BAB 16: Simfoni Duel dan Konflik (1)

19 6 1
                                        

Kelas fisik Ms. Zu dimulai pukul delapan pagi. Aku hampir tak sempat datang ke tempat makan untuk sekadar sarapan saking penuhnya pikiranku dengan informasi falsus. Untungnya ketika aku datang masih belum terlambat. Aku tak bisa membayangkan bagaimana wanita itu akan menghukumku kalau aku terlambat.

Ms. Zu membariskan anak-anak Domum dengan membaginya berdasarkan tinggi badan dan gender. Anak-anak laki-laki di kirinya sedangkan anak perempuan di kanannya. Dia berteriak dari tempatnya, "Seperti biasa, pagi hari adalah latihan fisik dan bela diri. Aku mau kalian melakukan pemanasan mandiri, lalu berlari mengelilingi lapangan sampai aku bilang berhenti. Mengerti?"

Semua orang berteriak dan bilang mengerti. Ms. Zu bergerak ke pinggir lapangan. Semua orang dengan cepat melakukan pemanasan sebaik dan secepat yang mereka bisa.

"Waktu pemanasan habis. Kembali ke posisi. Saatnya lari."

Wanita itu meniup peluit yang dikalunginya. Anak-anak Domum berlari di pinggir lapangan. Lucu rasanya bagaimana anak-anak Domum yang biasanya suka memprotes dan terkadang bertabiat primitif bisa tiba-tiba jadi orang yang penurut di bawah komando Ms. Zu. Kuasumsikan di masa lalu, wanita itu akan pernah membuat seseorang kencing di celana saat dia marah, atau bahkan membuat seseorang tak bisa merasakan kaki dan tanganmu saking lelahnya karena membantahnya. Tanda yang cukup jelas kalau lebih baik aku tak mencoba macam-macam dengannya.

Ms. Zu menyuruh berhenti setelah tujuh kali putaran, tepat ketika sebagian besar anak-anak tampak pucat dan sepertinya akan pingsan dalam beberapa detik. Semua langsung menghela napas lega begitu wanita itu memberhentikan. Baru sebentar kami beristirahat, dia langsung menyuruh kami berduel. Aku bahkan tak sempat merasakan paru-paruku menarik napas dengan benar. "Kali ini aku mau kalian bertanding satu sama lain sampai hanya satu laki-laki dan satu perempuan saja yang tersisa."

Dia mulai dengan beberapa anak sekaligus. Dua pasang perempuan dan Dua pasang laki-laki. Sisanya tinggal menunggu giliran sambil menonton. Dua pasang keluar sebagai pemenangnya, yang kukenal ada Ainsley yang berhasil menang melawan kembarannya, Alice, sedangkan di kelompok anak laki-laki ada Bryce, anak gempal yang suka mengejekku itu. Dia menang melawan anak buahnya sendiri, pantas saja bukan? Rofle juga menang melawan seorang anak yang tak kukenal, pria itu cukup tangkas.

Giliranku tiba. Aku dihadapkan pada seorang gadis yang tampaknya tangguh. Dia seorang gadis muda yang kurang lebih tingginya sama denganku. Tubuhnya tampak proporsional. Samar-samar aku bisa mengingat kalau aku pernah melihatnya sebelumnya, dia gadis yang aktif waktu kelas strategi. Rambutnya hitam panjang yang selalu diikat rapi. Kulitnya kecokelatan, hasil dari banyaknya waktu yang dihabiskan di luar ruangan untuk berlatih. Matanya berwarna cokelat gelap, tajam dan penuh determinasi. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Mirana, tak terlalu ramah, jadi kupikir melawannya akan cukup seru. Menghancurkan egonya kalau memang dia merasa dirinya lebih superior.

Aku pernah belajar karate sebelumnya, dan kurasa Mirana pun pernah setidaknya mengenal dasar bela diri yang sama makanya dia punya ego yang sebesar itu.

Aku berdiri tegak di sudut, mataku tajam mengamati setiap gerakan Mirana. Kuda-kudanya tampak kokoh. Teman-temanku menyaksikan di luar area. Ms. Zu meneriakkan untuk sesiku memulai duel.

Aku melangkah maju, menjaga keseimbangan dengan sempurna. Duel kumulai dengan serangkaian tendangan dan pukulan dasar, masing-masing hanya untuk menguji kemampuan dan reaksi Mirana. Mirana menganggap ini jauh lebih serius. Dia lebih dulu memberikan tendangan depan yang cepat. Aku menghindar dengan mudah dan membalas dengan pukulan cepat ke arah bahunya, namun Mirana dengan gesit memutar tubuhnya dan menghindar.

Mirana cukup tangkas. Aku berusaha menjaga jarak namun tetap agresif. Mirana melancarkan serangan kombinasi, tendangan rendah diikuti dengan pukulan tinggi, memaksaku untuk bertahan dengan cepat.

Falsus' DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang