"Dovandaaaaa," panggilku dengan manja. Ini sudah hari kedua kami tidak sama sekali mengirimkan pesan-pesan singkat dan menelepon. Bahkan tidak ada sekadar selamat pagi dan selamat malam.
"Alyssaaaaa," balasnya dengan nada malas. Pandangannya datar betul. Lebih seperti menginginkan aku segera menyingkir dan memberikannya jalan untuk menuruni tangga. "Permisi, ya. Kita enggak punya urusan penting, jadi tolong jangan halangi jalanku."
Aku mengembuskan napas kecewa. Tetap kuhalangi anak tangga yang harus dilewatinya. Namun yang di luar dugaanku, Dovan justru balik badan, dan hendak turun melalui tangga di sisi lain gedung.
Jelas, aku berlari mengejarnya dengan cepat. Kuraih pergelangan tangannya dengan tangkas. "Dovan, please. Seenggaknya dengerin aku sekali ini aja."
Namun Dovan tidak kalah tangkas. Ia melepaskan cengkeramanku dengan tenaganya yang jauh lebih kuat.
"Aku enggak mau, Alyssa. Aku udah cukup capek. Jadi cukup. Kamu paham Bahasa Indonesia, kan?" balasnya dengan setengah membentak.
Aku bergidik. Ngeri mendengarnya marah begitu.
Alhasil aku tak berkutik. Kakiku mendadak kaku. Tanganku tidak lagi mencoba menggapai Dovan. Mulutku enggan bicara lagi. Hatiku seperti terpecah belah bak beling yang dilepaskan ke tanah. Hancur bersepah.
Satu titik air turun dari mataku. Tenggorokanku benar-benar terasa sakit. Dadaku sesak betul.
Ini bukan Dovan yang kukenal, sungguh. Setelah kami genap dua tahun berpacaran, baru sekarang aku bertemu Dovan yang bukan seorang Dovan.
Sambil menyeka air mataku, entah atas perintah siapa mulutku bergumam, "Van, ini hari ke tujuh ratus sembilan puluh satu. Tapi kenapa rasanya kayak hari pertama? Di mana kamu, aku, belum kenal satu sama lain?"
Tapi Dovan tidak akan mendengar. Sebab ia sudah berjarak kurang lebih sepuluh meter dari tempatku berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Februari
Historia CortaAku ingat bagaimana semuanya jadi seberantakan ini hanya karena kamu bilang, "Kita cukup sampai di sini." Aku ingat betul hari itu. Di penghujung Februari, semuanya berakhir. © Februari 2018 by Kansa Airlangga