Chapter 12-2

3.3K 303 60
                                    

Jika dipikir-pikir, Ruby menghabiskan banyak waktunya bersama Kevin setelah dia sakit di pertengahan semester kemarin. Dia bahkan menceritakan rahasia masa lalunya pada Kevin. Meski dia juga akhirnya mengetahui hal-hal yang selalu Kevin pendam sendiri selama ini. Namun, masih ada satu hal yang mengganggu benak Ruby.

"Kenapa sih, lo selalu berantem sama Om Vino?" tanya Ruby tanpa basa-basi.

Kevin terdiam selama beberapa saat. Ketika dia membuka mulut, Ruby bergegas menyela,

"Gue nggak nerima jawaban, bukan urusan lo yang lo cintai itu."

Kevin mendengus pelan. "Gue nggak ngomong apa-apa, kan?"

"Segera." Ruby mengedikkan bahu.

Kevin menghela napas berat. "Abis gue jawab pertanyaan lo, lo harus tidur. Deal?" Dia membuat kesepakatan.

"Deal!" sahut Ruby tanpa ragu. "Jadi?"

Kevin mengambil napas dalam. "Bokap tau tentang sakitnya Nyokap, tapi Bokap nggak ngomong apa pun ke gue. Seandainya gue tau sejak awal ..."

"Tante Lidya yang minta Om Vino buat nggak ngasih tau lo," Ruby menyela.

Kevin menatap Ruby dengan kening berkerut.

"Lo juga nggak tau ini?" tanya Ruby kaget.

Kevin menggeleng ragu.

"Well, itu info yang gue dapet dari misi spionase gue tiap kali Om Vino ngobrol sama Mama-Papa," terang Ruby enteng.

Kevin mendengus. "Nguping pembicaraan orang emang hobi lo sih, nggak heran."

"Tapi gue beneran deh, denger itu sendiri dari Om Vino. Pas gue tau tentang mimpi buruk lo itu, gue nggak sempat cerita ini. Tapi lo bener-bener harus tau ini," ucap Ruby mantap. "Alasan Om Vino nggak ngasih tau lo tentang masalah Tante Lidya itu sejak awal adalah, karena itu emang permintaan terakhir Tante Lidya.

"Kayak yang gue bilang waktu itu, Tante Lidya nggak mau buang-buang waktunya dengan jauh dari lo. Tapi, kalau lo tau tentang sakitnya itu, lo pasti bakal maksa nyokap lo buat berobat di rumah sakit, kan? Makanya, Tante Lidya minta Om Vino buat ngerahasiain itu dari lo.

"Om Vino juga nggak mau lo khawatir, sih. Apalagi waktu Om Vino tau tentang sakitnya Tante Lidya itu juga, lo pas mau ujian akhir semester, kan? Om Vino khawatir lo nggak bisa konsentrasi sama sekolah lo. Om Vino bukannya nyembunyiin tentang sakitnya Tante Lidya tanpa alasan sih, Kev.

"Om Vino nggak mau lo sedih dan khawatir. Dan Om Vino nggak mau kesedihan lo adalah hal terakhir yang jadi kenangan Tante Lidya sama lo. Cukup Om Vino yang tau dan ngerasain sedihnya karena dia tau, waktu Tante Lidya nggak banyak lagi. Tapi sampai sekarang, lo sama sekali nggak tau tentang itu.

"Lo sama sekali nggak tau kan, betapa Om Vino khawatir sama lo? Lo pikir, kenapa Om Vino ngebiarin lo ngeberontak abis Tante Lidya pergi? Karena Om Vino tau, lo butuh waktu buat nerima itu. Kenapa Om Vino nggak pernah ngejelasin semua ini ke elo? Karena Om Vino tau, lo butuh seseorang buat disalahin, atau lo bakal terus nyalahin diri lo sendiri.

"Lo nggak tau sih, betapa sayangnya Om Vino sama lo. Lagian, mana ada sih, ayah yang nggak sayang sama anaknya? Semua orang tua di dunia ini sama, Kev. Mereka bakal ngelakuin apa pun demi anaknya, demi kebahagiaan mereka. Tapi sedikit pun, elo nggak bisa ngeliat perjuangan dan pengorbanan Om Vino. Lo pikir, gimana perasaan Om Vino gara-gara sikap dingin lo selama ini?

"Dan lagi, lo pikir cuma lo yang sedih setelah kehilangan Tante Lidya? Bahkan di saat Om Vino juga sedih karena kepergian Tante Lidya, Om Vino nggak bisa lantas terus-terusan sedih. Karena masih ada elo. Alasan Om Vino bisa bertahan selama ini, bahkan setelah kehilangan orang yang sangat dia cintai, itu karena elo. Elonya aja yang nggak pernah nyadar dan selalu bertindak semau lo sendiri."

Kata-kata Ruby membuat Kevin terdiam. Ruby mendongak untuk menatap wajah Kevin, tapi cowok itu memalingkan wajahnya. Meski begitu, Ruby bisa merasakan betapa kata-kata Ruby mengusik Kevin.

Kevin tersentak pelan ketika tiba-tiba Ruby menggenggam tangannya.

"Buat jaga-jaga kalau ntar lo ninggalin gue sendirian di sini," Ruby beralasan.

Kevin tersenyum kecil, senyum sendu. Lalu, Ruby merasakan tangan Kevin balik menggenggam tangannya. Ruby tahu, saat ini Kevin juga butuh seseorang untuk menggenggam tangannya dan menguatkannya. Setidaknya, esok pagi, saat mereka bangun dari tidur lelap mereka, mereka akan menyambut hari baru yang lebih cerah.

Ruby tak sedikit pun ragu tentang itu.

***

Suara teriakan Dekha membangunkan Ruby pagi itu. Ruby menatap sekelilingnya. Langit bahkan masih gelap, meskipun sepertinya sudah pagi. Ruby menatap Dekha kesal.

"Apaan sih lo?! Pagi-pagi teriak-teriak, gangguin orang tidur," omel Ruby.

Dekha, dengan mata terbelalak, menunjuk ke arah tangan Ruby, membuat Ruby mengikuti arah tatapannya. Dia sendiri terkejut mendapati tangannya dan tangan Kevin saling bertaut. Ruby segera menarik tangannya, membuat Kevin akhirnya terbangun. Ruby tak percaya, Kevin masih bisa tidur bahkan setelah mendengar gelegar suara Dekha tadi.

"Kenapa, By?" Suara Kevin terdengar mengantuk.

Ruby mengerutkan kening. Apa Kevin semalaman tidak tidur?

"Tuh kan, gue bilang juga apa! Kalian berdua udah jadian, kan?!" tuduh Dekha.

"Nggak!" bantah Ruby. "Gue tuh megangin tangan Kevin biar dia nggak kabur dan ninggalin gue sendirian di luar sini. Semalam gue nggak bisa tidur di dalem gara-gara sempit, trus Kevin nemenin gue di luar sini," terangnya.

Dekha mencibir tak percaya. "Berarti, semalaman Kak Kevin nggak tidur, kan?"

Ruby melirik Kevin sekilas. "Tidur, lah! Elo tuh yang bikin dia kebangun," omelnya.

Dekha memutar mata. "By, sumpah lo bego banget, ya? Lo pikir, gara-gara siapa lo nggak mati kedinginan di luar sini? Di tenda aja dingin banget. Nah lo malah tidur di luar sini. Kalau bukan karena Kak Kevin jagain apinya semalaman, mana bisa lo tidur nyenyak kayak beruang kutub gitu, hah?"

Ruby mengerutkan kening ketika menatap Kevin yang kembali memejamkan mata, bersandar di batang pohon. Apakah semalaman dia benar-benar tidak tidur?

"Wah, parah lo, By ... masa selimutnya Kak Kevin lo embat juga? Kalau sampai Kak Kevin sakit, lo kudu tanggung jawab, By," tuding Dekha.

Ruby melotot ke arah cowok cerewet itu. "Kenapa gue?"

"Karena gara-gara elo, Kak Kevin semalaman nggak tidur. Dan karena Kak Kevin juga nggak pake jaket tambahan ataupun selimut di luar sini, kayaknya dia sakit, tuh. Dan itu ..."

Tak menunggu Dekha menyelesaikan kalimatnya, Ruby melompat keluar dari kantong tidurnya dan menghampiri Kevin seraya berteriak panik,

"Kevin, lo nggak sakit, kan?!"

***    

Introduction of Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang