Tim Ruby dan tim Dekha sudah lolos dua babak penyisihan saat jam makan siang. Sembari menunggu giliran mereka di babak enam belas besar, Dekha mengajak mereka bermain game. Yah, setidaknya ini bukan truth or dare.
Namun, Ruby tidak bisa berkonsentrasi pada game itu ketika Kevin mengambil tempat tepat di sebelahnya, karena Dekha berhasil menyeretnya untuk bergabung dengan game itu di saat-saat terakhir. Seolah itu tidak cukup, hukuman untuk game itu adalah jeruk sisa makan siang tadi, yang luar biasa asam, menurut Dekha.
Kebetulan Dekha mendapatkan jeruk yang asam itu dan dia berbaik hati untuk membaginya lewat game. Bahkan jeruk yang manis sekali pun, Ruby tidak akan mau memakannya. Ruby juga tidak tahu jika di kotak makanan mereka tadi ada buah jeruknya. Seingatnya, tadi di kotak makannya tidak ada buah jeruk.
"Satu huruf vokal," Dekha menyebutkan kata yang harus mereka sebutkan. Yang terakhir menyebutkan, atau tidak bisa menemukan kata yang diminta, akan mendapat hukuman. "A," Dekha menyebutkan huruf vokal yang mereka pakai.
"Sand." Ruby mendengar seseorang berkata.
"Land." Suara lain berbicara.
"Back."
"Want."
"Black."
"Stand."
Kata demi kata terus terlontar, hingga Dekha mengakhiri dengan seruang riang,
"Ruby, lose!"
Ruby menatap Dekha kesal.
"Makanya, kenapa lo nggak mikir? Biasanya lo nggak pernah kalah main game ini. Ini juga game elo yang bikin," cerocos Dekha.
Ruby mendesis kesal karena tak bisa mendebatnya. Toh ini memang salahnya karena dia sibuk memikirkan hal lain alih-alih game. Seharusnya, tadi dia tidak ikut saja.
Ruby menatap dua potong jeruk yang disodorkan Dekha.
"Kenapa dua?" protes Ruby.
"Karena elo kalah telak." Dekha memberi jawaban dengan santai.
Ruby mendecakkan lidah kesal. Dia benar-benar tidak suka jeruk. Dia tidak yakin dia bisa memakannya. Masalahnya, bagaimana dia akan menjelaskan itu pada yang lainnya? Dekha pasti akan berkata bahwa Ruby hanya membuat alasan. Di tengah kepanikan Ruby, sebuah tangan mengambil jeruk dari tangan Dekha, dan tanpa ragu, memakannya.
"Ruby nggak bisa makan jeruk," Kevin berkata.
"Ah!" seru Irin seraya menjentikkan jarinya. "Dia pernah ngomong itu ke gue tahun lalu. Pas kita ikut speech contest, kita juga dapet jeruk, kan? Waktu itu Ruby ngasihin jeruknya ke gue, katanya dia nggak bisa makan jeruk. Waktu kecil, dia pernah kesedak biji jeruk sampai muntah-muntah. Abis itu dia nggak pernah makan jeruk lagi, deh," terang Irin.
"Oh ..." Koor itu mengiringi tatapan pengertian yang tertuju pada Ruby.
"Tapi, kok Kak Kevin bisa tau?" Dekha yang super kepo kembali bertingkah.
Ruby menyumpahi Dekha dalam hati.
"Dia ngomong ke gue tadi pas dia ngasihin jeruknya ke gue," ucap Kevin.
Ruby menoleh ke arah Kevin. Lalu, dia ingat, Kevinlah yang mengangsurkan makan siangnya tadi. Jadi, Kevin juga yang mengambil jeruknya tadi? Karena dia tahu Ruby tidak bisa memakan jeruk, dia mengambilnya?
"Ah, iya ... tadi gue juga liat Kak Kevin bawa jeruk dua," timpal Vina.
Dengan pernyataan Vina, akhirnya mereka semua percaya pada cerita Irin, dan kebohongan yang dikatakan Kevin tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introduction of Love (End)
Novela JuvenilDear, you... Kenapa aku tak bisa berhenti memikirkanmu? Kenapa aku selalu mengkhawatirkanmu? Kenapa aku merasa sakit jika melihatmu terluka? Kenapa jantungku berdegup kencang saat berada di dekatmu? Ketika kau ada di sampingku, aku merasa tenang. N...