Scene 17

128 24 2
                                    

Hai, Assalamualaikum Misskhulip balik lagi. Maaf ya update nya lama dan nunda banget. tugas kuliah sedang menumpuk dan protes minta segera dikerjakan. jadi, wattpad sedikit terbengkalai. 

it's okay, enough. sekarang, aku sudah kembali lagi. dan kali ini aku upload dua scene sekaligus. 

semoga suka ya, yang menunggu Aidan dan Mila, ada gak?? 

warning 18++

+++++_________________________________________________+++++

                                                 Sialan, dimana kau?

                                                                Aidan 

Nihil, batang hidung Herlan sama sekali tidak terlihat di kampusnya. Harry telah merekam wawancara beberapa teman yang mengenal Herlan dengan baik, tidak terlalu spesifik namun pasti akan ada kegunaanya nanti. Beberapa mahasiswi tampak enggan dan takut saat Harry menyebut nama Herlan, dari situ Aidan semakin yakin dengan keberadaan pemuda itu dalam daftar orang paling dicurigai.

"aissshh, kemana ponsel sialanya. Dia tidak mengangkatnya sama sekali!" Aidan mendengus kesal saat panggilanya masuk ke kotak suara. "kenapa dia mematikan ponselnya?" eluh Aidan lagi.

Harry yang duduk disampingnya sampai dibuatnya gila karna sumpah serapah yang diucapkan Aidan selama lebih dari 20 menit. "mungkin dia sibuk, detektif Aidan yang baik." Sahut Sarah yang duduk di seberang mereka, matanya fokus membuka lembara-lembaran laporan, seperti tidak terusik sama sekali .

"sesibuk apapun, dia tidak akan mematikan ponselnya." Jawab Aidan masih tetap mencoba namun lagi-lagi tersambung ke kotak suara.

"ahh, belum dua minggu berlalu tapi kau sudah sangat mengenalnya." Tanggap Harry dengan kikikan kecil, Sarah pun turut tersenyum mendengarnya.

"Aidan yang lain." Sahut Sarah nimbrung.

Seakan Aidan tidak mendengar sindiran teman-temanya, dia masih berusaha keras menghubungi Mila. Tertulis 17 kali dia melakukanya, pesan-pesan singkat bahkan lebih banyak dari yang dipikirkanya. Untuk pertama kalinya, Aidan menghabiskan banyak pulsa untuk sekedar menghubungi seorang perempuan yang bahkan bukan pacarnya, tapi milikku.

"letakkan ponselmu dan katakan padaku apa yang kau dapat dari kampus Herlando." Tiba-tiba Randy muncul dan mengagetkan semua orang.

Sesuai perintah, Aidan meletakkan ponselnya ke dalam saku jaket dan menceritakan apa saja yang ida dapatkan hari ini, tak jarang Harry menambah apa yang belum dikatakan Aidan.

"Herlan tidak ada dalam daftar sebagai orang yang meminta izin kepemilikan senjata. Akan tetapi, ada satu nama yang membuat saya curiga." Ujar Sarah sembari membagikan laporan yang berisi daftar orang yang meminta surat izin memiliki senjata.

Ada satu nama yang ditebali dengan stabile hingga membedakan dengan nama yang lain, "Anastasia Winata,siapa perempuan ini?" Tanya Harry. Herlando Winata, Anastasia Winata. Aidan berulang kali menyebutkan dua nama itu dalam diam,"ibunya." Gumam Aidan cukup keras sampai Harry dapat mendegarnya.

"oh. Jadi begitu." Tanggap Harry.

"disini tertulis 24 Maret 2016, 3 bulan yang lalu tepat saat Herlando keluar dari penjara. Apa kalian tidak merasa ada yang aneh?"

"tentu saja ini aneh dan mencurigakan." Sahut Randy.

"pistol caliber 24. Ini berbeda dengan jenis peluru yang ditemukan di tubuh mayat." Kata Harry.

"benar, tapi tidak menutup kemungkinan dia melakukanya dengan pistol yang tidak terdaftar. Senjata illegal." Kata Sarah penuh percaya diri.

Randy mengangguk setuju, "itu bisa saja terjadi."

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang