Flashback
Gio menyetir mobilnya ke arah yang tak ditentukan. Berulang kali dirinya memukul stir. Dia tak menyangka dirinya bertemu dengan ayah kandungnya setelah sekian lama mencari. Ia tidak tau harus senang apa sedih, mengetahui ayah kandungnya adalah orang yang selama ini di sekitarnya.
Gio mengingat kembali pertemuannya dengan Karina. Dia merasakan adanya beberapa kesamaan dalam dirinya dengan Karina. Akhirnya menjadi tertarik. Namun, anehnya dia tidak bisa mencintai Karina. Ia hanya sebatas menyayangi. Karena rasa cintanya hanya untuk Ao. Berulang kali ketika akan mencium Karina, ia menghentikan niatnya. Karena selalu terbayang wajah Ao.
Dia beberapa hari ini hilang seperti ditelan peradaban. Dia selalu minum alcohol di tempat pengasingan diri. Namun, dia tetap memberi kabar pada mamanya. Ia takut jika mamanya menghawatirkannya. Tentu saja dia memohon agar tidak memberitahu yang lainnya.
Kali ini dia memdapatkan kabar penting. Ada yang mengusik perusahaan papanya. Menurut prediksinya ini ada kaitan dengan pak bayu. Jadi dia akan menyelidikinya. Dia memutuskan kembali ke dunianya. Dia harus, membantu papanya dan melindungi keluarganya. Sudah lama dia tidak menyukai Yudha. Bukan tanpa alasan, namun entah mengapa dia merasa Yudha tidak tulus pada adiknya.
Nico telah berhasil menyebar umpan. Meski kemungkinan besar Yudha pelakunya, namun dia tidak berharap itu terjadi. Karena situasi seperti ini akan membahayakan adiknya. Yudha lelaki itu telah berhasil mendapat kepercayaan penuh dari adiknya.
Flashback off
Nico mencari keberadaan Ao di kantor. Namun dia geregetan sekali tidak menemukan batang hidungnya di Kantor. Ia geram, pasti adiknya pergi dengan Yudha. Dia terlambat beberapa menit mencegah kepergian adiknya. Dia khawatir, adiknya dalam kondisi bahaya. Tanpa pikir panjang dia menelpon Ao. Dia geram dan menyesali. Harusnya ia memberi pesan saja. Tindakanya yang gegabah membuat Yudha mengetahuinya. Dan sekarang ponsel Ao mati. Untung saja, dia sempat menaruh penyadap di ponsel Ao.
Ao merasakan kepalanya pusing dan tubuhnya sedikit lemas. Tangannya kaku, tak bisa leluasa bergerak bebas. Mulutnya terbungkam, berulang kali dia berusaha melepaskan ikatan pada tangannya. Namun sia-sia saja hanya mengurangi tenaga.
“Hallo sayang..” Ucap Yudha membuat Ao merasa jijik.
“Kenapa diam saja?” Ao lagi-lagi tak menjawab. Yudha membuka penutup mulut Ao
“Dasar tolol. Mulut gue lu bungkam gimana bisa ngomong hah? Ngapain sih Yud? Gue salaah apa sama lu?” Tanya Ao menahan tangis.
“Salah lu? Banyak. Bokap lu bikin bokap gue meninggal. Bikin kakak gue meninggal. Dan bikin nyokap gue gila” Yudha menatap Ao dengan tajam.
“Kenapa bisa papaku? Apa yang udah diperbuat papaku?” Tanya Ao dengan gemeteran.
“Lu dengerin baik-baik ya. Bokap lu mecat bokap gue, dan bikin seluruh asset keluarga gue disita. Bokap gue dipenjara, kita kelaparan” Jawab Yudha dengan menunjukkan jari di depan wajah Ao.
“Bokap lu Pak Bayu? Tapi lu tau nggak bokap lu udah ngelakuin kesalahan yang fatal?” Tanya Ao mencoba sedikit lebih berani.
“Lu tau kan? Namanya pasar modal gak bisa selalu untung. Apalagi saat itu ekonomi krisis” Jawab Yudha dengan nada tinggi.
“Tapi Yud, Pak Bayu melakukan trading atas dasar gambling. Dan pada saham yang gak likuid. Itu gak sesuai dengan standar perusahaan. Bokap lu harusnya bisa mengerti apa konsekuensi yang akan didapat” Jelas Ao namun tidak digubris oleh Yudha.
“Lu gatau papa gue butuh duit buat operasi saat itu. Jadi papa nekat melakukan seperti itu. Pinjem duit sama bokap lu gak berani, karena dia masih nyicil utang yang dulu” Jawab Yudha dengan tatapan kosong.
“Ya berati bukan sepenuhnya salah papaku dong Yud” Ucap Ao membuat Yudha geram.
“Anjing lu diem. Lu gatau rasanya hidup sebatang kara, tinggal di jalanan. Tante sama om gue baru nyari dan ngangkat anak. Dan lu tau? Setelah anak mereka lahir, gue dilupain. Semenjak itu gue bersumpah akan balas dendam. Agar keturunan Gio merasakan hal yang sama. Dan entah kebetulan atau gimana, kita ketemu saat SMA. Saat itu gue tau lu yang selama ini gue cari. Coba lu bukan anak dari Gio, gue pasti udah sayang banget sama lu” Ujar Yudha.
“Gue ga butuh kasih sayang lu. Gue jijik. Cukup tau aja” Ao berteriak kencang. Membuat Yudha emosinya meninggi. Dia mencium paksa Ao. Namun Ao selalu menghindar, membuatnya semakin geram. Yudha melayangkan tamparan pada pipi gadis itu. Gadis itu mengaduh, ia ingin menangis.
“Pukul gue semau lu, tampar gue, kalau perlu bunuh gue Yud asal lu puas” Sorot mata Ao sangat tajam. Kali ini dia benar-benar menantang maut. Yudha bisa saja membunuhnya sekejap mata.
“Pasti kok gue bakalan bunuh, tapi nggak sekarang. Gue mau lu menderita dulu sampai frustasi, dan akhirnya mohon-mohon ke gue” Ao marah, rahangnya mengeras dan raut wajahnya mulai memerah.
“Lu tau ga Yud, gue bener-bener sayang sama lu selama ini. Gataunya lu kayak gini” Ucap Ao dengan tatapan tak percaya.
“Oh ya baguslah kalu lu suka gue. Emang tujuan gue bikin lu suka sama gue, baru gue tinggalin. Tapi apa, lu masih kepikiran sama kakak angkat lu itu. Dia penghalang rencana gue” ao kini menyesal tak mendengarkan apa yang dikatakan oleh kakaknya. Ternyata kakanya benar, Yudha tidak tulus, dia bukan orang yang baik.
Yudha menyesap rokok ditangannya. Entah berapa batang yang sudah ia habiskan. Sebenarnya dia tidak tega pada Ao. Dia mencintai gadis itu, tapi dia tidak bisa menghianati kelurganya. Ia harus tetap menjalankan rencana balas dendam itu.
“Kau tau Yud? Asset lu yang dijual itu tidak cukup untuk mengganti seluruh kerugian. Karena semua uang papamu investasikan ke satu saham. Tidak hanya kamu, papaku juga harus menanggung kerugian, dia juga menjual beberapa asetnya dibawah harga pasar. Karena investor ingin menarik uangnya.
Beberapa bulan kami tinggal di rumah kakek nenek Yud. Karena rumah juga ikut kejual” jelas Ao dengan sorot mata kepedihan.“Tapi apa keluarga lu kehilangan nyawa? Enggak kan?” Yudha membanting rokoknya dan berjalan mendekati Ao.
“Yud, masalah nyawa itu sudah urusan yang diatas. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Karena itu takdir” Jelas Ao dengan harapan membuka mata hati Yudha.
“Alah udah berasa suci lu nyeramahin gue? Lu bisa bacot kayak gini karena lu gak ngalamin sendiri. Coba aja lu di posisi gue, masih bisa ngomong gini ga?” Yudha mencekik Ao sebentar kemudian melepaskannya.
“If I were you, aku akan melupakan kebencian Yud. Benci hanya menimbulkan dendam, dan itu penyakit”
“Oke, sekarang lu rasain. Apakah keluarga lu bisa ngomong gini kalau kehilangan elu” Yudha mengeluarkan pistol yang dia beli di deepweb, hasil dari menjual informasi perusahaan.
Ao merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya, dia bingung harus berbuat apa. Satu langkah saja kesalahan, nyawanya bisa hilang. Kini nyawanya benar-benar di ujung tanduk. Ia ingin menangis, tapi ditahan. Karena itulah tujuan Yudha, melihat tangisan Ao. Ao masih tidak percaya, lelaki yang beberapa bulan ini mengisi hari-harinya adalah seorang psikopat.
Yudha sudah mengokang senjatanya, hanya satu kali tarikan Ao akan meninggal di tempat. Namun tiba-tiba saja suara dobrakan pintu mengejutkan mereka. Dia adalah Kak Nico.
“Wah sekali mincing dapat dua ikan. Lumayan bisa bunuh dua orang sekaligus” Ujar Yudha dengan senyum piciknya.
“Turunin senjata lu Yud. Kita baku hantam dengan tangan kosong” Tantang Nico.
“Sorry gue ga se bodoh yang lu pikirin” Yudha tertawa sinis.
Tiba-tiba Ao berdiri dengan kursi yang mengikat di tubuhnya. Kemudian menabrakkan tubuhnya dengan Yudha. Yudha terjatuh dan melepaskan tembakan tanpa sengaja. Ao berteriak melihat darah yang bercucuran mengalir deras di sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
RomansaNico kini mulai beranjak dewasa. Ia baru mengetahui bahwa ia hanyalah anak angkat keluarganya. Ini merupakan pukulan keras untuk Nico. Dia merasa marah dan benci. Namun ia merindukan Ao, adik kecilnya yang kini beranjak remaja. Apakah Nico mau mene...