MILA
Selasa, 12 Mei, Pukul 08.27
Tas tangan berisi laptop dengan data penting yang akan ditatanya hari ini cukup berat dan merepotkan, namun hal itu tidak membuat Mila kehilangan kecepatan saat melihat ibu-ibu yang nyaris terserempet motor persis di depan matanya, kalau saja Mila tidak menariknya sesegera mungkin bisa jadi ibu itu sudah mendarat mulus di aspal.
"Astaga. Ya tuhan, apa itu tadi. Hampir saja," ibu itu berkali-kali mengucap syukur, begitu pun Mila yang masih merasakan perutnya bergejolak.
"Terimakasih nona, kamu sudah menyelamatkan ibu." Ibu itu hampir menangis, dan Mila memegang kedua pundak beliau dengan mantap.
"Sama-sama bu, lain kali lebih hati-hati ya," ujar Mila dengan senyum menenangkan. Ibu itu tersenyum ramah.
"Selain baik, kau juga cantik sekali nona."
Senyum ramah tersungging otomatis di bibir Mila, dia jadi teringat satu orang saat mendengar ibu ini memanggil dirinya dengan sapaan macam itu.
"Terimakasih ibu, dan saya harus pergi sekarang. Apa ibu membutuhkan bantuan saya untuk membawakan barang bawaan ibu ini?" tawar Mila.
Ibu itu menggoyang-goyangkan tanganya menolak.
"Tidak perlu, aku masih kuat membawanya. Pergilah, kau pasti punya urusan penting. Dan terimakasih sekali lagi, kau menyelamatkanku sayang."
Mila berlalu dengan menyunggingkan senyumnya sekali lagi, masuk kedalam kantor polisi yang cukup sering ia kunjungi sekarang. Kali ini bukan kasus hakim Karen yang membuatnya ke sini, namun perihal hilangnya Tamara. Belum ada kabar apapun mengenai Tamara membuat Mila sedikit banyak mulai khawatir. Terlebih lagi tekanan demi tekanan yang diberikan oleh ibunya, kepalanya mau meledak.
"Selamat pagi pak."
Mila langsung menghadap detektif Dhani, detektif yang mulai awal sudah menerima kasus hilangnya Tamara.
Detektif itu mendongak dan segera tersenyum melihat Mila berdiri didepan mejanya. "Ah selamat pagi. Silahkan duduk konselor," ujar polisi yang sudah paruh baya tersebut.
"Saya kemari ingin menanyakan bagaimana perkembangan pencarian kakak saya. Ini sudah lebih dari 48 jam, bukan," tanya Mila to the point.
Dhani menutup berkas yang tadi dibacanya dan menatap Mila.
"Bukan kabar baik. Sejauh ini kami belum menemukan kakak anda. Informasi yang anda berikan sangat minim dan kami membutuhkan lebih banyak keterangan."
Mila menghela nafas, tampaknya penyelidikan Tamara akan memakan waktu lama. "Tanyakan apa yang kalian butuhkan. Saya ingin segera menemukan kakak saya."
"Kamu bilang, ibumu menelepon pagi hari untuk mengabarkan hilangnya Tamara. Sebenarnya, kapan tepatnya kakak anda hilang, nona?"
Sudah dua orang yang memanggilnya 'nona' hari ini, Mila menahan diri untuk tidak memprotes.
"Ibu saya bilang Tamara tidak pulang sejak 5 hari. Hanya itu yang beliau bilang," jelas Mila.
Dhani tampak membubuhkan tinta diatas buku catatanya. "Apa hubunganmu dengan Tamara bermasalah? Kalian terdengar tidak akur. Begitu juga dengan ibumu."
Apa insting detektif selalu setajam ini?
"Kau benar. Beberapa bulan terakhir ini, aku lost-contact dengan mereka. Pekerjaan menyita waktuku, begitu juga ibu dan kakakku."
"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Dhani lagi.
"Sama dengan ibu dan kakakku, ayah juga sangat jarang menghubungiku," ucap Mila dengan suara parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Close To You
ActionMila harus dikejutkan dengan kematian bibinya yang mendadak dan menjadi headline di koran dan media sosial online. Seakan semua masalah dimulai sekarang, Tamara kakaknya menghilang dari peradaban dan orangtuanya menuntut Mila untuk segera menemukany...