26.allenaldo

52 7 1
                                    

very masih fokus melajukan mobilnya dibelakang ambulance. jika dia tidak fokus sebentar saja maka mobil yang ia kendarai pasti akan tertinggal. karena ambulance memiliki keistimewaan. jika ada lampu merah, maka ia diperbolehkan membablas tanpa menunggu lampunya hijau.

jika macet, ia membunyikan sirine nya dengan kencang  sehingga pengendara yang lain minggir memberinya jalan untuk lewat.

lain halnya dengan allena. sungguh. gadis itu sangat membenci bunyi ambulance. sejak kecil allena sudah phobia dengan sirine ambulance. ia merinding jika mendengarnya. makanya dari tida ia menyumpal telinga nya dengan headset. tidak peduli lagu apa yang ia setel. yang penting ia tidak mendengar sirine ambulance itu.

tidak sampai duajam akhirnya mereka tiba dirumah sakit yang ada di ibukota itu. ini sudah jam setengah dua belas, tapi masih sangat ramai.

ya itulah ibukota. tidak peduli siang atau malam, kota ini selalu ramai. aldo yang dulu sempat tinggal beberapa tahun di kota ini sudah biasa. lain dengan allena,ia pernah sesekali ke kota ini. tetap sama, selalu ramai dengan orang orang nya yang mayoritas bukan asli dari kota ini.

andro yang tampak berbaring lemah itu sekarang segera dipindahkan ke ruang ugd. setelah diperiksa kembali oleh dokter rumah sakit sana, ia dipindahkan ke ruang icu.

setelah penanganan dokter, akhirnya pihak keluarga dipersilahkan masuk untuk melihat andro.

"bagaimana dok keadaan papah saya?" tanya aldo setelah dokter yang memeriksa keluar.

"pasien masih kritis. dia koma. kalian bisa melihatnya ke dalam, tapi jangan berisik. jangan sampai mengganggu pasien. besok kita lihat lagi perkembangan nya. kalau begitu saya permisi."

aldo segera masuk ke ruangan dimana papahnya sedang terbaring. alat alat entah apa namanya sudah banyak yang menempel ditubuh papahnya itu. aldo meneteskan airmata kala melihat papahnya dengan kondisi seperti itu. ia tidak tega.

very langsung duduk dikursi yang ada diruang vip yang sangat steril itu. lelah.

allena masih setia mendampingi aldo. tangannya mengusap bahu aldo, seolah mentransfer energi nya untuk laki laki itu agar lebih kuat.

"bangun pah, jangan lama lama tidurnya." kata aldo sambil menggenggam jari andro dan ditempelkan pada keningnya.

"baru tadi kita akur banget pah, aldo seneng banget. tapi kenapa sekarang papah gini?" airmata aldo sudah tidak dapat lagi dibendung, tubuhnya bergetar. tapi tidak terdengar suara tangisannya. allena yang menyadari aldo menangis mengusap kembali pundak laki laki itu.

aldo berada pada puncak titik lemahnya saat ini. allena yang melihat laki laki yang dicintai nya menangis pun tidak bisa menahan diri agar tidak ikut menangis. airmatanya sudah berkumpul dikelopaknya. tingga menunggu dipejamkan maka airmatanya akan segera meluncur.

sudah satu jam aldo menggenggam tangan papahnya. sudah satu jam pula allena berdiri disamping nya. allena hanya memperhatikan layar yang menampilkan detak jantung andro. nanti melemah, nanti berdetak cepat.

allena juga tidak tega melihat wajah andro yang pucat seolah tak berdaya dihadapannya. bagaimanapun juga laki laki pemilik sekolahannya itu adalah calon Ayah tiri nya.

"kamu udah makan do?" tanya very yang menyadarkan aldo. ia segera meletakan tangan papahnya itu tepi kasur dimana papahnya berbaring.

"aldo gak laper om" jawab aldo singkat.

"kamu gak cape allena, dari tadi berdiri terus?" tanya very.

"mmhhh-"

"sini allena, om tau kamu pegel." kata very sambil menepuk samping kursi yang sedang ia duduki.

prospective stepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang