Hari 17 Ⅰ 17 Maret '18

5.2K 856 11
                                    

"Alyssa, mau sampai kapan?" aku tidak tahu ini sudah keberapa kalinya Dovan memintaku berkata padanya bahwa kami balikan. Aku masih belum bisa memberikan keputusan padanya. Laki-laki dengan kemeja merah marun di sebelahku ini masih tidak mau beranjak. Bahkan sejak pagi tadi, ia meminta teman sebangkuku untuk pindah, sementara Dovan duduk denganku.

Aku masih mempertimbangkan ucapan Ariko kemarin sore. Aku tahu, Ariko benar. Akan tetapi, aku juga tahu, tidak semudah itu caranya.

Kudengar Dovan menarik napas. "Oke, kalau kamu emang enggak mau sama sekali," katanya. Aku tetap tidak menoleh kepadanya meskipun pembicaraannya mungkin akan jadi serius. "Aku berhenti. Aku akan bener-bener berhenti."

Aku masih menunggu kelanjutan kalimatnya meskipun jantungku berdebar dengan begitu kencang, dan mulutku tidak tahan untuk menghentikan kalimatnya.

"Sekarang, Alyssa bebas. Alyssa boleh pergi jauh, Alyssa boleh cari cowok yang lain. Pesanku cuma satu, kalau kita ketemu lagi nanti setelah lulus dan Alyssa mau kenalin pacar baru Alyssa, tolong pastiin kalau laki-laki itu jauh lebih baik daripada aku. Dia harus lebih pintar, dia harus lebih perhatian, dia harus lebih sabar, dia harus leb-"

Aku langsung meraih tangannya sambil menggeleng kuat. "Enggak Van, enggak," tolakku mentah-mentah. Dengan suara lirih, kukatakan kepadanya, "Aku enggak mau. Aku enggak mau. Aku enggak mau cari yang lain."

Dovan diam, aku kemudian ikut diam. Kelas yang kosong-karena sedang jam makan siang-semakin terasa sepi.

Aku tidak mengerti kenapa, rasanya aku hanya bisa bilang: "Dovan, aku enggak mau."

Di Penghujung FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang