Hari 19 Ⅰ 21 Maret '18

5.2K 843 23
                                    

Dua hari ini aku tidak bertemu dengan Dovan. Yah, sebagai juara kelas bertahan, aku tahu Dovan pasti sedang sangat fokus dengan USBN, sampai chat dan teleponku jarang mendapatkan respons, plus kami tidak bertemu di sekolah karena kami berada di ruangan yang berbeda.

Aku ada di ruang enam, sementara Dovan di ruang tujuh. Dan permasalahannya adalah: ruanganku berada di lantai tiga, sementara ruangan Dovan berada di lantai dua.

Namun hari ini, Dovan mengajakku bertemu. Seusai USBN, aku melihatnya menungguku di halte terdekat dari sekolah.

"Kenapa manggil ke sini?" tanyaku sambil melangkah mendekat kepadanya. Tetapi Dovan hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk kursi yang didudukinya, memintaku untuk duduk di sebelahnya.

"Ada yang belum kamu jelasin," katanya. Aku hanya memandangnya dalam diam, tanpa kata. "Apa yang mau kamu jelasin setelah kita putus kemarin?"

Aku tersenyum tipis. "Apa masih perlu dijelasin? Kita udah kembali seperti semula, kenapa harus ungkit masalah yang udah berlalu, yang terjadi sewaktu kita ada di keadaan sekacau itu?"

Dovan mengedikkan bahunya. "Kenapa enggak boleh? Kan enggak ada larangannya."

"Masalah di hari itu cuma salah paham, Van. Aku tau waktu itu mood kamu lagi enggak bagus, aku paham. Itu alasannya surprise-ku gagal total," jelasku secara singkat.

"Surprise apa?"

Aku mengedikkan bahuku sambil menyungging senyum. "Cuma mau bilang kalau aku enggak bisa ke rumah kamu karena ada acara lain, walaupun sebenernya aku bisa. Aku seharusnya kerja sama bareng Ibu dan adik kamu kemarin. Tapi, yah, gimana lagi?"

Di Penghujung FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang