Hari 0 Ⅰ 28 Februari '18

18K 1.6K 79
                                    

"Van," panggilku sambil menggenggam erat payungku yang mengembang di belakang payung miliknya. Laki-laki dengan payung biru itu memutarbalikkan badannya ke belakang, membuat semakin banyak tetes air jatuh ke tanah dari payungnya. "aku enggak bisa temenin kamu hari ini."

Dovan diam beberapa saat. Pandangannya lurus kepadaku. Dovan sedang tidak percaya atas apa yang kukatakan barusan.

"Tapi kamu kan udah janji," katanya.

Aku merunduk sambil mengangguk pelan. Dengan lirih, kubalas ucapannya, "Iya, maaf. Tapi aku enggak bisa."

Dovan tak merespons. Laki-laki yang masih dibalut seragam putih abu-abu itu langsung berbalik lagi, lalu lanjut melangkah.

Aku mengejarnya, kemudian menggapai tangannya yang bebas tanpa menggenggam batang payung. "Van! Aku minta maaf. Kita masih bisa pergi besok, kan?"

Dovan melepaskan cengkeramanku dengan sekali hentakan. "Besok, katamu? Memangnya dalam rangka apa besok kita pergi makan malam?!"

Aku tersentak kaget mendengar bentakannya. Aku langsung diam, merasakan sendiri jantungku yang tak keruan detaknya.

Langkah Dovan semakin jauh. Namun aku mencoba untuk mengejarnya. Kuusahakan untuk menggapainya lagi, namun yang kudapatkan hanya satu kalimat lagi dari Dovan: "Kita cukup. Cukup sampai di sini. Kamu tolong jaga dirimu sendiri setelah aku enggak bisa jaga kamu lagi. Terima kasih sudah selalu sabar. Selamat hari jadi yang kedua tahun, Alyssa."

Kemudian Dovan pergi.

Dovan pergi jauh tanpa tahu bahwa aku hanya akan memberikan surprise.

Dovan benar-benar pergi, meninggalkanku di bawah derasnya hujan turun. Meninggalkanku di antara dinginnya angin yang berembus.

Rencanaku gagal total. Selain hanya gagal memberinya kejutan, aku juga gagal mempertahankan hubungan kami yang baru saja menginjak usia dua tahun.

Hanya sesal yang kudapatkan.

Rencana bodoh.

Di Penghujung FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang