tak kalah kekeuh.
"Kalian ngapain?" Tanya Gio melihat mereka berdiri lama di halaman namun tak kunjung masuk.
"Eh ini mau pulang kok pa" Ujar Nico sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mampir dulu sini" Ajak Gio namun Nico menolaknya.
"Gak usah pa, udah malem. Besok aja pa kalau kesini agak sorean" Tolak Nico.
"Mana ada, ini baru jam 7 mampir dulu sini" Bujuk Gio.
"Besok aja pa, hari ini udah ada janji" Bohong Nico. Sebenarnya ia ingin sekali mampir, tapi ia masih canggung. Ia begitu kikuk, menghadapi papa sebagai papa mertua.
Ao melambaikan tangan mengantar kepergian Nico. Ia menarik nafas panjang dan menghelanya kasar. Dia begitu tidak rela melepas kepergian Nico.
Ao menonton tv dan merasa gusar. Ia menggonta-ganti channel TV sehingga hal itu menggangu pemandangan Naily. Naily merasa terganggu dengan hal tersebut.
"Ao kamu kenapa sih kok gitu?" Tanya Naily merasa terganggu."Eh nggak apa-apa ma" Jawab Naily bohong dan masih menggonta-ganti channel.
"Bohong, kenapa gonta-ganti channel gajelas" Selidik Naily.
"Acaranya jelek" Jawab Ao jujur, namun tidak seperti biasanya Ao begini. Ia terlihat memikirkan sesuatu.
Naily berdiri dan menuju kamarnya. Ia membongkar-bongkar foto album, dan akhirnya ketemu album pernikahanya bersama Gio. Naily membawanya kehadapan Ao. Ia ingin menunjukkan Ao sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
RomanceNico kini mulai beranjak dewasa. Ia baru mengetahui bahwa ia hanyalah anak angkat keluarganya. Ini merupakan pukulan keras untuk Nico. Dia merasa marah dan benci. Namun ia merindukan Ao, adik kecilnya yang kini beranjak remaja. Apakah Nico mau mene...