Scene 15

97 10 0
                                    

Assalamualaikum MissKhulip balik lagi. yang kangen salam sayang yang nggak salam damai.

next part ya, dan tetaplah menjadi pembaca yang bijak.

Vote dan comment ditunggu terutama saran untuk perbaikan karya selanjutnya.

Warning 20+!!

+++++_________________________________________________+++++ 

Lelah itu percuma.

"pistol yang digunakan jenis caliber 38. Jadi siapa yang akan mengunjungi bagian kepemilikan senjata dan mencari tahu?" Tanya Randy sembari membaca laporan yang ditulis Sarah.

"aku yang akan periksa." Sahut Sarah segera.

Randy mengangguk mantap, "cari tahu dengan cepat dan detail. Jika beruntung kita bisa mendapatkan penggemar ini melalui itu, jika tidak maka pistol yang digunakanya ilegal dan dia harus mati dua kali untuk itu." Ucap Randy belum selesai membaca laporanya.

"Harry dan aku akan mengunjungi Universitas tempat Herlando Winata belajar." Kata Aidan.

"oke. Itu bagus. Lebih cepat lebih baik." Jawab Randy, beberapa saat kemudian dia menutup laporan itu dan menegakkan tubuhnya. "kita tidak punya satu nama tersangkapun, jadi tidak ada salahnya memeriksa pemuda itu." Lanjutnya.

Randy tampak sangat kelelahan, kantung matanya melebar dan rambutnya acak-acakan seperti suami diusir istrinya. "kau tampak mengerikan ketua tim." Sindir Aidan terang-terangan.

Sarah yang duduk disampingnya mengiyakan, "pergilan ke sauna. Kau benar-benar butuh istirahat." Tambahnya.

Randy menghela nafas panjang, "hari ini aku ada pertemuan dengan komisaris polisi dan gubernur. Mereka bertanya kenapa kita belum punya tersangka utama sampai sekarang." Eluh Randy, "sial, mereka membuatku meminum air arang mendidih." Desisnya.

Harry menatap prihatin kepada ketua timnya, teman-temanya dan dirinya sendiri. Kapan kiranya semua ini akan berakhir? Kita semua sudah lelah.

"aku akan ke bagian perizinan kepemilikan senjata, sekarang." Ujar Sarah yang langsung bangkit dan keluar ruang meeting.

Harry merapikan berkasnya, "kita juga harus pergi Dan." Katanya pada Aidan yang masih duduk nyaman di kursinya, Aidan mendesah namun bangkit juga.

Aidan harus menunggu Harry beberapa waktu, rekanya itu berkata ingin mampir ke kamar mandi karna ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda. Hari sudah siang dan panas sekali, matahari dengan puas membakar kulit siapapun yang berdiri di bawahnya tanpa pelindung. Kedua mata Aidan menatap sosok yang sangat familiar baginya, Mila. Untuk apa perempuan itu ke kantornya, seingatnya tidak ada janji yang mengundangnya datang kesana.

"hai." Aidan menjulang didepan Mila, mendadak.

Membuat Mila terkejut dan mundur selangkah, "kau seperti hantu detektif." Ucap Mila dengan cemberut.

Aidan tersenyum kecil, meletakkan tangan di depan dadanya, pongah, pikir Mila. "ada apa kau kemari? Kita tidak ada janji."

Perutnya seperti ditampar godam besar saat Mila tertawa keras, terbahak bahkan sampai menitikkan airmata. "apa yang salah nona?" Tanya Aidan penasaran.

Tawa Mila mereda tersisa kekehan kecil, dia mengusap airmatanya pelan. "apa kau pikir aku kesini untuk menemuimu detektif? Percaya diri sekali kau." Ucap Mila, perut Aidan melilit seketika.

"dengar, bukan hanya kau yang punya kesibukan. Aku juga, dan aku kesini untuk menemui pak Dhani, menanyakan perkembangan kasus kakakku." Terang Mila panjang lebar, Aidan menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.

"oh." Tanggap Aidan sangat singkat.

Mila sudah berhenti tertawa, "kau mau kemana? Penyelidikan lagi?"

"yah, aku akan memeriksa kampus Herlando Winata. Banyak hal yang mencurigai dari pemuda tersebut."

" apa begitum kudengar di penjara dia berbuat baik dan akhirnya mendapat potongan masa hukuman. Kupikir dia sudah berubah Aidan." Tutur Mila mengutarakan pikiranya.

Mereka sedang berada di lobi rumah sakit yang notabene ramai orang hilir mudik, namun anehnya mereka tidak merasakan itu. Yang ada di mata dan pikiran mereka cuma satu sama lain, tidak ada orang lain di antara mereka. Cinta membuat orang bodoh. Setelah diam cukup lama dan berada di situasi yang canggung, Mila menjentikkan jarinya mengagetkan Aidan.

"aku harus segera ke ruangan pak Dhani." Ucapnya cepat.

Aidan mendadak gagap dan gagal berbicara, jadi dia hanya mengangguk. Selebihnya Aidan tidak mengucapkan apapun, hanya menahan lengan Mila yang lewat di sampingnya, menarik Mila kembali dan menatapnya dengan intens. Mila membalas tatapanya dengan pasrah, sorot matanya seperti memancarkan cahaya. Ya tuhan, aku menginginkan perempuan ini, batinya.

"apa lagi?" sungut Mila.

Aidan tetap memegang lengan Mila, "aku merindukanmu." Ucapnya cepat.

Mila gugup dan gemetar, Aidan tahu itu dari tangan Mila yang mendadak dingin. Meskipun semalaman Aidan menghabiskan waktu memandangi Mila yang tertidur lelap di atas tempat tidurku, itu semua tidak cukup. Aidan baru pindah tidur di sofa saat Mila benar-benar sudah terlelap, dan pagi yang indah saat Aidan mencium harumnya aroma masakan Mila.

"kita baru pisah 5 jam yang lalu." Kata Mila geli.

"untuk waktu yang lama dan membosankan." Mila memutar matanya, Aidan yang dikenalnya sekarang berbeda ratusan deraajat dengan Aidan yang pertama ditemuinya dulu. Perayu ulung.

Aidan gusar saat Mila mundur menjauh dari tubuhnya, "apa kau tidak merindukanku konselor?" Tanya Aidan dengan kepala miring menatap Mila serius.

"akhh..engg tidak juga." Katanya bohong, Aidan tahu itu.

"wow. Pemandangan apa ini? si pria protektif dan si gadis dingin." Suara serak berat khas Harry memenuhi gendang telinga Aidan yang segera menjauhkan diri dari Mila, dan sebaliknya Mila juga.

"hai detektif. Lama tidak berjumpa." Sapa Mila jelas basa-basi.

Harry mengangkat tanganya menyapa balik, "baik nona, dan kulihat kau jauh lebih baik sekarang." Goda Harry sembari melirik Aidan.

"terimakasih detektif. Oh, aku harus segera pergi sekarang." Kata Mila sesaat usai melirik jam tanganya.

Aidan melihat Mila berlalu masuk ke dalam lift dan menghilang disana, jika saja Harry tidak datang bisa jadi mungkin Aidan akan bertindak buas di lobi kantorku. Dia harus ingat untuk berterimakasih pada Harry, atau tidak perlu. 

+++++_________________________________________________+++++

jangan jadi reader yang mendadak ngilang ya guys, cuma baca doang gak meninggalkan jejak. Kucing aja ninggalin bekas duri saat makan ikan utuh, masa' kalian enggak.

cukup vote, Comment. saran dan kritik kalian amat sangat aku tunggu, mulai dari kritik yang pedas, asin, pahit, asem, bahkan gak berasa pun aku terima dengan dada lapang. So, sempetin waktu kalian untuk ngomentarin cerita pertamaku ini ya. 

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang