Ao masih dalam keadaan setengah sadar menerima ciuman itu. Entah apa yang ada dalam fikirannya, ia mulai membalas ciuman itu. Namun beberapa detik kemudian, dia mengingat Karina. Sontak ia mendorong Nico.
“Aku ke toilet dulu” Ucap Ao kikuk. Ia berjalan menuju toilet. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa ia begitu mengikuti arus.
Nico merasa frustasi mengetahui hal tersebut. Ia memikirkan apakah kesalahan yang sudah dilakukan. Apakah ia terlalu agresif? Dia menimang-menimang beberapa yang ada di pikirannya. Muncullah pikiran apakah Ao masih menyukai Yudha. Mengingat hal tersebut Nico geram. Tanpa sadar dia mengepalkan tangannya dan meninju tembok di sampingnya. Tangan kekar itu memar dan sedikit berdarah.
Malam itu usai makan malam, keluarga mereka berkumpul di ruang tamu. Mereka berbincang-bincang mengenai rencana perusahaan ke depannya. Bagaimana cara mereka membangun kepercayaan investor lagi.
“Pa tapi minggu depan aku sudah mulai masuk, aku kayanta gak bisa magang lagi. Jadwal penuh, apalagi semester ini banyak penelitian-penelitian” Ujar Ao bohong. Dia hanya tidak ingin bertemu Nico di kantor. Bisa-bisa dia hilang kendali. Sebenarnya semester ini tidak terlalu padat.
“Yasudah, kamu fokus kuliah saja. Nanti kalau libur aja bantu papa lagi” Jawab Gio yang hanya dibalas anggukan oleh Ao.
Ao masih merasa canggung. Ia tidak berani meskipun hanya sekedar menatap kedua bola mata Nico. Rasanya mata tajam itu akan menusuknya hanya dengan sekali tatapan. Ao terus menundukkan kepalanya. Tidak seperti biasanya.
“Kamu kenapa sakit?” Tanya Nico sembari mengangkat dahu Ao. Kejadian tersebut membuat Ao mengetahui luka di tangan Nico. Ao terkejut, sontak ia memegang tangan tersebut.
“Ini kenapa?” Tanya Ao penuh perhatian. Nico menarik tangannya.
“Gak apa-apa kok” Jawab Nico gugup. Ia tidak ingin Ao tau Nico emosi dan melampiaskan kemarahannya.
Ao beranjak dari tempat duduknya. Ia bergegas mencari peralatan P3K. Ao membersihkan luka di tangan Nico, dan membalutnya dengan perban. Nico tersenyum kecil, ia senang adiknya, ralat orang yang dicintainya perhatian.
“Udah di bilang enggak apa-apa kok” Nico mengacak-acak rambut Ao penuh cinta. Namun lagi-lagi hati Ao yang berantakan.
“Apaan sih” Ao cemberut dan merapihkan rambutnya kembali. Tetapi hal tersebut beda dengan apa yang ada di hatinya. Hatinya serasa meledak. Namun dia tidak ingin salah paham kembali. Dia tidak ingin berharap lebih.
‘inget dia punya Karina’ Ao mengatakan hal tersebut berulang kali dalam hatinya. Agar perasaannya tidak goyah.
“Aku duluan ya” Ao pamit dan ia berjalan ke halaman belakang membawa secangkir kopi susu yang sempat ia ambil di dapur. Ia menyesap lekat-lekat kopi susu digenggamannya. Entah mengapa hari ini dia sedikit merindukan Yudha. Dia kangen dengan bombardir pesan yang dikirimkan Yudha. Bagaimanapun juga, Yudha orang yang pernah baik kepadanya. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Ao. Ao terkejut, sontak mengatakan Yudha. Nico tersenyum kecut mengetahui hal tersebut. Memang benar, sudah tidak ada lagi dirinya di hati Ao.
“Lagi mikirin Yudha ya?” Tanya Nico basa basi.
“Iya, kangen aja. Biasanya ditelfon, whatsappan, sekarang gak ada lagi” Nico tersenyum perih.
“Kayanya kamu cinta banget sama Yudha” Tanya Nico memberanikan diri menanyakan pertanyaan menyedihkan.
“Gak sih, cuman aku sayang banget sama dia” Nico tersenyum kecut. Kadang-kadang kita yang mengundang sakit hati itu sendiri.
“Ya sama aja dong” Ucap Nico penuh kecemburuan. Kali ini dia mencari-cari penyakit hati.
“Ya bedalah. Aku sayang sama dia sebagai sahabat. Seperti aku sayang ke Diana, Gilang…” Ao masih menggantungkan jawabannya.
“Ke aku juga” Tanya Nico menggoda
“Ya bedalah, kalau ke kakak aku kan cin..” Ao tersadar kemudian membungkam mulutnya sendiri.
“Cin apa?” Tanya Nico memastikan. Namun Ao memilih bungkam. Ia tidak melanjutkan kata-katanya membuat Nico frustasi.
“Ah udahlah aku ngantuk” Ao beralasan agar bisa mengakhiri perbincangan tersebut. Namun, Nico tidak ingin kehilangan kesempatan kedua. Ia menahan tangan Ao dan menariknya ke dalam pelukan.
Ia menatap lekat-lekat wajah Ao. Wajah yang membuatnya jatuh cinta pertama kali. Wajah yang membuatnya ingin menikahinya. Wajah yang dulu menghiasi hari-harinya. Kali ini dia tidak akan membiarkannya lepas.
“Ao aku mencintaimu. Bukan sebagai adik dan kakak. Aku mencintaimu sebagai pria yang mencintai wanitanya” Ucap Nico membuat Ao senang bukan main. Namun, lagi-lagi bayangan Karina mengganggu Ao.
“Karina? Memangnya mau dikemanain” Tanya Ao, membuat Nico terkekeh.
“Makanya jadi orang jangan ambekan. Dikit-dikit marah. Dulu tuh, aku tu mau ngajak ke rumah Karina. Mau nunjukin hasil tes DNA. Ternyata ayahnya adalah ayah yang kucari” Ujar Nico
“Jadi Karina itu adik kak Nico juga?” Tanya Ao merasa tak percaya.
“Iya, tapi gak bisa kunikahi juga. Lagi pula aku mencintai seseorang yang lainnya” Ujar Nico.
“Siapa?” Tanya Ao penasaran setengah mati. Dan berharap itu dirinya.
“Orang yang kucium” Nico mencium Ao lagi. Ao masih termangu, ia merasa bingung. Apakah dia yang dicintai kakaknya.
“Ah gak percaya. Kakak mah keseringan gombal. Dulu juga gini kan ke Karina, aku gak percaya” Ujar Ao meminta Nico meyakinkan lebih.
“Oke aku akan buktikan” Jawab Nico
“Kapan?” Tanya Ao.
“Sekarang juga oke” Ucap Nico penuh percaya diri.
Nico menarik tangan Ao sedikit menyeret tidak sabaran. Nico tersenyum penuh semangat, sedangkan Ao masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Nico. Apa dia akan menunjukkan sesuatu sebagai bukti? Pertanyaan-pertanyaan yang ada dipikiran Ao berhenti ketika mereka berada di hadapan orangtuanya.
“Ma, pa aku mau bilang sesuatu” Ucap Nico. Ao berpikir bahwa Nico akan menyatakan cintanya di depan orang tuanya. Benar-benar memalukan, seharusnya tidak perlu seperti ini untuk membuktikannya.
“Apa?” Tanya papa mamanya.
“Aku mau menjadi anak papa mama secara resmi. Aku ingin menikahi Ao” Ucap Nico penuh keyakinan, membuat mereka semua sontak terkejut.
“Tidak perlu seperti ini, kamu sudah kuanggap anak sendiri” Jawab Gio.
“Tapi aku benar-benar mencintai Ao. Aku ingin segera menikahinya. Aku minta izin pada papa sama mama. Aku tidak mau menahan perasaan lebih lama lagi”
“Kalau papa mama sih tergantung Ao aja” Jawab Naily
“Hmm… aku..” Ucap Ao ragu-ragu.
Minal Aidzin Wal Faidzin yah semuanya.
Semoga lebaran kali ini semua wabah hilang.
Tetap semangat, dan semoga sehat selalu yah.
Terimakasih buat yang sudah menyemangati selalu ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
RomanceNico kini mulai beranjak dewasa. Ia baru mengetahui bahwa ia hanyalah anak angkat keluarganya. Ini merupakan pukulan keras untuk Nico. Dia merasa marah dan benci. Namun ia merindukan Ao, adik kecilnya yang kini beranjak remaja. Apakah Nico mau mene...