Hari 12 Ⅰ 12 Maret '18

5.5K 937 71
                                    

"Sa, kamu marah sama aku?" pertanyaan tersebut membuatku menengadah dari layar ponselku. Dovan sudah duduk di hadapanku, di kursi yang semestinya ditempati oleh orang lain. "Maaf, Sa."

Aku hanya mengangguk, acuh tak acuh.

"Sekarang kamu boleh jelasin apa yang seharusnya kamu jelasin dari kemarin," katanya. Dovan melipat kedua tangannya di atas mejaku, seolah-olah ia akan jadi pendengar paling baik.

Namun bukannya mulai bercerita, aku memberikannya gelengan kepala. "Enggak perlu, Van. Kamu bilang semuanya udah selesai. Kita seharusnya udah sama-sama berhenti. Aku udah berhenti, Van. Jangan kamu mulai lagi apa yang udah aku hentiin."

Tangannya langsung merampas ponsel yang tak lepas dari genggamanku. "Sa, please. Kita pacaran dua tahun, jangan jadi orang yang enggak kukenal," pintanya dengan nasa supermelas.

"Van, kita cuma pernah pacaran dua tahun, dan itu udah selesai di akhir Februari lalu," balasku, tetap bersikukuh dengan keinginanku sendiri untuk tidak secepat ini luluh dengan bujukan-bujukan Dovan.

"Saaaa, aku mohon." Suaranya semakin memelas. Tangannya mulai meraih kedua tanganku, meremasnya erat. "Jangan jadi orang asing, Sa. Kita udah pernah ada di posisi itu, sebelum kita kenal. Jangan buang waktu dua tahun cuma buat jadi kembali asing."

Aku berdesah berat. Hanya kuputar bola mataku tanpa berkata apapun kepadanya.

"Alyssa, maaf. Aku minta maaf," tuturnya.

Aku mengangguk.

"Alyssa, aku minta maaf," tuturnya lagi.

Aku kembali mengangguk, sambil menggigit bibir bawahku.

"Alyssa, aku...." Dovan beberapa saat menghentikan kalimatnya. Kupandang balik mata cokelatnya yang menyorot lekat kepada mataku. "...harus mulai semuanya lagi sama kamu."

Kulepaskan tangan Dovan bersamaan dengan bunyinya bel masuk. Tidak kuberikan respons apapun kepadanya. Sampai Dovan yang memutuskan sendiri untuk pergi dari kursi tersebut.

Di Penghujung FebruariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang