Chapter 1-2

4.7K 331 14
                                    

"Apa nggak perlu didiskusiin dulu, By?" tanya Dina begitu dia selesai menuliskan jadwal pelajaran di papan.

Ruby menggeleng. "Mereka lebih suka ribut daripada diskusi."

"Tapi, By ..."

"Mendingan lo catet siapa-siapa yang mau pesen buku pelajaran, deh," sela Ruby ketus. "Kalau nungguin Kevin, sampai tahun depan juga nggak bakal selesai."

Dina meringis. Dia lantas berdiri dan meminta bantuan Dewa yang juga sekretaris kelas, dan mulai berkeliling kelas untuk mencatat. Setelah selesai menulis jadwal pelajaran, Ruby lanjut menulis jadwal piket sesuai dengan absen. Tanpa menunggu Dina, dia menuliskan jadwal piket itu di white board. Ruby belum duduk di tempat duduknya ketika teman-temannya mulai protes.

Kelas yang tadinya sudah ribut, menjadi semakin ribut. Ruby sudah hendak memasang earphone ketika Dina menghampirinya.

"Kita diskusiin dulu aja deh By, jadwal piketnya," saran Dina.

Ruby mengembuskan napas kesal seraya berdiri. Dia berbalik dan menatap teman-teman sekelasnya.

"Kenapa lo semua baru protes sekarang?!" bentak Ruby. "Tadi pas Bu Anez milih gue jadi Wakil Ketua, lo semua diem aja, kan?! Dari tadi juga lo semua pada ribut sendiri dan nggak nyatet jadwal pelajaran! Kalau lo pada mau diskusi, diskusi aja sendiri! Toh akhirnya juga lo semua bakal tetap ribut dan nolak jadwal piket! Bilang aja kalau nggak mau piket! Dan kalau lo semua nggak terima jadwal piketnya, buat aja sendiri! Urus diri kalian sendiri!"

Setelah mengatakan itu dengan marah, Ruby beranjak meninggalkan kelasnya yang mendadak senyap. Dia benar-benar muak dengan kelas itu. Dia tidak tahan dengan anak-anak itu. Dengan langkah marah, Ruby pergi ke ruang guru.

***

"Pindah kelas?" Bu Anez menatap Ruby dengan kening berkerut.

Ruby mengangguk. "Saya nggak bisa di kelas itu, Bu. Dan lagi, saya masih harus ngurus kelas itu. Anak-anak di kelas itu ..."

"Ibu cuma bisa percaya sama kamu, Ruby," Bu Anez memotong. "Ibu tahu teman-temanmu akan sering membuat keributan, tapi Ibu percaya sama kamu. Karena itu, Ibu minta tolong, ya?"

Ruby merengut.

"Kamu tahu nggak, apa julukan guru-guru lain untuk kelas kita?" tanya Bu Anez.

Ruby menggeleng.

"Trouble Star," ucap Bu Anez. "Karena di kelas itu separuhnya murid-murid bermasalah dan separuhnya lagi murid-murid berprestasi. Ibu berharap, teman-teman kamu yang lain akhirnya bisa termotivasi untuk berprestasi seperti kamu, Dina, Reni, Galang atau Dewa. Karena itu, Ibu minta tolong sama kamu, Ruby. Kamu bisa kan, bantu Bu Anez?"

Ruby tahu akan sangat tidak sopan jika dia menolak dan berkeras ingin pindah kelas. Terlebih, dia dan Bu Anez cukup dekat karena Bu Anez adalah pembinanya di klub Bahasa Inggris. Bu Anez yang selalu mendampingi dan mendukungnya di setiap kompetisi bahasa Inggris. Bu Anez juga tahu kelemahannya, bahkan membantunya dengan itu.

Ruby menghela napas berat. "Anak-anak itu nyebelin, Bu," adunya.

Bu Anez tertawa kecil. "Mereka hanya butuh dimengerti, Ruby. Beberapa dari mereka bahkan mungkin ada masalah. Terutama Kevin. Mereka mungkin akan lebih terbuka sama kamu karena kamu teman mereka. Karena itu, tolong bantu Ibu, ya?"

Ruby merengut. "Saya juga nggak deket sama mereka, Bu."

"Karena itu Ibu minta tolong sama kamu. Kamu juga harus belajar buat berteman," Bu Anez tersenyum.

Introduction of Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang