SCENE 1

1.3K 79 8
                                    


Senin, 10 Mei, Pukul 07. 35

Dengan semua ini dia mulai meragukan profesinya, sebenarnya dia itu siapa? polisi atau sekretaris perusahaan bursa saham, membawa banyak berkas seperti in.. Yah, ini bukan masalah besar sebenarnya, sampai seseorang menubruknya dan membuat kertas-kertas penting miliknya beterbangan, didukung hembusan angin kencang yang entah datang dari mana.

"Apa kau tidak punya mata," teriaknya lepas kontrol, lupa keberadaanya.

Bisa saja setelah ini dia akan dipanggil bagian internal karena dianggap tidak beretika. Wanita itu bergeming dan menatapnya datar, dia memandangi kertas-kertas putih yang tergeletak dipelataran kantor.

"Secara teknis aku punya, namun maaf aku berjalan menunduk sampai tidak melihatmu," katanya dengan dingin.

Rahang bulat, rambut hitam panjang terikat kuat dan sorot mata yang tajam. Pekerjaanya menuntut Aidan mengamati detail apapun dan siapapun, disuruh atau pun tidak dia otomatis seperti mesin pemindai.

"Aku benar-benar minta maaf membuat kertasmu berantakan seperti ini," kata wanita itu sekali lagi.

"Meminta maaf tidak akan memperbaiki masalah. Kalau kau punya dua mata yang bagus, kenapa tidak menggunakanya dengan baik. Bisa saja kau membuat orang lain celaka," kata Aidan tajam dan membuat mata wanita itu membelalak kaget.

"Hei pak, kenapa kau marah-marah. Bukankah aku sudah minta maaf, setidaknya lupakan saja hal ini dan ambil semua kertasmu sebelum terbang lebih jauh," sahut wanita itu dengan tak kalah sengit, lebih parahnya lagi dia langsung meninggalkan Aidan begitu saja.

Dengan berat hati Aidan memunguti kertas-kertas yang berceceran persis di depan pintu masuk kantor kepolisian, kantor tempatnya bekerja. Wanita itu tampak familiar dan pasti Aidan sering melihatnya. Tapi dimana?

Aidan melihat wanita itu lagi. Rambut hitam dan juga kaki jenjang berbalut celana panjang itu. Apa yang sedang dilakukanya disini? Dihadapanya duduk Dani, salah seorang kawan seprofesinya. Divisi orang hilang.

Bahu Aidan terdorong ke depan saat sebuah map mendarat mulus disana, keras dan seketika membuatnya tersentak, Eddie berdiri disamping mejanya "sejak kapan dia disini?" batin Aidan, mata Eddie menatap bergantian antara Aidan dan wanita asing itu.

"Apa kau mengenalnya?" tanya Eddie.

Sontak Aidan menggeleng kuat. "Mana mungkin," jawab Aidan.

"Baiklah, itu bukan urusanku. Aku kesini ingin mengambil berkas Thomas Henriawan, penjahat itu membuat timku tidak tidur berhari-hari," jelas Eddie.

Tentu saja Eddie akan meminta itu dan Aidan sudah menyelesaikan berkasnya. "Maaf membuatmu menunggu lama. Aku harus memilah banyak berkas untuk menemukanya. Thomas adalah penjahat yang beraksi 10 tahun lalu dan sudah di penjara. Berkasnya berada di tumpukan paling bawah."

"Dan dia sudah bebas," lanjut Eddie. "Aku berterimakasih atas kerjamu detektif Aidan. Ingatkan aku untuk mentraktirmu makan siang suatu hari nanti."

~~~~~***~~~~~

Senin, 11 Mei, Pukul 08.25

Kota Jakarta digemparkan dengan ditemukanya sesosok mayat wanita paruh baya dirumahnya. Mila belum tahu kabar tentang ini, kalau saja dia tidak sengaja menonton berita di televisi kantin kantor, niatnya dia ingin membeli makan siang. Mila yang penasaran dengan berita pembunuhan itu segera membaca lanjutanya di koran.

Close To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang