BAB 15: Jejak Api dan Duka Kultus (2)

36 6 11
                                    

Aku bangun pagi-pagi sekali. Perasaanku sudah sedikit lebih tenang sekarang, terutamanya karena setidaknya kembaran palsuku sudah ditahan oleh polisi, menjauh dari keluargaku. Rumahku mungkin terbakar, tapi justru karena itu kembaranku mungkin kesulitan mencari keberadaan Ibu dan Claire. Mereka mungkin setelah ini sedang menginap di rumah pacar Claire dan semoga kembaranku tak mengetahuinya.

Buku yang diberikan Mrs. Frost masih ada di meja. Golongan dan Sistem Kepercayaan Falsus Yang Disembunyikan karya Glenda Roxley. Aku belum membaca semuanya. Bukunya tebal, tapi isinya sebagian besar gambar-gambar tanpa penjelasan yang terlalu mendetail. Buku ini tampaknya lebih seperti buku pelajaran di kelas metafisika yang harus didampingi tutornya secara langsung daripada sebuah buku yang benar-benar mau memberikan informasi pada pembacanya.

Aku pergi ke ruang perpustakaan pagi-pagi sekali. Aku tak sempat melihat jam di gedung utama Domum, tapi kuyakin ini pagi sekali karena bahkan matahari belum terbit dan langit hanya menunjukkan guratan-guratan merah gelap. Keadaan sekitar masih cenderung gelap dan lampu-lampu masih menyala. Kabut menyelimuti bukit-bukit di Domum dan setiap tiupan angin membawa dingin yang menusuk hingga ke tulang.

Anehnya, gedung ruang perkamen dan perpustakaan berpendar dari dalam, entah karena ada seseorang di dalam, atau lampunya memang dibiarkan menyala sepanjang malam. Pintu gedung ini yang super besar sudah terbuka setengah, aku tak perlu memikirkan caranya mendorong pintu raksasa ini.

Ketika aku masuk, kutemukan seseorang di dalam: Mr. Furaha. Dia duduk di mejanya, menuliskan sesuatu di kertas sambil mengernyitkan dahi dan tangan menjambak rambut hitam pendeknya. Ada beberapa cangkir kopi di dekatnya dan kertas yang sudah dicoret-coret. Entah sudah berapa lama dia di sana. Aku curiga dia bahkan belum tidur semalaman saking banyaknya cangkir kopi kosong yang bertumpuk.

"Mr. Furaha?"

Dia menoleh. Matanya tampak merah dan kelihatannya capek sekali. Begitu melihatku, dia berusaha tersenyum ramah seperti saat di kelas. "Ah, kau si anak baru. Maaf, siapa namamu? Aku lupa."

"Danielle."

"Danielle! Apa yang kau lakukan di sini malam-malam?" Sepertinya dugaanku benar, dia memang belum tidur. Buktinya dia masih mengira ini malam hari, alih-alih dini hari.

"Sebenarnya ini sudah dini hari. Aku mencari buku. Kau sendiri bagaimana? Apa yang kau kerjakan?"

Dia tampak terkejut. Matanya melotot dan berusaha melihat keluar jendela. "Oh wow, sudah dini hari ya. Ada sesuatu yang sedang aku kerjakan. Ini mengganggu pikiranku setelah kelas tentang ramalan sebelumnya. Kau mau lihat?"

Dia memanduku ke mejanya. Ada banyak gulungan perkamen di sisi mejanya dan bertumpuk-tumpuk buku. Dia mengambil salah satu buku paling bawah.

"Kau tahu, untuk sekian lamanya akhirnya kita membahas ramalan lagi. Selise Revenmar adalah yang paling terkenal. Dia menggagas Tiga Ramalan Besar Falsus Modern. Tiga ramalan paling kontroversial sepanjang masa, ketiganya menuju satu hal yang sama: kehancuran atau eksistensi dunia falsus. Ramalan terbesar yang pernah dicetuskan."

Mr. Furaha menunjukkan gambar di salah satu halaman di buku itu. Sebuah lukisan seorang wanita dengan latar belakang taman dan patung-patung. Wanita itu memakai topi yang lebar sekali, dihiasi bulu burung dan mutiara. Dia memakai renda besar dan rantai emas di lehernya, dilanjutkan dengan gaun satin putih yang mengembang. Dari penampilannya yang super heboh, tampaknya dia adalah seorang yang dihormati atau aristokrat di masa itu.

"Selise Revenmar punya hubungan darah jauh dengan Eldritch von Drachenfeld, orang yang paling berpengaruh dalam menyebarkan praktik sihir di seluruh dunia falsus. Guru dari banyak figur terkenal. Pendiri Domum. Dia tak cuma punya hubungan darah, tapi juga terkoneksi secara spiritual dengan sang Legenda Sihir. Ramalannya sangat minim meleset."

Falsus' DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang