Bad News

1.5K 65 14
                                    

Ao mondar-mandir di depan ruang operasi. Dia merasa sangat bersalah dengan kejadian itu. Secara tidak langsung dialah penyebabnya. Dia menangis sesenggukan. Orang yang disayanginya terluka.

"Ao, sudah gak apa-apa kok" Diana mencoba menenangkan Ao.

"Di, gue pembunuh" Ao menatap lekat-lekat sahabatnya. Ia memeluknya erat.

Peristiwa kemarin selalu membayangi Ao. Kejadian terus berputar berulang kali. Bak seperti kaset rusak. Darah mengalir begitu deras dari tubuh seseorang. Ao melihat tangannya ikut bersimbah darah. Dia langsung pingsan.

Operasi sudah berlangsung selama 1 jam, namun kelihatannya masih belum beres. Bagaimana tidak, peluru menancap tepat di perutnya. Darah mengalir deras, tubuh itu kehilangan banyak darah.

"Ao, ini bukan kesalahan lu kok. Semua ini takdirnya. Ini karma buat dia" Diana sebenarnya geram, ia tidak menyangka salah satu sahabatnya memiliki hati yang busuk.

"Iya, lu gak salah Ao. Kenapa lu masih mikirin dia? Padahal dia udah jahatin elu" Gilang juga sempat marah melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"Bagaimanapun juga, dia pernah baik sama gue. Pernah juga mengisi hari-hari gue. Gue gabisa kalau harus gak peduli begitu aja" Ao masih menangis sesenggukan. Nico mengawasinya dari pojokan. Hatinya perih mendengar hal itu. Tersirat seberapa dalam cinta Ao kepada Yudha. Ia tidak ingin hatinya semakin terluka. Ia pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan kecewa.

"Dia sahabat gue, sahabat kita juga. Gue bisa maafin kesalahannya. Seenggaknya gue tau dia awalnya tulus. Hanya karena dendam masa lalu akhirnya begitu" Ao mengenang masa-masa dimana dia dan Yudha bersama. Dimana Yudha sangat perhatian dengannya.

Flashback
Ao mendorongkan tubuhnya ke tubuh Yudha. Membuat Yudha jatuh dan satu tembakan berhasil lolos dari senjata yang Yudha pegang. Namun naas, senjata tersebut mengenai tubuh Yudha sendiri. Darah mengalir deras dari tubuh Yudha. Ao merasa frustasi karena tubuhnya masih terikat. Dengan sigap Nico membuka ikatan ditubuh Ao.

Ao mengangkat Yudha ke dalam pangkuannya. Ao menangis sejadi-jadinya. Perasaan benci, dendam, kecewa luruh. Digantikan rasa kasihan dan rasa kasih sayang terhadap sahabat.

"ma..af" Yudha mengatakan sepatah kata tersebut kemudian ia pingsan. Ao yang mengetahui darah mengalir semakin deras membuatnnya shock dan tubuhnya lemas, kemudian tak sadarkan diri.

Nico mencoba menghubungi ambulance. Namun baru mobil polisi yang datang. Sebelum kesini, Nico sempat menghubungi polisi dengan kasus penculikan dan penyekapan. Beberapa menit kemudian terdengar sirine ambulance yang akan membawa Yudha.

Nico mendekati Ao, air matanya menetes begitu saja. Ia menggendong Ao, dan membawanya ke mobil. Gadis yang dicintainya tak sadarkan diri.

Nico memikirkan, apakah sekarang adalah saat yang tepat menyatakan cintanya. Hubungannya dengan Karina otomatis berakhir karena ternyata dia dan Karina satu Ayah. Dia sedikit lega dengan hal tersebut. Jadi dia bisa meninggalkan Karina tanpa menyakitinya.

Nico sudah tidak sabar dengan hari ini. Dimana dia ingin menjadikan Ao miliknya tanpa halangan apapun. Sekarang dia bebas mendekati Ao.

Operasi Yudha sudah selesai kemarin. Namun, hingga saat ini kondisi Yudha masih kritis. Yudha belum sadarkan diri. Ao enggan menjenguk Yudha. Dia merasa sungkan dengan keluarga Yudha. Namun, keluarga Yudha malah baik kepadanya. Dan minta maaf atas perlakuan Yudha beberapa hari yang lalu.

Tante Yudha memberikan Ao sebuah kotak perhiasan. Disana terdapat sebuah kalung indah. Kalung tersebut akan diberikan Yudha kepada Ao beberapa tahun yang lalu. Namun niat itu diurungkan oleh Yudha. Semenjak Yudha mengetahui tentang peristiwa di masa lalu itu. Yudha yang dulunya penuh cinta, kini dipenuhi dendam yang membara.

Hari ketiga Yudha belum sadar. Kondisinya semakin memburuk. Semua orang semakin panik. Apalagi mengetahui tidak adanya detak jantung Yudha. Dokter membantu Yudha dan melakukan yang terbaik..

Hari keempat Yudha sembuh, ia tidak akan merasakan sakit lagi untuk selamanya. Yudha tak tertolong kali ini. Semua orang berkumpul di pemakaman Yudha. Ao begitu terpukul. Perpisahan dengan Yudha meninggalkan kesan yang buruk.

Yudha pergi meninggalkan orang-orang yang dicintai dan mencintainya. Hari itu, Ao benar-benar sudah memaafkan Yudha. Ia tidak ingin Yudha merasa tidak tenang di alam sana. Ia takut Yudha meninggal dengan perasaan bersalah.

"Ao.. ayo pulang" Ajak Nico. Nico tidak tega melihat adiknya sedih.

"Ao, kalau kamu nangis terus, Yudha pasti tidak tenang disana. Ia akan pergi dengan rasa bersalahnya. Sudah jangan menangisi. Lebih baik doakan dia" Nico memeluk Ao. Dia harus menahan perasaannya. Saat ini belum tepat untuk mengutarakan perasaan.

Setiap hari, Nico mencoba menghibur Ao. Namun, gadis itu hanya tersenyum simpul. Nico merasakan frustasi melihat kondisi Ao. Hingga dia kesal padanya.

"Kenapa sih kamu begitu" Tanya Nico.

"Aku kenapa?" Tanya balik Ao.

"Kenapa masih mikirin Yudha, padahal disini ada aku" Ucap Nico frustasi. Ao menarik nafas panjang dan membuangnya kasar.

"Bedalah kak, bagaimanapun juga Yudha itu sahabat aku" Jawab Ao.

"Pacar kamu maksudnya?" Tanya Nico dengan nada naik satu oktaf.

"Kakak ini maunya apasih? Urusin saja Karina gak usah ngurusin aku" Ao berjalan menjauhi Nico, hatinya kesal. Mengapa dia tidak boleh jatuh cinta dengan orang lain? Sedangkan saat mencintainya ia tidak pernah dilirik sekalipun.

Nico memukul meja disampingnya. Ia merasa frustasi dengan kondisi sekarang. Ia bertanya-tanya apakah masih ada dirinya di hati Ao. Nico memutuskan mendatangi Ao.

Tok..tok...
Nico mengetuk pintu kamar Ao. Dengan perasaan malas Ao membuka pintu. Nico mendorong Ao masuk ke kamar, dan menutup pintu.

CUP...

Nico mencium Ao. Kali ini bukan di pipi, di kening namun di bibirnya. Ao masih mematung dengan ciuman itu. Beberapa detik kemudian Ao baru merespon. Nico melepaskan ciumannya kemudian memeluk Ao.

"Aku mencintaimu" Nico memeluk Ao.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang