Chapter 12-1

3.4K 302 49
                                    

Aku benci merasa bersalah padamu

Lalu kenapa aku selalu melakukan hal-hal

Yang membuatku selalu merasa bersalah padamu?

"Sabtu?" Ruby melotot protes. "Besok, kan?!" serunya panik.

Dekha mengangguk. "Gue lupa nggak ngomong ke elo. Kan besok Senin kita libur soalnya kelas tiga try out, jadi kita bisa istirahat Seninnya. Kita berangkat besok pagi, dan balik Minggu pagi."

Ruby tertawa hampa. "Dan gimana gue bisa nyiapin apa yang perlu gue bawa kalau besok kita harus berangkat dan gue belum pernah ikut acara beginian?" sinisnya.

Dekha menyeringai. "Makanya, kenapa dulu lo nggak dengerin kata-kata gue?" balasnya santai. "Tanya aja apa yang perlu lo bawa ke Kak Kevin, tuh," lanjut Dekha sembari mengedik ke arah Kevin. Dia bahkan masih sempat melambai riang sebelum meninggalkan kelas Ruby.

Ruby mendengus tak percaya, hampir saja dia melempar sepatunya ke punggung Dekha karena kesal. Dia menoleh ke Kevin di sebelahnya.

"Lo udah tau kalau besok kita berangkat camping, muncak, naik, atau apalah itu namanya?" tuntutnya.

Kevin mengangguk. "Gue mau ngasih tau lo abis Dekha ngasih tau gue dari kapan itu, tapi waktu itu lo nggak mau deket-deket gue, sih. Jadi, ya ..."

Ruby mengerang tak percaya. "Kenapa gue harus ikut, Gosh?!" geramnya.

Kevin tersenyum geli. "Anggap aja refreshing."

Ruby hanya bisa tertawa sinis menanggapinya.

***

Setelah memindahkan novel-novel Ruby dari ranselnya, dan memindahkan beberapa barang-barang berat dari ransel Ruby ke ranselnya sendiri, Kevin memutuskan bahwa mereka siap berangkat.

"Kenapa gue nggak boleh bawa novel?" protes Ruby saat mereka meninggalkan kamar Ruby.

"Buat apa? Lo juga ntar nggak bakal sempat bacanya," sahut Kevin enteng. "Lagian, lo nyadar nggak sih betapa beratnya tuh buku-buku?"

"Kalau gue nggak bawa novel, trus ntar di sana gue ngapain?" Ruby tak lantas menghentikan protesnya.

Kevin memutar mata. "Tidur?" sarannya.

Ruby mendesis kesal. "Gue nggak ngerti deh, ngapain sih anak-anak PALA suka banget acara kayak gini? Ribet banget, tau!"

Kevin tersenyum geli. "Ini masih belum apa-apa, By. Tapi, kalau lo terus protes kayak gini, Dekha pasti bakalan puas deh ntar."

Ruby mendecakkan lidah kesal. "Liat aja ntar, bakal gue bales tuh makhluk satu!"

Kevin lagi-lagi hanya tersenyum geli menanggapinya. Saat mereka hendak menuruni tangga, Kevin mengambil alih ransel Ruby.

***

Ruby menggerutu kesal, entah untuk keberapa kalinya, saat dia nyaris terpeleset, dan lagi-lagi terselamatkan karena Kevin memeganginya. Dia benar-benar sudah lelah. Sedari tadi dia hanya melihat pohon-pohon, dan dia tak tahu di mana penderitaannya akan berakhir.

"Bentar lagi kita berhenti buat istirahat," Kevin berbicara dari belakangnya.

Ruby mengerang. "Masih istirahat? Trus nyampainya kapan?"

"Gue tau sih, Ruby bakal kayak gini," celetuk Dekha yang sudah berada di depannya.

Geram, Ruby memungut patahan ranting di dekat kakinya dan melemparnya hingga menabrak belakang kepala Dekha.

Introduction of Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang