BAB 6: Memori Melankolis (3)

75 16 29
                                    

Aku terbangun di atas kasur di sebuah ruangan yang asing. Dindingnya dilapisi kayu cokelat gelap vertikal dengan langit-langit putih yang menyilaukan. Ruangan ini punya aroma balsem yang sangat kental tapi juga ada aroma pengharum ruangan stroberi samar-samar. Kombinasi aroma yang sangat menyesakkan.

Jendela ada di seberangku. Saat aku bangkit, kakiku menginjak karpet wol merah-pink dengan pola abstrak. Pemandangan di luar jendela tampak tak asing bagiku. Ada pepohonan pinus yang tumbuh di pinggir jalan raya yang dibatasi oleh pagar kawat setinggi tiga meter. Dari kejauhan, tampak pemandangan hiruk pikuk Upper Bay dan Brooklyn.

Kusadari ada banyak suara samar di luar ruangan ini. Ada suara sendok yang bergesekan dengan cangkir seperti saat sedang mengaduk minuman, juga suara iklan McDonald's di TV. Pintu kamar ini dibiarkan begitu saja terbuka, jadi suaranya terdengar cukup jelas.

Aku bergerak mengendap keluar kamar dan sampai di sebuah lorong yang di dindingnya ada banyak lukisan lanskap super besar. Lantai lorong ini dilapisi karpet pink kalem dengan aksen ungu gelap. Di ujung lorong ini, ada tangga pualam abu-abu terang yang lagi-lagi dilapisi karpet pink, lagi. Suara iklan McDonald's terdengar semakin jelas ketika aku mulai menuruni tangga itu.

Aku sampai di ruang tamu yang punya pencahayaan hangat. Tampak sofa berwarna ungu gelap dengan aksen kuning dibuat membentuk huruf U di depan sebuah meja kaca. Ada seorang orang wanita paruh baya tengah duduk di sofanya dengan seekor anjing berjenis husky yang tengah meringkuk dan seekor merpati putih yang tengah menutup matanya. Wanita itu mengenakan daster warna pink yang sangat khas.

Itu Mrs. Frost! Apa yang sedang kulakukan di rumahnya? Pintu keluar ada beberapa meter dari tempatnya duduk. Aku harus keluar sekarang juga kalau tak mau kena lempar buah persik busuk lagi. Aku mengambil ancang-ancang untuk berlari ke pintu itu. Anjingnya Mrs. Frost, William, terus menyalak dan menatap galak ke arahku.

Tanpa memikirkan gonggongan William, kubuka pintu depan, tahu-tahu saja tampak wajah gadis yang menerorku di depanku: gadis yang mempunyai proporsi wajah persis denganku namun bermata hitam dan kulit yang jauh lebih pucat. Gadis itu tengah meneliti kukunya yang dekil sambil bergumam ria dalam bahasa yang tak kumengerti.

"Oh, makasi ya sudah bukakan pintu. Kalau begitu aku masuk dulu." Gadis itu menyeringai ke arahku, lalu tubuhnya melesat dengan sangat cepat ke dalam rumah. Tangannya entah bagaimana menembus tubuhku. Mrs. Frost yang entah sejak kapan sudah mengganti pakaiannya menjadi daster warna merah langsung membantunya ke dalam rumah. Seseorang yang tak bisa kulihat wajahnya tahu-tahu saja langsung menutup pintu tepat di depan mukaku. Selanjutnya terdengar teriakan super kencang Mrs. Frost.

***

Aku terbangun kembali di kamarku dalam keadaan berkeringat. Ternyata yang tadi itu cuma mimpi. Ini sudah jam tujuh pagi. Ibu masih ada di sebelahku, masih memelukku. Dia tampaknya sangat lelah dengan semua kejadian ini. Kupikir membuatkan kami sarapan ide yang bagus sebagai kompensasi kejadian kemarin.

Kulangkahkan kakiku keluar kamar.

Suara tawa gadis mengerikan itu terdengar lagi entah dari mana. Jangan hiraukan dia, Dany. Ingat, itu cuma bagian dari halusinasimu saja. Aku melangkah menuruni tangga dan bergerak ke dapur. Kugeledah seisi dapur untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang masih ada. Beberapa laci dikunci, mungkin tempat alat masak yang tajam. Kunci laci dapur ada kamar Ibu. Aku tak enak hati kalau harus masuk diam-diam ke kamar Ibu. Tapi kulkas tak dikunci. Aku sedang menggeledah kulkas ketika terdengar suara Ibu dari arah tangga, "Apa yang kau lakukan di dapur, Dany?"

Aku menoleh kaget lalu menyahut, "Umm, membuat sarapan untuk kita?"

Ibu bergerak ke arahku. Dia menutup pintu kulkas yang lagi kubuka. Katanya, "Biar aku saja yang buat sarapannya. Kau tinggal tunggu saja ya." Kusadari matanya tampak benar-benar sembap. Aku hanya mengangguk dan berjalan sambil menunduk ke arah meja makan.

Falsus' DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang