Kami terbang terus ke Selatan selama beberapa puluh menit, melewati Lower Bay menuju daerah pesisir Utara New Jersey. Kami meninggalkan pemandangan hingar bingar New York di belakang dan memasuki daerah yang lebih jarang. Lampu-lampu rumah penduduk mulai terlihat di seberang Lower Bay.
Tak ada percakapan apa-apa antara aku dengan Mrs. Frost. Utamanya, karena angin kencang yang membuatku tak dapat mendengar suaranya, juga aku yang sudah sangat kelelahan untuk sekadar memulai obrolan.
Kami mendarat di sebuah jalanan yang sepi dengan rumah-rumah penduduk yang jarang. Ada ladang gandum luas di sekitar kami, dibagi setiap beberapa hektar oleh jalan raya atau pagar yang membatasi lahan yang dimiliki oleh orang yang berbeda. Pepohonan dengan daun jarang tampak di kejauhan sedangkan suara deburan ombak dan aroma air pantai tercium dari balik pepohonan rimbun. Mrs. Frost melompat turun lebih dulu, lalu membantuku turun dari makhluk raksasa ini seperti halnya saat membantuku naik tadi. Si burung raksasa yang kami kendarakan itu lalu menyusut hingga seukuran kucing.
Katanya, "Dari awal kau mungkin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, karena semuanya tak masuk akal, tapi percayalah semua ini benar-benar terjadi dan bukan cuma halusinasimu seperti yang sebelumnya kau yakini. Kita tak mau ketahuan siapa pun, jadi kita harus cepat. Akan kujelaskan padamu tentang semuanya nanti menyusul." Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Mrs. Frost bergerak mendekati sebuah bangunan kayu ukuran sedang yang tampak cukup lapuk dengan langit-langit tinggi. Jerami yang sudah digulung ada di sisi kanan bangunan dengan atap terpal hitam di atasnya. Ada tiang penanda dengan tulisan 'TOKO PERTANIAN PAK PUTIH' di dekat pintu masuknya. Cahaya kuning hangat dari lentera menerangi dari dalam.
Kami melangkah memasuki struktur kayu itu. Lonceng pintu terdengar begitu kami masuk. Di dalamnya ada banyak kotak dan peti yang ditumpuk berjejeran, isinya buah-buahan, karung gandum, atau alat-alat dan perkakas pertanian.
"Selamat datang di Toko Pertanian Pak Putih. Ada yang bisa kubantu?"
Ada seorang pria bertubuh besar di balik kasir. Struktur wajahnya tampak seperti tak cocok satu sama lain. Hidungnya berwarna merah seperti habis dipukul sedangkan kulitnya yang lain sewarna pasir pantai putih. Matanya berwarna cokelat, tapi bukan cokelat gelap atau warna karamel. Warnanya jauh lebih terang dari itu, aku bahkan merasa bahwa matanya memantulkan terlalu banyak cahaya, seperti mata kucing. Bibirnya tenggelem di balik kumis dan janggut panjangnya. Anehnya, dia tampak bersahabat dan ramah alih-alih terasa mengancam atau menakutkan.
Mrs. Frost terkekeh dan mendekat ke konter kasir. "Haha, senang bertemu denganmu lagi, Zac! Kau tak berubah!"
Begitu aku mendekat, siluet pria itu tampak besar sekali dibandingkan apapun. Dia punya tubuh paling berbulu yang pernah kulihat. Rambutnya keriting panjang hingga sebahu mengembang, hampir menutupi lampu kuning kecil di atasnya. Tangannya ditutupi bulu yang lebat sedangkan bulu dada mencuat dari balik kaos biru muda motif hawaiinya.
"Senang melihatmu lagi juga, Marie!" Pandangannya jatuh padaku. "Ah, aku hampir tak melihatmu datang. Kau pasti Dany? Senang bertemu denganmu juga." Dia mengulurkan tangan padaku. Kami berjabat tangan dan aku langsung bisa melihat komparasi besar antara tanganku dan tangannya. Perbandingannya jauh sekali.
Mrs. Frost menambahkan, "Dia Mr. White, pemiliki 'toko' ini. Jangan kaget kalau kukatakan dia bisa jadi apa saja yang dia mau, secara harafiah." Mr. White mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Oke, kami mau ke Domum dulu ya. Kapan kau akan tutup?"
"Tak lama lagi."
Mr. White memindahkan berpeti-peti buah persik di belakangnya. Dia menekan sebuah ukiran kasar di dinding kayu yang sebelumnya ditutupi peti persik. Lambang itu bercahaya putih redup. Aku bisa melihat bentuknya dengan jelas. Simbolnya berbentuk seperti tetesan air, dengan lingkaran di tengah, bentuk bulan sabit di bawah, dan segitiga dan kanan dan kirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107867065-288-k615929.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsus' Dimension
FantasyAku terjebak dalam jalinan mimpi aneh yang seakan menari di tepian kesadaranku, mengganggu psikisku dengan halusinasi dan delusi yang datang bak badai di tengah laut. Satu-satunya orang yang kupercaya adalah Ibuku, hingga satu waktu dia mengira putr...